Mohon tunggu...
Healthy

Anxiety Disorder, Sebuah Penyakit Kejiwaan yang Harus Diwaspadai

19 November 2018   10:13 Diperbarui: 19 November 2018   10:21 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

            InsyaAllah dan izinkan hamba ini menjadi ahli surga-Mu ya Allah.

            Bismillah. 

Ternyata aku tau, bahwa aku mengalami masalah dengan kejiwaan. Ya, dari beberapa akun youtube aku melihat ada kesamaan gejala yang aku rasakan. Namanya mental illness atau anxiety disorder. Nyatanya aku fikir lagi, aku pernah dulu kira-kira zaman SMP pernah merasakan hal yang sama. Oke, mulai saat ini aku akan berusaha untuk menyembuhkan penyakit psikologi ini.

Alhamdulillah, meskipun aku sudah merasakan hampir 6 bulan terkait penyakit kejiwaanku, aku selalu mengingat Allah SWT atas apapun keadaanku. Karena aku yakin, bahwa Allah SWT tidak akan memberikan musibah sebesar yang bias dilampaui hamba-Nya. Meskipun rasanya sangat sering menyatakan bahwa sudah tidak kuat hidup lagi, namun bagiku Allah SWT selalu punya cara agar aku dapat bertahan dan berjuang dari penyakit ini.

Dari berbagai sumber yang aku lihat, bahwa ternyata ada banyak orang di Indonesia yang juga memiliki penyakit kejiwaan yang sama sepertiku. Penyakit ini bukanlah stress, namun depresi yang berlebihan. Nyatanya, banyak orang Indonesia yang selalu menyepelekan penyakit ini. Sebagai mahasiswa Biologi dan juga bagiku sebagai orang yang mengidap penyakit mental ini, aku berusaha agar bias membantu orang lain. Mulai sekarang, aku harus bisa punya kepribadian baru agar bisa totally sembuh dari penyakit ini sehingga bisa membantu orang diluar sana yang memiliki penyakit sama sepertiku.

Penyakit ini juga telah dimuat dari beberapa kasus sehingga diterbitkannya jurnal. Asrori, (2015) menyatakan dalam jurnalnya bahwa strategi utama dalam pemberian mental illness ini yaitu Terapi Kognitif Perilaku. Terapi ini adalah dengan mengubah pemikiran dan keyakinan irrasionalnya dengan pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan positif.

Dalam jurnalnya yang berjudul .. menyebutkan bahwa gangguan kecemasan sosial dapat ditegakkan jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu (DSM IV, 2000): (1) Ketakutan yang menetap pada satu atau lebih situasi sosial, ketika seseorang harus bertemu dengan orang baru atau tidak dikenal dan orang-orang tersebut akan mencermatinya, (2) Menghadapi ketakutan terhadap situasi sosial yang selalu memicu timbulnya kecemasan, (3) Individu tersebut mengakui jika ketakutannya berlebihan atau tidak masuk akal, (4) Situasi sosial yang ditakutkan itu dihindari jika tidak akan menimbulkan kecemasan yang menetap atau distres, (5) Adanya perilaku menghindar, (6) Adanya upaya antisipasi, (7) Kondisi distres ini secara signifikan berpengaruh terhadap rutinitas normal seperti sekolah, pekerjaan, atau hubungan dengan orang lain, atau dirinya mengalami distres yang menetap karena fobia yang dialaminya.

Di dalam jurnal Ilmiah Psikologi Terapan  karangan Asrori(2015) ini, bahwa perempuan lebih banyak mengalami gangguan ini lebih dikarenakan adanya tekanan sosial yang diletakkan di pundak mereka untuk lebih menyenangkan orang lain, dan hal ini mendapatkan persetujuan mereka. Ya, ini benar sekali. Saya sendiri merupakan pribadi yang menggunakan feeling, sehingga mudah sekali saya untuk mengalami gangguan kecemasan ini. 

            Butler (1999) menyatakan bahwa untuk mengatasi kecemasan sosial ini dilakukan dengan cara mematahkan "lingkaran setan" atau jika tidak, maka permasalahan tetap akan berkelanjutan. Ada empat metode utama yang diterapkan oleh Butler (1999), yakni: 1. Mengubah Pola Pikir 2. Melakukan Sesuatu yang Berbeda 3. Mereduksi Self-Conciousness 4. Membangun Kepercayaan Diri.Berdasarkan beberapa penelitian di muka, dapat disimpulkan bahwa komponen Terapi Kognitif Perilaku yang digunakan untuk mengatasi kecemasan sosial adalah : 1. Psikoedukasi (Halford, Doolan, & Eadie, 2002; Karp & Dugas, 2003; Westra & Phoenix, 2003). 2. Restrukturisasi Kognitif (Book, & Randall, 2002; Feeney, 2004; Halford, Doolan, & Eadie, 2002; Rector, Kocovski, & Ryder, 2002; Suryaningrum, 2005). 3. Relaksasi (Book, & Randall, 2002; Feeney, 2004; Halford, Doolan, & Eadie, 2002; Suryaningrum, 2005; Westra & Phoenix, 2003), Role Play (Karp & Dugas, 2003; Suryaningrum, 2005). 4. Exposure (Book & Randall, 2002; Feeney, 2004; Halford, Doolan, & Eadie, 2002; National Institute of Mental Health, 2002; Rector, Kocovski, & Ryder, 2002; Suryaningrum, 2005; Westra & Phoenix, 2003). 5. Tugas rumah dan self monitoring (Feeney, 2004).

            Jadi, sebenarnya penyakit Anxiety Disorder atau Mental Illnes ini dapat disembuhkan dengan berbagai pendekatan positif supaya psikologi sseseorang yang mengidap penyakit ini dapat berubah lebih baik. Semoga dengan berbagi kisah dan aplikasi melalui jurnal jurnal psikologi terkait Anxiety disorder ini, dapat membantu pembaca untuk mewaspadai penyakit kejiwaan ini. Mencegah lebih baik kan daripada mengobati? :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun