Pelangi -- penghormatan terhadap keberagaman gender dan orientasi. Di belahan dunia lain, isu ini menjadi begitu sensitif. Namun sikap Gereja Universal jelas, yaitu mengakui dan menerima mereka, kaum LQBT sebagai manusia, namun tidak dapat memberikan sakramen perkawinan. Jawaban Paus Fransiskus yang inspiratif dan menohok soal ini, yaitu 'Who am I to judge?' yang berarti siapakah saya untuk menghakimi?
 Paus Fransiskus tidak memposisikan diri sebagai hakim, ia lebih menampilkan wajah Gereja sebagai Gembala yang baik, Bapa yang penuh belas kasih, yang merangkul tanpa memecah-belah, inilah sikap-sikapnya yang paling tidak disukai kubuh konservatif. Bendera pelangi belum berkibar di halaman-halaman Gereja Papua, namun bukan berarti hal tersebut tidak akan terjadi. Semoga teladan dari Paus Fransiskus bisa juga dipraktekkan oleh para pemimpin Gereja di tanah ini. (*)
)* Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur, Abepura-Papua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI