Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 33

18 Mei 2021   20:35 Diperbarui: 18 Mei 2021   20:37 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://rafflesiahambali.wordpress.com/

"Kamu nggak akan berbicara seperti ini, kalo kamu tau latar belakang kehidupan dia!" untuk pertama kalinya, Utari melihat sedikit emosi timbul di mata pria itu, "Ri, untuk kali ini tolong ngertiin Mas."

"Selama ini aku kurang pengertian yang gimana lagi, Mas?" Utari ingin sekali berteriak, hanya saja dia juga masih memiliki kesopanan, "Mas Bagus ini pejabat! Reputasi Mas di atas segala-galanya! Jika dia butuh bantuan Mas, kenapa Mbak Windri nggak dateng aja ke rumah?"

"Ri, bukan dia nggak mau. Tapi dia nggak enak sama kamu."

Utari hanya ingin melempar cangkirnya ke wajah Bagus Pandhita. "Dia lebih enak menemui Mas Bagus di belakangku daripada meminta izinku? Lalu ketika Mas Bagus berusaha memberi kabar padaku, dia selalu bisa mengalihkan dengan segala upaya bukan?"

Bagus Pandhita hanya terdiam. Hal itu cukup menjelaskan seperti apa sifat Windri. "Apalagi anaknya juga sangat lucu. Atau dia memang berusaha menahan Mas Bagus, dengan alasan anaknya yang kangen sama Mas Bagus?"

"Ri, sejak lahir Agni memang sudah menjadi anak angkatku."

Jantung Utari seperti tersambar petir yang mulai berbunyi bersahut-sahutan di kejauhan. Bahkan kenyataan jika Windri telah memiliki anak, baru diketahui sekarang. Bagus Pandhita tidak pernah menceritakan mengenai masa lalunya. Utari mengetahui beberapa mantan pria itu, hanya dari media yang belum tentu kebenarannya.

Baru disadari, jika dia tidak tahu apapun mengenai pria itu. Utari menggigit bibir, menahan kejengkelan dan sakit hati yang makin menggerogoti. Selama ini, Bagus Pandhita hanya menawarkan madu manis. Namun perlahan berubah menjadi basi dan terasa begitu pahit di lidah.

"Kenapa---kenapa selama ini Mas tidak menceritakan apapun kepadaku?" 

"Karena aku pikir itu tidak terlalu penting. Lagipula Windri tidak mau, rumah tangga kita diliputi prasangka. Aku selalu menganggap dia tidak lebih dari sekedar sahabat. Dia tidak memiliki siapapun untuk bersandar."

"Jika dia mengerti perasaanku, maka tidak seharusnya kalian melakukan hal seperti itu kepadaku. Mas nggak perlu berbohong untuk menutupi pertemuan-pertemuan itu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun