Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dan Rere Pun Benar-Benar Sigap

9 September 2019   00:35 Diperbarui: 9 September 2019   08:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa banyak perimbangan lagi, aku bergegas mengajak Rere dan Kang Syech pergi ke Mamasa. Mali, sopir yang juga pemilik Triton yang disewa koordinator Tim Sigap Palu membawa kami menyusuri trans Sulawesi yang membelah bukit-bukit pasir. Beberapa bagian jalan masih terputus. Mali perlu melakukan beberapa manuver untuk memastikan kami selamat.

Sudah larut malam ketika kami melewati jalan berbatu-batu itu.  "Saya pernah bekerja di wilayah ini, Bu. Insya Allah kita berada pada jalur yang benar,"ujar Rere sambil membuka pintu mobil. Rupanya keraguanku terbaca olehnya. Sebelumnya Kang Syech mengomel karena Rere terlihat agak ragu. Aku pun ikut turun. Hampir tak ada yang terlihat setelah lampu mobil dimatikan. 

Gempa berulang kali membuat penduduk Mamasa ketakutan kembali ke rumah masing-masing. Mereka mendirikan tenda di halaman depan rumah.

"Kak Linda bisa ajak ustadz Taufiq dan Anca ke Mamasa? Kita respon disana, yuk! Tim Sigap Palu  mulai fokus membangun kelas sementara untuk madrasah terdampak. Dahlan sudah cukup mandiri memimpin relawan lainnya melaksanakan kegiatan Gembira aktifkan Kelas Sementara Ramah Anak, "ujarku kepada Nurlinda Taco. Malam ini kami janjian bertemu di tempat penginapan dekat lokasi pengungsian. Kak Linda dari Takalar ke Mamasa bersama Lisa dan Ugi.

Sudah masuk waktu subuh.. Mobil putih bertuliskan Saya Perempuan Anti Korupsi terlihat parkir di depan penginapan. Aku dan Kang Syech turun mebawa ransel kami ke penginapan. Akmal dan Rere memutuskan tidur di mobil. 

"Gempa..gempa..gempa...Ayo keluar! Jangan lupa lindungi kepala, "ujarku. Kami baru saja mengeluarkan pakaian ganti saat gempa menerjang. Goyangannya tidak kencang, tapi kami tetap kunpul di depan penginapan. Setelah gempa berhenti  kami kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap sarapan. Tentu saja selalu #SiapUntukSelamat.

"Kita bagi dua rombongan ya. Aku dan Kang Syech ke Posko BPBD Mamasa. Kak Linda dan Lisa sebaiknya menemui Bupati di kediaman beliau, "imbuhku  Kureguk teh manis hangat di teras. 

"Ayo bangun, Re!" Ujarku sambil memilah ragam bantuan logistik dan kit Gembira yang kami bawa dari Pos Kemenag KerLiP di Asrama Haji Kota Palu. 

Rere langsung terbangun. Ia bergegas mandi. Sementara itu, kulihat Mali sedang mengisap rokok ditemani secangkir kopi. Udara dingin Mamasa mulai terasa menusuk.

"Berapa jumlah kit yang akan dibawa hari ini, Bu?" Tanya ustadz Taufiq. Ia menurunkan barang-barang dari bagasi.

"Kita bawa 50 paket saja. Jangan lupa makanan kecil dan pustaka sahabat anaknya dibawa juga ya, "jawabku.

Akmal sudah siap membawa kami ke Posko BPBD Mamasa. Rasa penat setelah menempuh perjalanan 14 jam dari Palu ke Mamasa tak menghalangi kami untuk bergegas. 

"Rere buka opencam ya. Amati langkah-langkah dukungan psikososial yang ibu praktikkan. Tiru dan Modifikasi dengan praktik-praktik baik Rere di Padogimo, "ujarku sambil membawa kit gembira dan makanan kecil untuk anak-anak menuju tenda sekolah darurat yang dipenuhi anak-anak sekolah. Sementara itu, Ugi bergegas menghampiri petugas BPBD di Posko dengan  membawa lembar kaji cepat.

"Bu, kami diterima oleh Pak Bupati dengan baik. Sebaiknya ibu kesini juga, "pesan dari Kak Linda masuk. 

Rere dan aku bergantian mengajak anak-anak gembira aktifkan kelas sementara ramah anak. Rere pembelajar cepat. Tekadnya untuk menjadi anggota Satuan Tugas Istimewa Siaga Pendidikan atau Sigap KerLiP patut diacungi jempol. Berhari-hari sebelum pergi ke Mamasa, ia mengolah hasil deteksi warna "Gembirakah Aku Hari Ini?" dari relawan lokal yang pergi mendampingi 450 penyintas anak di 45 kelas sementara. Ia mengajak Iqbal dan Fitria untuk memasukkan data tersebut ke salam format yang sudah kusiapkan. 

Rere juga menemaniku mendampingi orangtua/wali di MTsN 3 Palu untuk membentuk Potluck-Paguyuban Orangtua Untuk Anak Lebih Cerdas Berkarakter. Tak mengherankan jika aku tidak bergeming, ketika Koordinator Tim Sigap Palu menyampaikan kekecewaannya tentang ulah Rere, Dahlan, dan relawan dari Sulawesi Selatan. "Saya hanya mau bekerja dengan teman-teman  yang mengalami suka duka dengan saya, Bu, "kata Koordinator Tim saat kami bicara dari hati ke hati bersama Nurlinda di salah satu kamar ber-AC di asrama haji.

Rere, Dahlan, ustadz Taufiq, dan Anca adalah 4 relawan yang mendaftar pada open recrutmen Tim Sigap Palu. Rere dan Dahlan bertahan sampai Pos Kemenag KerLiP ditutup. Taufiq dan Anca sudah kembali dengan Hercules terakhir yang mengangkut relawan. Aku tetap bersikukuh untuk tidak memberhentikan relawan kecuali ia menyatakan keluar dengan sukarela. Apalagi dalam perjalanannya kemudian mereka selalu semangat mendampingi para penyintas anak. 

"Ibu saya rencana ke Palu besok pagi dari Makasar pukul 6.. tapi gak ngasi tahu Koordinator Tim biar jadi surprise, "kata Kak Linda pada 14 November 2018. Kemudian ia menanyakan alamat Pos Kemenag KerLiP. 

"Hari ini Tim Sigap Palu ke Wani mencari sumber bambu siap pakai. Ayo kalau Kak Linda mau langsung ke MTsN 3. Rere dan saya  akan memulai 10 langkah menyiapkan kelas sementara ramah anak, "Aku menjawab pesan Kak Linda tanpa ragu. "Kak Linda, mentor saya yang luar biasa, Bu. Beliau tim sukses  Bupati Takalar terpilih. Insya Allah KerLiP Takalar akan segera diresmikan, "ujar Koordinator Tim saat kami bertemu sekilas dalam pelatihan fasilitator SRA di Bekasi. Saat itu aku bergegas kembali ke Jakarta setelah menyampaikan materi yang diminta bu Elvi. Bupati Halmahera Barat bersama Kepala Bappeda dan Kepala Dinas Pendidikannya sudah menungguku di ruang tamu Dirjen Dikdasmen Kemendikbud. 

Allah menyatukan hati hamba-Nya. Pertemuan berikutnya dengan Kak Linda pada pelatihan Konvensi Hak Anak bagi fasilitator nasional SRA. Kali ini aku mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pelatihan. Kak Linda hadir bersama Kak Intan. Kami pun mulai lekat ditemani barongko, makanan khas Makasar yang legit manis. Keduanya memutuskan ke Palu setiba di Makassar. Ternyata kami bertiga tiba Palu pada saat bersamaan.

Inilah 10 langkah persiapan Gembira Aktifkan Kelas Sementara Ramah Anak

1. Verifikasi ruang kelas rusak bersama kanwil kemenag dan pupr

2. Membentuk potluck paguyuban orang tua kelas untuk anak cerdas berkarakter

3. Mendampingi anak-anak membuat papan mimpi "madrasah ramah anak idaman kita"

4. Mendampingi anak2 untuk presentasikan gagasan dan harapannya di hadapan potluck

5. Menyusun rencana pembangunan kelas sementara ramah anak secara gotong 

6.membentuk panitia pembangunan kelas sementara ramah anak

7. Melaksanakan pembangunan kelas sementara ramah anak bersama tim Sigap KerLiP

8. Melengkapi kelas sementara dengan karya2 anak

9. Menghijaukan kelas sementara dengan mengajak anak berkebun

10. Melengkapi kelas sementara denga  pojok pustaka sahabat anak sumbangan dari berbagai pihak

Aku langsung jatuh hati sama Rere, ketika menyaksikan ratusan orangtua/wali menunggu kami untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan kelas sementara ramah anak.

Sayang sekali, Tim Sigap Palu berubah menjadi kontraktor pembangunan kelas mengejar target 129 kelas sementara siap pada Desember 2018. Aku memutuskan untuk membentuk tim pendamping relawan lokal. Bersama Rere dan Dahlan merencanakan kegiatan  Gembira aktifkan Kelas Sementara Ramah Anak yang didanai EHEF New Zealand. Sasarannya adalah 450 penyintas anak SMA, SMK, Madrasah, dan SLB yang belajar di tenda dan kelas sementara.

Intensitas kegiatan pengambangan kapasitas relawan dan pendampingan di 45 satuan pendidikan di Padogimo membangun kelekatan hubunganku dengan Rere dan Dahlan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun