Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

My First Kiss

9 Februari 2019   19:49 Diperbarui: 9 Februari 2019   20:30 6311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar bibir, sumber : Warta Kota - Tribunnews.com

Aku baru saja menurunkan Indra dan Linda di sebuah cafe di sudut jalan itu. "yuk" kata Yanti yang duduk disebelahku tanpa ekspresi. Pandangannya tak lepas dari cermin kecil di tangan kirinya itu seraya mengoleskan lipstik merah di bibirnya. Aku tak tahu apakah lipstik itu berjenis matte kissproof yang konon katanya kalau ngekiss, bekas lipstiknya itu dijamin tidak akan hijrah ke bibir sebelah, ke dagu, pipi, leher ataupun ke kemeja misalnya. Istilah kerennya bebas transfer gitu...

Kata "yuk" itu kemudian membuyarkan fantasi liarku ketika menatap bibir seksi itu. Kata orang bijak, fantasi liar itu boleh-boleh saja selama ia tetap berada di dalam koridor. Tetapi sumpah, sampai dua dekade berlalu, aku tak pernah tahu juga batas-batas dari koridor itu...

Indra ini masih terhitung sepupuku, dan Linda itu adalah gebetannya. Rupanya tanpa bantuan dari Yanti, Linda tidak diizinkan bokapnya keluar rumah pada malam hari. Maklum lah namanya juga anak remaja sekolahan. Walhasil Indra kemudian mengajakku juga bersama untuk menemani Yanti.

Tiga kali sudah acara malming berempat ini kami lalui, dan aku mulai bosan mengikutinya. Yanti ternyata bosan juga. Menurutnya acara malming itu terlalu mainstream, membuatnya kehilangan mood. Akhirnya pada malming keempat kami putuskan untuk jalan masing-masing saja. Indra dengan Linda, aku dengan Yanti.   

Sebelumnya aku sudah diwanti-wanti oleh Indra supaya jangan sampai jatuh hati kepada Yanti. "Dia itu heartbreaker, pembosen dan bukan pacar yang baik. Tetapi boleh lah untuk senang-senang" kata Indra tertawa ketika itu. Yanti sepertinya bukan tipeku, apalagi dia suka gonta-ganti pacar. Gosipnya dia itu pernah hamil juga, buset...

Sudah dua jam kami muter-muter. Dulu itu di kalangan remaja ada istilah JJS (Jalan-Jalan Sore) JJS ini jelas beda dengan BBS (Bobo-Bobo Siang) yang populer di kalangan om-om ataupun tante-tante. JJMM (Jalan-Jalan Malam Minggu) ini membuatku sedikit grogi. Kebayang kan kalau seorang jomblo JJMM di samping seorang cewe yang lipstiknya itu berjenis bebas transfer gitu...

Biasanya Yanti ini selalu rame dengan celotehannya yang tidak pernah berhenti. Tapi kali ini dia lebih banyak diem. Sesekali ia menatapku dengan tatapan yang menurutku rada aneh. Jelas aku dapat melihatnya dari ekor mataku. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. Aku kemudian bersiap menuju titik penjemputan Indra dan Linda.

Tetiba suara lembut Yanti memecah keheningan. "Ferry, aku mau minta sesuatu, tapi kamu jangan ketawa atau marah ya.."

"What?" apaan ini bisikku dalam hati. "Kamu mau apa Yan, ngomong aja, aku janji gak marah atau ketawa..." Akhir kalimatku terasa bergetar menahan tawa. Sungguh, baru kali ini aku mendengar request seaneh ini...

"Janji ya!" katanya separuh harap separuh mengancam!

"Iya" kataku separuh nafas, takut kalau-kalau permintaan Yanti itu bisa mengancam sistim pernafasanku.

"Aku pengen cium kamu..." suara Yanti perlahan, tapi bagiku seperti suara geledek!

 

Mampus aku! Aku tak tahu harus bijimana. Aku ini jomblo, tidak pernah pacaran dan... belum pernah juga berciuman! Di sekolah, anak-anak menyebutku playboy heartbreaker. Soalnya ada beberapa cewe, termasuk anak kelas dua yang naksir aku. Aku bukannya tak mau, tapi tak tahu bijimana caranya nembak! Reputasiku sebagai playboy bisa sirna gegara tak tau cipokan...

Waktu seakan tak mau bergerak. Hening ini begitu menyiksaku. Yanti membisu sambil menatap jendela mobil. Entah apa yang dilihatnya di kegelapan malam. "Duh Gusti, bantulah hambamu yang celaka ini ya Gusti. Hamba tak tau apa yang harus hamba lakukan ya Gusti..."

Otakku berpikir keras untuk mengingat teknik berciuman yang kupelajari selama ini. Apakah kedua wajah berhadapan sejajar, membentuk sudut 30 derajat atau cukup 60 derajat saja. Yang jelas kalau sudutnya lebih dari 90 derajat dengan teknik ala French kiss, maka leherku akan patah. Judul ceritanya nanti akan otomatis berubah menjadi Nikmat membawa sengsara...

Melewati Taman Surapati di kawasan Menteng yang sepi, aku kemudian menepikan mobil dan mematikan lampu. Suasana sepi mencekam ini bak kisah petugas kapeka menunggu mangsa masuk jeratan OTT.  Hanya lagu Just Once dari James Ingram terdengar lembut lewat radio mobil. Dengan gerakan perlahan, aku kemudian menjilati kedua bibirku dengan ujung lidah agar bibir itu tidak kekeringan...

Suara "klik" dari seat belt yang dilepas membuyarkan lamunanku. Tanpa kusadari Yanti sudah bergerak mendekatiku. Duh Gusti, aku terperangah, tak sempat berkata bahkan berpikir ketika lipstik bebas transfer itu menempel lembut di bibirku. Duh Gusti, sensasinya tak terkatakan...

Sinar lampu mobil dari depan kemudian membuat lipstik bebas transfer itu terlepas dari bibirku. Aku ingin menariknya lagi tapi seat belt celaka itu mengikat erat tubuhku. Suasana kembali sepi mencekam. Aku kemudian menjalankan mobil. Yanti membisu sambil menatap kekiri melalui jendela mobil. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya, dan aku juga tidak tahu apa yang kupikirkan. Sebuah lagu Campur Sari dari Didi Kempot kemudian memaksaku untuk mematikan radio!

Lima menit berlalu dalam kebisuan. Aku kemudian berkata dengan lembut, "Yan, aku mau mengatakan sesuatu, tapi kamu jangan tersinggung ya.." 

Yanti terlihat kaget, "Kenapa Fer..?" katanya cemas.

"Kamu janji dulu dong gak marah" kataku serius.

"Iya aku janji" kata Yanti kini semakin cemas

"Aku pengen cium kamu..." kataku tertahan....

Lalu adegan yang sama terulang kembali. Kini aku yang melepas seat belt, dan sekali lagi aku menikmati suara "klik" dari seat belt yang dilepas itu. Scene yang kedua jelas lebih lama durasinya dari yang pertama. Pintu mobil yang diketuk satpam berulang kali itu kemudian membuyarkan semuanya. Untungnya pintu mobil terkunci karena sang satpam itu berusaha membukanya.

"Jangan buka pintunya!" kata Yanti cemas.

"Iya, iya, matiin dulu dong senternya" kataku sambil membuka sedikit jendela mobil. Ketika satpam itu mematikan senternya, aku lalu menggeser tuas versneling dan membejek gas mobil. Wuss... mobil melesat seketika meninggalkan satpam yang melompat sambil memaki. Aku tak tahu persis apa yang dikatakannya. Yang kuingat hanya kata terakhir, Jancuk!

***

Minggu keesokan harinya aku berangkat ke Bali bersama mama untuk menghadiri acara nikah sepupu. Lima hari di Bali aku rasa saat yang tepat untuk evaluasi diri. Untuk kuliah dimana aku nantinya dan juga untuk evaluasi rasa. Apakah yang kemarin itu cinta, atau apa? Soalnya aku suka "meriang" kalau mengingatnya. Aku bahkan mampu menjelaskan urutan scene itu secara detail detik per detik...

Tapi nasehat teman-temanku itu tidak boleh diabaikan. Jangan baper, apalagi sampai jatuh hati. Dia itu heartbreaker, profesional, pembosen dan bukan pacar yang setia, karena baginya semuanya untuk iseng semata. "Ah, sayang, aku suka dia" bisikku dalam hati. Tapi bagaimana lagi, cinta memang tidak bisa dipaksakan. Terpaksa rasa ini aku kubur dalam-dalam. Setidaknya my first kiss itu dengan orang yang kusuka.

Aku jadi teringat first kiss sobatku, Arief. Setahun lalu, pada satu sore yang cerah, bibir Arief dilumat bi Juminten, tukang cuci-setrika mereka. Setelah itu bi Juminten menenggak ba-*-gon. Rupanya suami ibu beranak lima itu direbut seorang pelakor. "Malangnya" jiwa bi Juminten masih terselamatkan, dan suaminya pun kembali kepelukannya. Seminggu kemudian bi Juminten sudah bisa bekerja kembali seperti sediakala. Namun sejak itu, Arief setiap Jumat Kliwon dibawa ibunya ke Pskiater...

Malming (malam minggu) berikutnya Indra sudah menelfonku. Katanya ada sedikit kejutan. Aku berdebar, apakah Yanti suka padaku? Ah jangan baper! Rasa itu pun kemudian tergerus seperti senja ditelan malam. Kejutannya adalah Indra punya gebetan baru. Namanya Yurike sepupu Linda sendiri. Rupanya Indra dan Linda ini tidak cocok. Indra orang pekaes, Linda orang pedeipe. Mereka itu beda platform. Linda kemudian mengenalkan Yurike yang orang pekabe itu kepada Indra.

Rencananya kami jalan berempat. Indra, Yanti, Yurike dan aku. Indra sudah menjemput Yanti. Tapi kemudian ada perubahan mendadak. Yanti di-drop Indra di rumah saudaranya, dan nantinya akan dijeput kembali. Indra kemudian menjemput Yurike dan aku. Ternyata Linda ikut juga bergabung. Aku kemudian menyetir dan Linda duduk di sampingku, Indra dan Yurike duduk di belakang.

Malam ini Linda terlihat lebih cantik dari biasanya. Rok pendek ketat berpadu blus belahan rendah itu sering membuatku gagal fokus. Aku jelas tertarik kepadanya. Apakah Indra menjodohkanku dengan Linda? Aku tidak tahu, sebab tidak ada petunjuk darinya. Indra terlalu fokus dengan Yurike. Wah aku terpaksa harus belajar sendiri untuk menterjemahkannya.

JJMM (Jalan-Jalan Malam Minggu) berempat ini ternyata asik juga. Linda ini pinter membuat suasana menjadi hidup. Berbeda dengan Yanti yang lebih banyak diemnya. padahal Yanti dan Linda ini sama tipikalnya, rame! Oh itu mungkin karena Yanti cuma iseng saja kepadaku, sedangkan Linda memang melakukan pedekate sehingga ia berusaha membuat suasana jadi enak, dugaku ketika itu.

Yang jelas keduanya membuatku bergetar. Tapi ada perbedaan getaran dari keduanya. Yanti menggetarkan bagian di atas pinggangku, sedangkan Linda menggetarkan bagian di bawah pinggangku. "Aduh mampus gue, kelupaan. Puter arah Fer, kita jeput Yanti dulu!" teriak Indra dari belakang, seketika melenyapkan getaran di tubuhku. "Hah, Yanti? Emangnya Yanti dimana..."

Muka Yanti tampak cemberut ketika kami menjemputnya. Ia menatap tajam ke arah Linda yang duduk di depan. Aku bergidik melihat tatapannya. Tapi aku tidak salah, aku tidak tahu menahu soal ini. Indra kemudian sibuk meminta maaf kepadanya. Suasana sedikit mencekam.

Tetiba Linda menceritakan sebuah cerita lucu tentang Srimulat. Seketika semua (minus Yanti) tertawa ngakak. Aku sudah berusaha keras menahan tawaku sebagai wujud empati bagi Yanti yang masih kesal. "Tapi sepertinya Timbul dan Basuki memegangi kedua tanganku, lalu Gepeng menggelitiki ketiakku, ah ah ah ah....." tawaku tak bisa kutahan. Lewat kaca spion aku melihat sebuah amarah dari arah jok belakang!

***

Keesokan harinya Indra menelfonku. Suaranya terdengar sangat serius, "Eh Yanti itu kamu apain?"

Pertanyaan apaan itu, "Diapain bijimane?" tanyaku ketus.

Singkat cerita Yanti merasa "di-pehape" apalagi aku kemudian dekat dengan Linda yang nota bene adalah temen dekatnya juga. Benarlah kata anak-anak itu kalau aku ini memang playboy dan kebangetan, karena mau makan teman sendiri...

Wah tentu saja aku tidak terima disebut "pekai, wong aku belum lahir saja pekai sudah bubar!" Sebelumnya, Indra sendiri yang mewanti-wantiku supaya jangan sampai jatuh hati kepada Yanti. Kini Indra tidak yakin dengan apa yang telah dikatakannya, karena ia tahu soal Yanti juga dari anak-anak! Ah, Indra kebangetan! Kini aku muak dengan geng mereka ini. Justru mereka ini yang mau makan teman sendiri...

Kini aku sadar kalau cerita tentang Yanti itu sama sekali tidak benar, sama seperti cerita tentangku yang mereka sebut playboy. Seandainya mereka tahu cerita tentang lipstik bebas transfer itu. Ah, lupakan saja semuanya itu, tidak usah dibawa ke hati. Ini cuma kisah romantisme anak sekolahan semata. Bulan depan acara perpisahan sekolah dan kami mungkin tidak bertemu lagi. Nantinya semua akan sibuk dengan perkuliahan masing-masing di tempat yang berbeda-beda pula.

Namun cerita tentang lipstik bebas transfer dan satpam jancuk itu pasti tidak akan pernah sirna dari ingatanku...

(Bersambung)

Aditya Anggara


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun