Pedang Jinawi dan Pisau Sirawik

Prolog.

Pedang Jinawi adalah pedang Sakti yang muncul di masa-masa awal berdirinya kerajaan Bukit Baru Patah. Kemunculan Pedang Sakti Jinawi sebenarnya buah tangan seorang pandai besi di daerah hilir Sungai Batang Hari, yang dipersembahkan kepada putra Yang di-Pertuan Agung Raja Bukit Batu Patah.

Hadiah ini kemudian menggemparkan  pulau Andalas ketika putra Yang dipertuan Agung untuk menumpas para bandit di Bukit Tambun Tulang di kali gunung Kerinci.

Sejak saat itu, pedang Sakti Jinawi di nobatkan sebagai pusaka kerajaan dan menjadi tanda sahnya tahta raja Bukit Batu Patah sampai Raja Pagaruyung. Namun saat terjadi pergolakan besar di Pagaruyung ratusan tahun silam, Pedang Jinawi Hilang dari tempat penyimpanannya. 

Setelah dicari dengan berbagai cara, tapi tidak membuahkan hasil. Bahkan ketika Istana Pagaruyung Darur Qarar di sahkan sebagai Istana Pagaruyung, Pedang Sakti Jinawi masih tidak dapat ditemukan. Hanya saja, seorang petinggi Agama dari India meramalkan bahwa Pedang Jinawi adalah pedang Kayangan yang akan muncul lima ratus tahun sekali. Pedang itu akan mengenali tuannya untuk satu sampai tiga generasi saja. Setelah itu akan kembali menghilang ke kayangan.

Selain pedang Jinawi, orang tua itu mengatakan bahwa ketika Pedang Jinawi kembali Muncul, dia akan muncul bersamaan dengan senjata ajaib lainnya yang konon bernama Pisau Sirawik yang kesaktiannya setara dengan kesaktian pedang Jinawi. Hanya saja, kemunculan Pisau ini bukanlah kabar baik. Pisau Sirawik disebut sebagai musuh bagi pemegang Pedang Jinawi. Saat kedua senjata itu muncul, dunia akan mengalami perubahan ekstrim. Langit akan memuntahkan petir dan badai besar, lautan akan mengamuk. Gunung-gunung berapi akan meletus mengeluarkan isinya.

Kiamat sudah dekat!

****

Sebuah pesawat komersial mendarat di Bandara utama bekas kekuasaan kerajaan Bukit Batu Patah dan Pagaruyung. Tidak lama, beberapa orang keluar dari pesawat dengan penampilan mewah dan elegan. Aura beberapa orang itu sangat luar biasa. 

Paling depan, seorang pemuda berkacamata hitam dan berambut keperakan mendongakkan kepala dengan bibir mengulas senyum. Tangannya merapikan kerah baju putih dibalik jas hitam bermerek. Dibelakangnya menyusul lima orang berpakaian serba hitam dengan kepala hampir botak. 

"Inikah tempat yang dimaksud dalam perkamen itu?" Tanya pemuda itu tanpa menoleh.