Mohon tunggu...
Yeni Dewi Siagian Psikolog
Yeni Dewi Siagian Psikolog Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Professional Training Organizer, Human Capital Practitioner, Digital Marketing ,Trainer dan Assessor BNSP Licensed | Coach, Productivity and Women Empowerment Psychologist | Member of APA (American Psychological Association) | WeSing @yenidewisiagianpsikolog | Twitter @yenidewisiagian | FB/IG @yenidewisiagianpsikolog | YouTube @yenidewisiagianpsikologtv | Pernah bekerja sebagai Journalist di Majalah Intisari (KKG) | Business Inquiries Contact 0812-9076-0969 | Founder of www.butterflyconsultindonesia.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenangan Ibadah di Malam Natal di Bawah Ancaman Pembakaran Gereja

21 Mei 2022   00:26 Diperbarui: 21 Mei 2022   20:08 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Aku" - Design by pinterest.com

Saya tahu, kami semua pasrah saat itu. Apapun yang Tuhan kehendaki pada kita, itu pasti yang terbaik.

Dalam hati saya juga berkata, kalau nanti ada apa-apa, saya akan memberikan badan saya buat menutupi badan adik saya. Biar badan saya yang akan melindungi adik saya dari apapun yang akan terjadi nanti. Karena dia adik saya satu-satunya.

"Adikku" - Design by pinterest.com
Ibadah berjalan mengikuti liturgi (alur acara) yang sudah disiapkan. Semua berjalan dengan tenang dan khidmat. Tidak ada musik malam itu. Hanya suara kami yang bernyanyi bersama untuk menyembah Tuhan.

Karena Pendeta sudah wanti-wanti kalau Beliau pun dapat ancaman kalau berani melaksanakan Ibadah Malam Natal saat itu di gereja, tapi Beliau bulatkan tekad dan siap martir (meninggal dan mempertahankan iman kepada Tuhan) kalau itu yang harus dia alami malam itu. "Saat ibadah, meninggal, masuk surga."kata Beliau. Hal itu saya imani juga dalam hati saya, dan membuat saya semakin pasrah ke Tuhan.

---------------------

Dan bener saja, ketika kami sedang beribadah, terdengar suara motor besar yang digas dengan kencang bolak balik di sekitar gereja.

Bapak Pendeta yang sedang melayani pun bolak balik dipanggil dari konsistori karena ada telepon buat beliau. Tapi setiap diangkat, teleponnya mati. Beliau tetap tersenyum walau keringat terlihat di dahinya. Bagaimana tidak ? Ketika sedang memimpin ibadah dia bolak balik hampir 5 kali ke konsistori (ruang sekretariat pengurus gereja) dan ke ruang serbaguna, untuk mengangkat telepon yang selalu dimatikan setiap dia bilang "halo."

Penelepon fiktif itu benar-benar mecoba menggangu emosi dan tenaga Pendeta saat itu. Namun Beliau tetap mengatakan kepada kami untuk siaga dan berserah kepada Tuhan supaya Ibadah Perayaan Natal bisa diselesaikan dengan lancar.

---------------------

Meskipun kondisi Ibadah saat itu agak tegang karena suara motor besar yang mengaum-ngaum di luar gereja dan telepon fiktif yang dilakukan berulangkali si sela-sela Ibadah, namun Bapak Pendeta tidak hilang semangatnya untuk memimpin Ibadah Natal.

Beliau juga mengingatkan kami untuk terus mendoakan semua hal yang baik, termasuk mendoakan mereka yang mengancam membakar gereja malam itu. Kami pun mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun