Mohon tunggu...
Yetti Rochadiningsih
Yetti Rochadiningsih Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Kebijakan Ahli Muda

Analis Kebijakan Ahli Muda Anggota Tim Forum Pengamat Kekayaan Intelektual (FORMATKI)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kerjasama Riset Jalan Terus, Jumlah Paten Jalan di Tempat

19 Agustus 2021   14:49 Diperbarui: 20 Agustus 2023   11:25 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Kerjasama riset internasional banyak dilakukan oleh negara maju seperti: Amerika; Jepang; Jerman; Perancis; Inggris; China; dan Australi. Pelaku kolaborasi riset antara lain: mahasiswa program master atau doktor, dosen, peneliti, dan ada juga professor. Bidang studi yang paling diminati sejak dulu hingga kini adalah penelitian berbasis pada bidang biodiversitas. 

Hal ini disampaikan Sri Wahyono, Analis Kebijakan Ahli Madya, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN di acara Sosialisasi Perizinan Peneliti Asing, Selasa (15/6).

Biaya riset di Indonesia tidak sebanding denga apa yang diperoleh para peneliti asing yang datang ke Indonesia, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2014 Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Riset dan Teknologi, sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN. 

Dengan besaran biaya riset yang mereka keluarkan tentu saja mereka tetap memperoleh banyak untung dari pada peneliti Indonesia selaku mitra kerjanya.

Dalam acara Wallace Week 2017 di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Senin (16/10/2017), Jatna Supriatna salah satu anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) mengatakan "Laboratorium alam terbesar di dunia bernama Wallacea. Keberuntungan yang sangat besar kalau kita menghargai laboratorium alam, dari pengobatan, pertanian, dan teknologi yang ada di sana". 

Wallacea letaknya mencakup sekelompok pulau-pulau dan kepulauan di wilayah Indonesia bagian tengah. Selain kaya akan biodiversitas Indonesia di kenal dengan laboratorium alam terbesar di dunia, Indonesia juga kaya akan pengetahuan tradisional dan memiliki banyak pulau dengan jumlah lebih dari 17.000.

Sudah sejak lama semua orang tau bahwa Kalimantan atau lebih dikenal dengan Borneo oleh orang asing, menginspirasi banyak ilmuwan mancanegara untuk melakukan penelitian dan membuat film di hutan Kalimantan. Bahkan sepanjang sejarah pemberian izin penelitian kepada peneliti asing, Kalimantan merupakan salah satu pulau yang diminati.

Mengapa demikian? Word Conservation Monitoring Center pernah melaporkan bahwa Indonesia merupakan kawasan yang sangat penting karena kaya akan tumbuhan obat. Seperti halnya tanaman obat di Kalimantan Tengah menyebar di daerah pedalaman dan kawasan hutan yang merupakan habitat alami tanaman tersebut.

Sejak jaman nenek moyang dulu, sebagian kecil masyarakat di Kalimantan Tengah secara turun temurun telah menggunakan tanaman obat dari kawasan tersebut sebagai obat tradisional yang di ambil baik dari akar, daun maupun buah, hal ini lah yang di kenal dengan pengetahuan tradisional.

Sayangnya, jenis tanaman obat yang begitu beragam belum terinventarisasi dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan untuk melindungi dan menginventarisasi tanaman obat sebagai pengetahuan tradisional dan kekayaan intelektual dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun