Utari mengeratkan jaket yang memeluk dirinya. Udara malam kian dingin, sementara hujan masih tak kunjung berhenti. Dia tidak bisa berpikir. Otaknya masih dipenuhi bayangan kebersamaan suaminya dengan wanita itu. Juga anak itu. Kemudian perkataan Bagus yang tanpa dosa. Seakan apa yang dilakukan pria itu, memang suatu hal yang wajar.
"Ya Allah, aku mencintai pria ini. Bagaimana mungkin aku memiliki niat untuk meninggalkannya, sementara hatiku tidak mungkin bisa berpaling."
Semua wanita memang ingin dekat dengan Bagus Pandhita. Utari menyadari kenyataan itu. Mungkin tidak seharusnya dia bersikap kekanakan. Cemburu sudah membutakan mata dan hatinya.
Dia takut kehilangan suaminya. Dia masih meragukan perasaan Bagus Pandhita kepadanya. Tidak, pria itu tidak akan berpaling kepada siapapun dengan hubungan unik yang terjalin di antara mereka.
Utari hanya harus bersabar sedikit. Dia hanya perlu berkorban sedikit, untuk tetap tegar berada di sisi pria itu.