Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerbung : Ruang Tak Bernama (Bagian 5)

18 Maret 2025   16:56 Diperbarui: 18 Maret 2025   16:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pertemuan Tanpa Kepastian

Kafe itu tidak terlalu ramai, hanya ada suara sendok beradu dengan cangkir dan percakapan pelan yang terdengar samar. Cahaya temaram membuat suasana terasa lebih intim, lebih berbahaya.

Anya duduk di depan Raka, jari-jarinya saling bertaut di atas meja. Ia tidak menyentuh kopinya. Sejak awal, ia sudah tahu ini bukan pertemuan biasa.

Raka menatapnya, lama, seakan ingin menghafal setiap detail wajahnya. Lalu, dengan suara rendah yang hampir seperti bisikan, ia berkata, "Aku ingin kamu."

Jantung Anya berdegup kencang. Ia sudah menduganya, tapi mendengar langsung dari mulut Raka membuat semuanya terasa lebih nyata---lebih salah.

"Raka..." Anya menelan ludah, berusaha memilih kata-kata yang tepat. "Kita nggak bisa begini."

"Kenapa tidak?" Raka menyandarkan punggungnya ke kursi. "Karena kamu sudah menikah? Karena kita beda agama? Karena aku bukan siapa-siapa buat kamu?"

Anya mengalihkan pandangannya, merasa dadanya sesak. "Karena ini tidak benar."

Raka tertawa kecil, tapi ada kepedihan di sana. "Benar dan salah itu hanya aturan yang dibuat manusia, Anya. Perasaan nggak bisa diatur."

Anya ingin marah, ingin membentaknya agar sadar. Tapi ada sesuatu dalam tatapan Raka yang menahannya---sesuatu yang rapuh, yang terluka.

"Aku nggak pernah minta ini terjadi," suara Raka lebih pelan, lebih lelah. "Aku cuma... nggak bisa berhenti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun