Mohon tunggu...
Pena Wimagati
Pena Wimagati Mohon Tunggu... Mahasiswa dan Jurnalis

Tulis, Baca, Nyanyi dan Berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

'STEFANUS PAPUA': Membumikan Iman Kristianisme Radikal

2 Juni 2025   07:30 Diperbarui: 2 Juni 2025   07:41 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dan dok. Penulis (foto: Penulis) 

Mengalirkan Spiritulitas Inkulturasi

Uskup Bernardus, menjelang berkat penutup, mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan satu-dua kata oleh 'tuan rumah', pengurus dewan Paroki KTDW. Tidak banyak hal yang Uskup Bernard sampaikan, ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berandil dengan caranya masing-masing menyukseskan Misa dan perayaan iman umat. Ia juga membagikan sebuah pengalaman rohani yang banyak bersentuhan langsung dengan Gereja KTDW, baik dari segi arsitektur bagunannya yang khas, yang menurut Uskup Bernard banyak mengandung nilai-nilai teologis yang maha kaya karya almarhum Bruder Bloom OFM, ini juga tentunya sebagai kritik bagi beberapa gedung Gereja yang punya nilai sakral, historis, antropologis dan teologis, namun terpaksa harus terbongkar dengan dalil 'peremajaan' dan sejenisnya.

Uskup Bernard berkisah bahwa Gereja KTDW adalah salah satu Gereja yang hampir 90% ia kunjungi saat masih berstatus sebagai frater dan mahasiswa di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur (STFT FT), Abepura-Papua. Ia sendiri sukar menjelaskan secara detail alasannya, namun satu yang pasti bahwa kental dan kuatnya nuansan teologi budaya dalam corak bangunan dan tradisi iman umat KTDW adalah indikatornya.

Ia Gereja yang berbeda dari Gereja-Gereja yang ada, menurut Uskup Bernard, ia mencontohkan bahwa dalam perayaan Ekaristi lagu-lagu yang umat kumandankan tidak melulu bahasa Latin, bahasa Indonesia, atau bahasa daerah, melainkan teranyam secara harmonis sehingga memberikan kesan universalitas Gereja dalam partikularitasnya. 

Beda barangkali dengan beberapa Gereja yang lebih menonjolkan unsur budaya Latin atau budaya nasional sesuai pengalaman Uskup Bernard.

Inkulturasi adalah kata kunci jika kita mau memahami orientasi misi Gereja pasca Konsili Vatikan II. Bukan sekedar konsep, melainkan konteks, bukan pula sekedar konteks kultis-liturgis, melainkan konteks sosial, ekonomi, dan politik yang membebaskan.

Bara inkulturasi ini belum begitu dengan cukup kuat terejawantakan. Sehingga tawaran-tawaran transformatif-transendental dari kristianisme abu-abu, abal-abal, karbitan, dan gadungan ke kristianisme radikal, militan, puritan, dan tulen berkaca pada Yesus dari Nazareth itu selalu identik bersama Uskup Bernard.

Petisi Umat Katolik

Suara Kaum Awam Katolik Papua, pada hari ini Minggu, 01 Juni 2025 kembali melakukan Aksi Ke -- 31, Protes Terhadap Pernyataan USMAN di Gereja Katolik Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Keuskupan Jayapura. Aksi berlangsung setelah Misa, pukul 10:27 -- 12:34 Waktu Papua.

Pada Aksi hari ini, Kami menjalankan PETISI UMAT KATOLIK Untuk Penolakan USKUP KEUSKUPAN Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSG. Kami menyatakan: (1) Gereja Katolik Jangan Piara "Malum" di Anim Ha, Selatan Papua; (2) Segera Ganti Uskup Keuskupan Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC. 

Mengapa? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun