Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

My First Kiss

9 Februari 2019   19:49 Diperbarui: 9 Februari 2019   20:30 6311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar bibir, sumber : Warta Kota - Tribunnews.com

"Aku pengen cium kamu..." suara Yanti perlahan, tapi bagiku seperti suara geledek!

 

Mampus aku! Aku tak tahu harus bijimana. Aku ini jomblo, tidak pernah pacaran dan... belum pernah juga berciuman! Di sekolah, anak-anak menyebutku playboy heartbreaker. Soalnya ada beberapa cewe, termasuk anak kelas dua yang naksir aku. Aku bukannya tak mau, tapi tak tahu bijimana caranya nembak! Reputasiku sebagai playboy bisa sirna gegara tak tau cipokan...

Waktu seakan tak mau bergerak. Hening ini begitu menyiksaku. Yanti membisu sambil menatap jendela mobil. Entah apa yang dilihatnya di kegelapan malam. "Duh Gusti, bantulah hambamu yang celaka ini ya Gusti. Hamba tak tau apa yang harus hamba lakukan ya Gusti..."

Otakku berpikir keras untuk mengingat teknik berciuman yang kupelajari selama ini. Apakah kedua wajah berhadapan sejajar, membentuk sudut 30 derajat atau cukup 60 derajat saja. Yang jelas kalau sudutnya lebih dari 90 derajat dengan teknik ala French kiss, maka leherku akan patah. Judul ceritanya nanti akan otomatis berubah menjadi Nikmat membawa sengsara...

Melewati Taman Surapati di kawasan Menteng yang sepi, aku kemudian menepikan mobil dan mematikan lampu. Suasana sepi mencekam ini bak kisah petugas kapeka menunggu mangsa masuk jeratan OTT.  Hanya lagu Just Once dari James Ingram terdengar lembut lewat radio mobil. Dengan gerakan perlahan, aku kemudian menjilati kedua bibirku dengan ujung lidah agar bibir itu tidak kekeringan...

Suara "klik" dari seat belt yang dilepas membuyarkan lamunanku. Tanpa kusadari Yanti sudah bergerak mendekatiku. Duh Gusti, aku terperangah, tak sempat berkata bahkan berpikir ketika lipstik bebas transfer itu menempel lembut di bibirku. Duh Gusti, sensasinya tak terkatakan...

Sinar lampu mobil dari depan kemudian membuat lipstik bebas transfer itu terlepas dari bibirku. Aku ingin menariknya lagi tapi seat belt celaka itu mengikat erat tubuhku. Suasana kembali sepi mencekam. Aku kemudian menjalankan mobil. Yanti membisu sambil menatap kekiri melalui jendela mobil. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya, dan aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan. Sebuah lagu Campur Sari dari Didi Kempot kemudian memaksaku untuk mematikan radio!

Lima menit berlalu dalam kebisuan. Aku kemudian berkata dengan lembut, "Yan, aku mau mengatakan sesuatu, tapi kamu jangan tersinggung ya.." 

Yanti terlihat kaget, "Kenapa Fer..?" katanya cemas.

"Kamu janji dulu dong gak marah" kataku serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun