Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Cara Cepat Menko Pangan Zulhas Tangani Beras Oplosan

25 Juli 2025   22:37 Diperbarui: 25 Juli 2025   22:42 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber Istimewa)

Yang paling menyebalkan dari beras oplosan bukan cuma soal harga. Tapi soal niat. Niat untuk menipu. Bulir-bulir beras itu memang tampak mulus, licin, bahkan berkilau seperti nasi hajatan.

Tapi siapa sangka, di dalam satu kantong beras yang dijual dengan label "premium," terselip gabah usang, beras patah, hingga yang sudah bau apek. Petani menyebutnya "beras banci" tidak jelas jantan atau betinanya: medium bukan, premium pun bukan.

Pedagang licik tahu betul bahwa label lebih menjual daripada isi. Maka, yang dicampur bukan hanya fisik beras, tapi juga moral dagang.

Di pasar tradisional, trik ini sudah bukan hal baru. Satu karung beras medium bisa berubah kasta jadi "premium" hanya dengan digosok pakai minyak sayur dan diayak lagi dua kali. Biayanya?

Tak sampai seribu rupiah per kilo. Tapi nilai jualnya bisa melompat tiga ribu. Konsumen awam, terutama ibu-ibu di kota, hanya melihat dari warna dan kilau. Di sinilah ruang untuk kebohongan tumbuh: ketika label jadi lebih penting dari mutu.

Lalu datanglah Zulhas. Seperti biasa, artikulasinya datar tapi tegas. Selain cepat, dan tidak banyak basa-basi. Di hadapan publik, ia bicara langsung, "Turunkan harga. Jangan berbohong." Ia marah.


Kata-katanya mengalir cepat seperti orang sedang mengejar maling. Ia bahkan menyamakan kategori beras dengan daging: ada beras biasa, ada yang "wagyu". Tapi yang utama: harus jujur.

Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN, kini Menko Pangan, sudah banyak asam garam di pemerintahan. Tapi ia tampaknya mengerti satu hal dasar dari perdagangan modern: kepercayaan adalah aset utama pasar.

Seperti kata Paul Krugman dalam The Return of Depression Economics (2008, hlm. 46), "Pasar bisa runtuh bukan karena barang tak ada, tapi karena tak ada yang percaya lagi pada harga dan mutu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun