Karena kedegilan dan keangkuhan hati mereka. Sehingga mereka tidak mau mengdengarkan kesaksian Stefanus. Karena itu mereka bertindak kejam kepada Stefanus. Ketikaa ia hendak dibunuh, ia manatap ke langit, ia melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Sebagaimana dikatakannya, "Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah". Pada detik-detik Stefanus dibunuh oleh massa, ia berdoa, "Ya Tuhan terimalah rohku", kemudian ia berseru dengan suara nyaring "Tuhan jangan tagungkan dosa ini kepada mereka".Â
Doa Stefanus adalah replika atau pengulangan atas doa Yesus sendiri. Ketika ia tergantung di atas kayu salib, "Ya Bapa, ke dalam Tangan-Mu, ku serahkan nyawaku". Dan doa Tuhan Yesus atas mereka yang menyalibkannya, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".
Santo Stefanus adalah seorang figur murid Tuhan Yesus yang sejati, seorang murid Yesus Kristus yang benar, bukan seorang murid Yesus Kristus yang palsu, tiruan, atau murid Yesus karbitan, atau murid Yesus yang bersikap abu-abu terhadap kebenaran imannya. Atau murid Yesus yang menjual Yesus demi jabatan, uang, pangkat, tahta, kedudukan, dan status quo. Tapi Santo Stefanus adalah seorang murid yang sungguh-sungguh sejati, sungguh-sungguh benar, karena keberanian mempertaruhkan seluruh hidupnya demi kebenaran iman yang diyakini dan diikutinya.Â
Model atau pola pemuritan Santo Stefanus ini disebut sebagai spiritualitas Imitatio Christi atau spiritualitas imitasi atau mencakup seluruh pikiran, perasan, mentalitas, sikap hidup dan ajaran Tuhan Yesus, Sang Guru dan Sang Martirnya dalam hidupnya, dengan demikian ia menjadi Kristus yang lain (Alter Christi), yang mampu menghadirkan wajah Kristus kepada dunia.Â
Karena Yesus adalah satu-satunya aktor kehidupan awal dan kehidupan akhir bagi kita manusia. Ia-lah Alfa dan Omega, yang memberengtangi sejarah perjalan hidup kita dalam perjalanan-Nya menuju kesempurnaan abadi.Â
Model atau pola Imitatio Christi yang telah ditunjukkan oleh Santo Stefanus, inilah yang sangat diharapkan oleh Tuhan Yesus kepada kita semua pada jaman sekarang ini.
Sebagai pengikut-Nya, sebagai murid-Nya, sebagai orang kepercayaan-Nya. Pertanyaan-pertanyaan penting yang harus kita menjawabnya dengan jujur. Apakah kita bisa seperti Santo Stefanus? Apakah kita bisa menjadi murid yang bermental permisif saja? Atau murid yang bermental mencari nyaman saja? Atau murid yang bermental menggunakan nama Tuhan Yesus demi diri sendiri, jabatan, kedudukan, dan status quo? Ataukah kita sungguh menjadi murid yang mempertaruhkan kebenaran-Nya apapun resikonya? Sebagaimana Stefanus. Mempertaruhkan seluruhnya dan mengorbankan seluruh hidupnya, jiwa-raganya, demi Sang Guru, Sang Martir Sejati, Yesus Kristus.
Situasi Papua hari ini tidak baik-baik saja. Situasi Papua hari ini diliputi praktek ketidakadilan, kekerasan bersenjata, pelanggaran HAM, pengrusakkan alam hutan masyarakat adat akibat eksploitasi sumber daya alam karena kerakusan dan ketamakan para oligarki bangsa ini. Serta penghancuran terhadap nilai-nilai budaya dan identitas sejarah bangsa Papua.Â
Pada kesempatan ini, saya memberikan aplos atau pujian kepada orang-orang mida Papua dan non Papua. Para pejuang kebenaran, keadilan, kemanusiaan, keutuhan ciptaan, yang berani bersuara, berteriak di jalan-jalan, di hutan-hutan rimba Papua, di dalam dan di luar negeri. Yang menuntut penegakkan atas hak-hak asasi dan martabat orang Papua yang dirampas dan diinjak-injak oleh para penguasa bangsa ini.Â
Kalian adalah Stefanus-Stefanus jaman ini, di tanah Papua ini, di Indonesia ini, di luar negeri. Keberanian kalian menyuarakan kebenaran, keadilan, dan hak asasi manusia serta keutuhan ciptaan adalah wujud iman kalian kepada Sang Martir sejati. Perjuangan kalian bukanlah untuk diri kalian, melainkan perjuangan kalian adalah untuk kepentingan kemanusiaan universal, kepentingan keutuhan alam, dan kepentingan kebenaran iman yang diajarkan oleh Sang Guru Kehidupan, Yesus Kristus.Â
Namun ada dua hal yang mau saya berpesan kepada orang-orang muda pejuang kebenaran, keadilan, kemanusiaan, dan keutuhan ciptaan ini, yang berada di Papua maupun di luar Papua, baik di luar di Indonesia ini maupun di Indonesia: