Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Broken Wings of Angel-The Wedding #Part 18

28 September 2015   23:43 Diperbarui: 30 September 2015   14:06 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liana tersenyum, Nicky memandangnya dalam. Sebenarnya saat ini ia tak mau berpisah dengan istrinya, ingin menikmati detiknya karena ia tak tahu apa yang akan terjadi besok.

"Kalau begitu kurasa kau tak mau membuat temanmu menunggu terlalu lama!" kata Liana membuyarkannya, Nicky menyunggingkan senyum, "itu Daren dan Mela, mereka akan mengatasinya lebih dulu sebelum aku sampai!"

"Ouh...., kebetulan sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan tentang mereka. Tapi ku rasa bukan sekarang waktu yang tepat!"

"Ok, aku....pergi dulu!"

Liana mengangguk. Tapi rasanya Nicky sungguh berat ingin melangkahkan kaki, meski begitu ia tetap menyeret langkahnya meninggalkan taman bunga.

* * *

Tari duduk di sebuah ruangan, tubuhnya sedikit gemetaran, ia masih ingat betul percakapannya dengan Rafi semalam. Airmata terus saja membanjir di pipinya, ketakutan Rafi menjadi kenyataan, dan ia akan merasa bersalah jika tak memberitahukan atasannya tentang hal itu.

Tari duduk di sebuah kursi, dari kaca jendela di dinding ia bisa terlihat dari kuar, ada dua polisi yang bersamanya, menjaganya.

Mela dan Daren turun dari mobil dan langsung menuju ke dalam, tapi hampir semua orang di kejutkan dengan suara pecahan kaca yang membuat dua polisi di dalam ruangan itu kaget dan langsung mencabut senjata apinya memperhatikan seisi ruangan, mereka melihat kaca yang yang pecah berserakan di lantai.

Beberapa polisi yang berada di luar juga berhambur ke lokasi seketika, "Daren, ada apa itu?" seru Mela, Daren hanya mengangkat bahu lalu keduanya setengah berlari menuju tempat beberapa polisi yang berlari. Mereka mengikutinya, dan begitu sampai di ruangan, mereka di kejutkan oleh hal yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Tubuh Tari tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari sisi kepalanya yang berlubang. Keduanya tercengang, dan hanya mampu terpaku menatap mayat Tari.

* * * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun