Dunia sedang berubah lebih cepat daripada kemampuan manusia menyesuaikan diri. Perang, krisis iklim, disrupsi teknologi, dan ketimpangan sosial menjadi realitas yang tak lagi bisa dihindari. Dalam situasi ini, pendidikan tidak boleh hanya mengajar "apa yang harus dipikirkan," tetapi juga "bagaimana berpikir."
Di sinilah filsafat pendidikan hadir, bukan sekadar teori, tetapi kompas moral dan intelektual yang menuntun arah kemanusiaan di tengah pusaran global.Â
Filsafat Pendidikan dan Isu Dunia: Dari Kelas ke Kemanusiaan
Ketika dunia dihadapkan pada perubahan iklim dan perang geopolitik, pertanyaan mendasar muncul: untuk apa manusia belajar?
Jika tujuan pendidikan hanyalah mencetak tenaga kerja, maka kita telah gagal mendidik manusia seutuhnya. Filsafat pendidikan humanistik, seperti yang digagas Paulo Freire, menekankan pentingnya kesadaran kritis  bahwa belajar bukan sekadar menghafal, tetapi memahami realitas sosial untuk mengubahnya.Artinya, pendidikan seharusnya menumbuhkan empati global, bukan sekadar kecakapan digital.
Kegelisahan dunia abad ke-21 bersifat multipel dan simultan: perubahan iklim yang memperparah kerentanan ekologis, konflik geopolitik yang memecah solidaritas, disrupsi teknologi yang merombak cara bekerja dan berinteraksi, serta ketimpangan ekonomi dan sosial yang melanggengkan marjinalisasi. Di tengah rangkaian krisis ini, muncul pertanyaan mendasar yang terus menekan: Untuk apa kita mendidik? Atau lebih luas lagi: Apa tujuan pendidikan dalam konteks peradaban yang sedang diuji?
Filsafat pendidikan menawarkan cara berpikir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ia tidak memberikan resep teknis instan, melainkan bingkai reflektif yang membantu kita menilai tujuan, isi, dan praktik pendidikan. Artikel ini menguraikan secara mendetail bagaimana filsafat pendidikan sebagai disiplin pemikiran dan praktik normatif dapat menjadi kompas di era ketidakpastian. Kita akan menelaah berbagai tradisi filsafat pendidikan, mengkaitkannya dengan isu-isu global kontemporer, dan merumuskan implikasi pedagogis serta kebijakan yang relevan agar pendidikan tidak sekadar reproduksi keterampilan, melainkan upaya membentuk manusia dan masyarakat yang mampu bertahan, beradaptasi, dan bertanggung jawab.
1. Filsafat pendidikan: apa, mengapa, dan perannya sekarang
Secara ringkas, filsafat pendidikan adalah studi tentang dasar-dasar dan tujuan pendidikan: apa yang pantas diajarkan, bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung, dan nilai-nilai apa yang harus membimbing praktik pendidikan. Terdapat banyak aliran dari tradisi klasik yang menekankan kebajikan moral, humanisme, pragmatisme, hingga postmodernisme yang menyorot pluralitas perspektif, tetapi kesatuan fungsionalnya adalah mempertanyakan untuk apa dan bagaimana pendidikan harus dijalankan.
Mengapa filsafat pendidikan penting sekarang? Karena teknokrasi dan utilitarianisme neoliberalis berisiko mengubah pendidikan menjadi mesin produksi keterampilan, Â efisien untuk pasar, tetapi miskin tujuan manusiawi. Ketika dunia menghadapi krisis yang kompleks, tujuan sempit itu tidak memadai: pengetahuan teknis tanpa orientasi etis tidak bisa menyelesaikan konflik sumber daya, dan literasi digital tanpa literasi nilai tidak mampu mencegah dehumanisasi. Filsafat pendidikan mengingatkan kita bahwa pendidikan harus membentuk kemampuan berpikir kritis, empati, tanggung jawab moral, serta kapasitas kolektif untuk memperbaharui institusi sosial.
2. Tradisi-tradisi penting dan relevansinya terhadap isu global