Mohon tunggu...
Pena Wimagati
Pena Wimagati Mohon Tunggu... Mahasiswa dan Jurnalis

Tulis, Baca, Nyanyi dan Berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

'STEFANUS PAPUA': Membumikan Iman Kristianisme Radikal

2 Juni 2025   07:30 Diperbarui: 2 Juni 2025   07:41 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hijau -- komitmen ekologis. Bumi adalah rumah kita bersama, bukan saja mahkluk hidup bernama manusia, tetapi semua ciptaan. Panggilan menjaga dan merawat ibu dan rumah bumi merupakan panggilan umat manusia. Krisis bumi sudah, sedang, dan akan selalu terjadi, apa solusinya? 

Pertobatan ekologis menjadi jalannya, persaudaraan ekologis menjadi pupuknya, demi harmonis ekosistem. Cara pandangan yang terlalu antroposentrisme (manusia sebagai pusat alam semeata), atau biosentrisme (alam sebagai pusat semesta), harus berani dan wajib hukumnya dirombak ke kosmosentrisme (manusia dan alam setara adalah pusat tata semesta). 

Mengasihi alam, berarti mengasihi sesama dan diri sendiri, sebab dalam tatanan kosmos, manusia hanyalah salah satu atom atau partikel kimia terkecil, cuman lantaran akal budinya, ia merasa besar, padahal ia lupa, bahwa alam semesta juga punya akal, jiwa.

Ungu

Ungu -- feminisme dan kesetaraan gender. Laki-laki dan perempuan adalah sepadan. Kami, terkesan dengan wejangan almarhum Paus Fransiskus, "Apa arti kemanusiaan tanpa wanita? Apa arti seorang pria tanpa seorang wanita? Kita memilikinya di halaman pertama Kitab Suci: akan mengalami kesepian. Pria tanpa wanita hanya akan menjadi sebuah sendirian. Kemanusiaan tanpa wanita itu hampa. Sebuah kebudayaan tanpa wanita juga hampa. Di mana tidak ada peran wanita, akan ada kesepian. Kesepian yang akan menimbulkan kesedihan, dan segala macam hal yang membahayakan umat manusia. Di mana tidak ada wanita, ada kesepian". 

Paus Fransiskus juga menambahkan, "Wanita memiliki kapasitas. Dari refleksi teologis, itu berbeda dengan kita laki-laki, Gereja adalah wanita. Dan jika kita tidak tahu bagaimana, untuk memahami apa itu wanita atau apa itu teologi kewanitaan, kita tidak akan pernah mengerti apa itu Gereja". 

Uskup Bernard, demikian juga Uskup Yan You, keduanya menatakan simbol noken dalam logo epsikopalnya. Noken adalah simbol perempuan Papua yang sejati, ia adalah ibu, sekilas bentuknya bak rahim wanita, bermakna kesuburan, kenyamanan, dan kehidupan. Dalam noken semuanya aman dan selamat. Kedua Uskup anak asli Papua ini memberikan perhatian yang cukup lebih kepada mama-mama asli Papua, perempuan-perempuan hebat dan tangguh. Bahkan, di masa episkopalnya, Uskup Bernard akan menambahkan satu komisi lagi, yaitu Komisi Perempuan. Semua komisi yang akan berfokus pada isu-isu perempuan dan ketidakadilan berbasis gender.

Putih

Putih -- perdamaian dan antikekerasan. Perjuangan ahimsa, perjuangan nir-kekerasan adalah cara Gereja menyudahi masalahnya. Dialog dan rekonsiliasi dalam terang Gereja sinodal berwajah kaum pinggiran akan menjadi resep ampuh dan jalan terbaik mewujudkan Papua tanah damai.

Dialog damai antara pemerintah pusat di Jakarta, dan rakyat Papua di Papua adalah sarana atau metode penyelesaiaan yang sejauh dan selama ini tiada duanya. Uskup Bernard, sudah mengusulkan agar pemerintah pusat sudah harus menggunakan hati untuk melihat Papua, bahkan Uskup Bernard menegaskan bahwa Paus Leo XIV bisa menjadi mediator konflik, jika Jakarta berkenan dan berkehendak baik mewujudkan perdamaian dunia.

Pelangi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun