Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menerawang Kinerja Ekonomi Kuartal Tiga 2022

29 September 2022   12:11 Diperbarui: 29 September 2022   15:44 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam The Perfect Storm, kapalnya hilang di lumat badai. Syukurlah, dalam badai resesi global, kita mampu melewatinya (Ilustrasi Heryunanto via KOMPAS.id)

Film The Perfect Storm adalah teropong yang yang cocok, untuk melihat kondisi saat ini. Badai yang sempurna, dan sulit diprediksi. Setali tiga uang dengan Black Swan, dalam model ekonomi makro.

Sepanjang 2020-2021, kita dikutuk, sengatan virus mematikan. Lalu disusul horor pengetatan moneter negara maju, dan supply bottleneck akibat krisis Eropa Timur.

Mungkin ini yang disebut Perfect Storm; Badai yang sempurna! Christine Lagarde (IMF), menyebutnya gloomy and more uncertain; suram dan lebih tidak pasti.

Namun di balik dari badai itu, ada berkah yang terselubung. Melalui kontrol rakyat/civil society dan DPR, politik fiskal kita berjalan pada trayeknya. Sebagai fungsi alokasi, distribusi dan terutama stabilisasi.

Di balik badai dan kemarau likuiditas, kita memiliki bekal yang cukup, melalui windfall ekspor. Inilah blessing in disguise, yang menyokong cadangan devisa, transaksi berjalan dan penerimaan pemerintah.

Alhasil, sejak kuartal 3 2021, perlahan tapi pasti, kita keluar dari turbulensi badai resesi. PDB perlahan-lahan, berada di teritori positif. Kendatipun, melalui perdebatan dan kritik yang luar biasa.

Dalam The Perfect Storm, kapalnya hilang di lumat badai. Syukurlah, dalam badai resesi global, kita mampu melewatinya. Tak semalang para nelayan Gloucester, Massachusetts, AS dalam The Perfect Storm.

*

Menkeu meyakini, pada Q3-2022, kinerja ekonomi (PDB) mencapai 5,6%. Namun bila kita flashback perjalanan ekonomi sepanjang Q3, banyak catatan menyertainya. Mulai dari kenaikan harga BBM, inflasi, serta konsumsi pemerintah yang seret.

Ketiga hal dimaksud menjadi faktor pengurang, sehingga PDB sepanjang Q3 terkoreksi oleh beberapa katalis negatif untuk mencapai potensialnya.

Kenaikan harga BBM serta inflasi harga pangan, memukul daya beli masyarakat dan menahan laju konsumsi Rumah Tangga. Komponen ini (BBM dan harga pangan), menjadi faktor penyusut PDB sebesar 0,2%.

Selain itu, seretnya belanja pemerintah, juga menjadi faktor yang menghalangi laju PDB. Dari beleid belanja berdasarkan Perpres 98/2022 sebesar Rp.3.106,4 triliun, realisasi hingga September 2022 sebesar 53,3%.

Oleh sebab itu, tumpuan kinerja PDB Q3-2022, berada pada kinerja ekspor (net export) dan investasi. Dua komponen PDB ini, masih memperlihatkan kinerja yang ciamik sepanjang Q3.

Bila Menkeu meyakini bahwa ekonomi Q3 tumbuh 5,6%, maka nilai PDB riil mestinya di kisaran Rp.2.900-an triliun. Selain itu, forecast kinerja PDB 5,6% juga didukung oleh baseline year, karena kinerja PDB pada Q3 2021 sebesar 3,51%.

Bila dibandingkan dengan negara-negara peer, kinerja PDB Indonesia terbilang moncer. Dari sisi fundamental pun masih memperlihatkan postur yang resilience.

Peran APBN/fiskal sebagai alat stabilisasi, setidaknya mampu memoderasi efek memar pandemic dan volatilitas ekonomi global. Tentu ini atas kinerja kritis DPR bersama pemerintah.

Kendatipun demikian, dalam jangka panjang, pertumbuhan yang bertumpu pada natural resource, tidak baik untuk suatu ekonomi yang sustain. Karena income dari SDA, sifatnya cyclical atau musiman.

Namun sepanjang pandemic dan masa scaring effect, Indonesia masih mendulang berkah melalui windfall ekspor komoditas. Inilah, karunia Tuhan yang patut kita syukuri. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun