Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] No Other, The Story [51/55]

26 Mei 2020   12:39 Diperbarui: 26 Mei 2020   12:47 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

YESUNG'S DIARY

CHAPTER 51

LOVE IS SWEET

Proses rekaman untuk album bahasa Inggris kami baru saja dimulai sepuluh hari yang lalu, dan kami sudah merekam dua lagu selama ini. Itu artinya kesibukan kami akan bertambah, tapi aku penasaran juga akan seperti apa jadinya album kami ini. Tapi yang disayangkan, Julie tidak lagi mengajar kami. Dia hanya muncul di kantor agensi jika agensi berpikir ada yang perlu kami pelajari mengenai bahasa Inggris. Yifang mati-matian membawa Julie berkali-kali datang ke apartemen, alasannya untuk menengok Kkoming (Julie juga penggemar anjing), tapi aku tau Yifang masih menginginkan Hae jadian dengan Julie. Dasar, aneh-aneh saja si Yifang. Kalau menurutku, dia itu masih kurang sibuk sampai-sampai masih suka ikut campur urusan orang. Tapi tetap saja menurutku dia manis.

Bel pintu berbunyi. Entah tamu mana yang datang. Ketika aku melongokkan kepalaku dari kamar, Kyu sudah bergerak untuk membuka pintu.

"Anyong, Kyuhyun!"

"Whoa~ Manshi. kau sedang tidak sibuk ya? Tumben melihatmu muncul," sapa Kyu, "bareng Shindong hyung lagi."

"Kami sedang kosong hari ini," kata Shindong.

Keduanya masuk ke apartemen, dengan Happy menyusul di belakang mereka. Aku juga keluar dari kamar dan mendapati Kkoming dan Happy sudah saling cium. Kkoming masih terlalu kecil untuk dibandingkan dengan badan bongsor Happy.

"Kami mau mengunjungi Kkoming, hyung."

Aku tertawa, "terima kasih atas perhatian kalian."

"Apa kalian tidak merasa Kkoming bosan di dalam apartemen terus? Ayo kita ajak dia dan Happy jalan-jalan ke taman," usul Manshi.

"Boleh juga sih, lagipula aku sedang santai. Kyu, mau ikut?"

"Hmm... oke," jawab Kyu yang langsung mematikan tivi.

Tiba-tiba Mimi keluar terburu-buru dari kamarnya.

"Lho, Mimi, kau kenapa?" Tanya Shindong bingung.

"Aku mau ke kantor sekarang, mau mengurus tentang MV debut KRYSD. Oh ya, apa aku lupa bilang dengan kalian urusan MV ini?" Tanya Mimi bingung juga.

"Urusan MV? Rasanya belum," jawabku.

"Aih, pasti aku lupa."

"Hati-hati suatu saat oppa melupakan jadwal KRYSD," Manshi mengingatkan.

"Hahaha... mungkin karena aku sudah tua. Itu, tentang MV debut kalian nanti, kami sudah membuka audisi untuk para ahli dance untuk membuatkan dance yang baru untuk kalian."

"Jadi maksudnya, kita bukan menggunakan orang-orang yang sudah terkenal atau yang sudah pernah bekerjasama dengan kita seperti biasanya?" Tanya Kyu.

"Yep, benar. Kali ini konsep baru. Yah, mudah-mudahan dengan diaransemen oleh orang biasa, tarian kalian jadi semakin beragam."

"Apa audisi itu sudah dimulai?" tanyaku.

"Baru saja dua hari yang lalu, jadi sekarang aku mau memilih yang berhak terpilih, tentunya bersama guru-guru dance kalian."

"Aku harap dance-nya tidak susah."

"Makanya hyung, aku kan sudah bilang, sebaiknya hyung sering mengisi waktu kosong hyung dengan latihan dance. Lihatlah, teman-teman kita pasti rela mengajarkannya pada hyung. ya kan, Shindong hyung?"

"Aku tidak keberatan," jawab Shindong.

"Ya! Berhenti memojokkanku!"

"Tapi ngomong-ngomong soal audisi, aku sepertinya sudah mendengar itu dari Yingmin sekitar seminggu yang lalu. Katanya dia ikut audisi itu."

"Oh ya? Bisa jadi ada hasil karyanya di audisi itu. Bukannya dia menari dengan sangat bagus?" Tanya Mimi.

"Kenapa Shindong oppa, Eunhyuk oppa atau Hangeng oppa tidak ikut audisi juga?" Tanya Manshi.

"Shindong hyung, Eunhyuk hyung dan Hangeng hyung itu termasuk klien KRYSD yang sudah biasa menaransemen tarian, jadi mereka tidak boleh mengikuti audisi ini," jawab Kyuhyun.

"Oh... begitu rupanya..."

"Tidak mau ngobrol dengan kalian lagi, aku harus pergi sekarang. Bisa jadi malam ini kami dapat tarian yang sudah fix untuk kalian," kata Mimi, "sampai ketemu."

"Ayo, kita juga pergi," ajak Shindong.

Aku menggendong Kkoming di pelukanku, sedangkan Manshi memasangkan rantai di leher Happy. Ada bagusnya juga aku jalan-jalan, juga untuk kebaikan Kkoming yang bisa-bisa bosan hanya di apartemen. Kami mengobrol sementara keluar apartemen. Kkoming bersikap baik-baik saja selama itu, tapi ketika kami sampai di luar apartemen, dia menyalak riang sambil terus bergoyang dalam pelukanku.

"Tuh kan oppa, si Kkoming senang keluar," kata Manshi bangga.

"Iya sih, sepertinya begitu," ucapku setuju.

Tapi baru saja selesai berkata begitu, Kkoming tiba-tiba melompat dari gendonganku.

"Kkoming!" teriak Shindong.

Kami langsung berlarian mengejar Kkoming yang mengarah ke jalanan ramai di depannya. Andwae!!! Mobil-mobil itu... sosok Kkoming yang begitu kecil...

"YA! BERHENTI! TIDAK PAKAI MATA YA KALAU MENGENDARAI MOBIL!"

Aku dan yang lainnya berhenti di tepian jalan, memandang pemandangan yang membuat kami kaget. Lampu masih merah untuk penyeberang jalan, tapi sekarang semua kendaraan berhenti seolah terjadi kemacetan. Perhatian semua orang rasanya hanya mengarah pada seorang gadis lumayan jangkung dan kurus yang berdiri di tengah jalan, menggendong Kkoming dengan satu tangan sementara tangan yang lainnya dia letakkan di depan moncong mobil Honda kuning.

"Ya! Berani-beraninya kau meneriakiku!" teriak namja yang punya mobil, menjulurkan kepalanya dari dalam mobil.

"Kau hampir menabrak anjing, babo!" si yeoja balas berteriak.

Untuk melampiaskan kekesalannya, si yeoja lalu menendang mobil itu.

"Aigo..." keluh Manshi sambil menutup matanya.

Si pengendara keluar dari mobilnya dan menghampiri si yeoja.

"YA! KAU KURANG AJAR!" seru si pemilik mobil.

Aku langsung maju untuk mencegah pertengkaran, sementara yang lain mengikutiku.

"Mianhamnida, ini anjingku. Dia tadi lari dari pelukanku..." kataku sambil membungkukkan badan pada namja pemilik mobil.

"Kau tidak bisa jaga anjingmu ya?"

"Mianhamnida... apa aku perlu ganti rugi..."

"YA! KAU BABO YA! Tentu saja kau tidak perlu ganti rugi, malahan anjingmu nyaris mati!" seru si yeoja kukuh.

Aku jadi ternganga. Yeoja ini galak sekali. Dilihat-lihat, kulitnya putih, wajahnya kecil dan tampak imut dengan mata besar, bibir mungil, hidung mungil, berkacamata, kulit mulus, tapi galaknya itu...

"Sudahlah! Malas aku berurusan dengan kalian!" seru si namja sambil masuk kembali ke mobilnya.

"Aish... masih juga tidak mau mengaku salah dia!"

"Sudahlah... ayo," ajak Shindong sambil menarik si yeoja.

Kami semua menyeberang jalan dan perlahan, lalu lintas mulai berjalan normal lagi. Si yeoja menyerahkan Kkoming padaku.

"Aku tidak bisa membayangkan kalau tadi anjing ini terlindas atau apalah. Untung dia tidak apa-apa."

Aku membungkukkan badanku, "ng... terima kasih untuk bantuannya..."

"Sama-sama. Aku Cuma tidak ingin melihat hewan-hewan disakiti saja... kalau begitu, aku akan pergi sekarang."

Sambil melambai dengan percaya diri, si yeoja berjalan menjauhi kami, tapi tiba-tiba dia limbung dan nyaris jatuh, untung saja Kyu cukup sigap untuk menarik tangannya.

"Jangan sok kuat begitu. Kakimu sakit kan?" Tanya Kyu.

"Aku... err..."

Kyu membantu si yeoja duduk di kursi panjang terdekat dan memeriksa kaki kanannya. Agak mudah untuk melihat apakah kaki itu dalam keadaan yang baik atau tidak, karena si yeoja memakai celana jeans pendek dan sepatu high heels warna ungu. Kyu menghela nafas dan mengurut jari-jari kakinya setelah melepas sepatu si yeoja.

"Sudah lebih baik?"

"Ng... ne..."

"Jangan melakukan hal aneh lagi. Mobil itu keras, kalau kau menendangnya, yang sakit bukan mobilnya tapi malahan kakimu."

"Habisnya aku spontan."

"Lain kali jangan begitu lagi."

Kyu membantu si yeoja memakai kembali sepatunya, dan meski agak susah berdiri, setidaknya si yeoja sudah bisa berjalan sekarang.

"Ng... Terima kasih," ucap si yeoja, suaranya terdengar imut.

Kyu menganggukkan kepalanya dengan cool. Pandangan kami belum lepas dari si yeoja sebelum dia memanggil taxi dan masuk ke dalamnya.

"Ya~~ super girl darimana sih itu?" Tanya Manshi sambil geleng-geleng kepala.

"Jujur saja sikapnya keren," pujiku.

"Ya! Kkoming, kau mau bunuh diri ya?" Tanya Shindong sambil menusuk-nusuk kepala Kkoming dengan jarinya, "entah harus berapa lama kami berkabung kalau sesuatu terjadi padamu!"

Tapi Kkoming mana mengerti apa-apa, dia hanya menggoyangkan ekornya dengan senang karena mengira diajak main oleh Shindong. Aku benar-benar berterimakasih pada si yeoja yang sudah mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menolong Kkoming, bahkan rela mengorbankan kakinya sampai membiru begitu. Sepertinya aku harus mulai mengajari Kkoming disiplin...

"Hah? Benarkah? Yingmin yang memenangkan audisi aransemen tarian?"

Sungminnie baru saja mengajukan pertanyaan yang akan kutanyakan. Aku, Kyu, Wookie dan Sungminnie lagi bersantai di sofa ketika Mimi pulang malam itu sekitar jam Sembilan. Mimi menganggukkan kepalanya.

"Yep, benar. Tariannya keren sekali, aku tidak ingin membandingkannya dengan tarian Shindong hyung, Hyuk, Hangeng hyung atau Henry, tapi pokoknya bagus sekali. Besok waktu ke kantor aku akan tunjukkan pada kalian," jawab Mimi, "tiga hari lagi syuting MV akan dimulai, oke? Jadi sebelum itu tarian kalian sudah harus mantap dulu."

"Jadi Yingmin yang akan langsung mengajari kami menari?" tanyaku ngeri.

"Tentu saja, siapa lagi dong? Hyung takut ya?"

"Kami akan melindungimu, hyung," Kyu yang menjawab.

"Jangan beritau Yifang. Aku tau Yifang tidak suka Yingmin, iya kan?"

"Memangnya apa sih yang biasa dilakukan Yingmin sampai membuat hyung takut begitu?" Tanya Wookie.

"Kalau dia Cuma memelukku atau apa sih tidak apa-apa, Wookie, tapi dia juga berusaha menciumku. Aku tidak terlalu suka yang terakhir itu," jawabku.

"Ooh... tenang saja, hyung, seperti kata Kyu tadi, kami akan melindungi hyung."

"Hahaha... terima kasih. Tapi kalau menurutmu tarian itu keren, Mimi, jangan bilang tarian itu susah."

Mimi menggaruk-garuk kepalanya, "ng... kurasa itu akan jadi makanan pembuka untuk Hae, kalau untuk kalian... entahlah yah. Kalian lihat dan pelajari saja nanti."

Inilah masalahnya. Selama berkarir sebagai KRYSD, kelemahanku masih pada tarian. Aku hanya berharap, tarian ini tidak lebih susah dari tarian kami untuk Bonamana, atau aku akan mempelajari tarian itu dalam hitungan bulan.

Ternyata harapanku tidak menjadi kenyataan. Tarian itu tingkat kesusahannya... baiklah, untuk Hae mungkin memang hanya menjadi makanan pembuka, tapi untukku jelas tarian itu bagai neraka. Dua hari setelah Mimi mengumumkan berita buruk itu, kami langsung dihadapkan pada Yingmin yang akan mengajari kami menari secara langsung. Kami melihatnya menari dengan lincah, dengan ber-power dan bervariasi, membuat kami semua kagum.

"Ya! Itu keren sekali, Yingmin!" puji Hae sambil bertepuk tangan.

"Aniyo... tarian Donghae yang biasa bahkan lebih keren," elak Yingmin.

"Tapi kudengar kau mempersiapkan tarian ini hanya lima hari sebelum batas akhir penutupan audisi, apa itu benar?" Tanya Kyu.

"Ne. masalahnya adalah aku terlalu sibuk mengajar jadi aku tidak sempat mempersiapkannya di hari-hari sebelumnya."

"Jadi besok kami akan mulai syuting MV di hari pertama. Kamu tentunya mau mengajar kami mulai sekarang kan?" Tanya Wookie.

"Ne. aku ingin besok setidaknya kalian sudah menguasai sepertiga tarian tadi. Ayo, kita mulai saja."

Kami semua yang berkumpul di ruang latihan menari di kantor agensi kami dan sedari tadi duduk di lantai, sekarang berdiri dengan canggung. Yingmin mondar-mandir di depan kami, dan aku masih sedikit bergidik karena dia sering melirikku.

"Jadi begini kalau aku susun kalian. Ryeowook, kau di ujung sebelah kanan, Sungmin di sampingnya, Yesung di tengah, lalu Kyuhyun, baru Donghae."

Aku kebingungan melihat teman-temanku sudah mengambil posisi. Tunggu, apa dia tidak salah? Aku di tengah?

"Yingmin, apa barisan ini tidak ada masalah?"

"Tentu saja tidak ada, Ryeowook, memangnya kenapa?"

Wookie dan aku bertukar pandang.

"Donghae, Sungmin, bantu aku di depan. Aku ingin kalian mempraktekkan rotasi denganku. Perhatikan baik-baik yang lain," pinta Yingmin.

Aku hanya bisa menelan ludah sementara melihat mereka bertiga praktek. Aku akan habis kali ini. Kalau aku di tengah, sudah pasti perhatian semua orang akan jatuh padaku, apalagi dengan rotasi-rotasi yang ujung-ujungnya masih menempatkan aku di tengah seperti itu...

"Yingmin, aku tidak bisa menari," kataku akhirnya.

Dia menghentikan gerakannya.

"Yesung akan bisa. Aku akan mengajari sampai Yesung bisa."

Dia tidak menanggapiku sama sekali. Aku benar-benar akan habis kali ini. Mulai jam tiga sore hari itu kami berlatih, dengan harapan dari Yingmin setidaknya hari itu kami bisa menguasai sepertiga dari tarian itu, berarti kira-kira tarian selama 1,5 menit pertama. Tentu saja semua ini terlalu mudah untuk Hae yang hanya dalam waktu dua jam sudah menguasai setengah tarian.

"Donghae, aku bisa minta kau juga ajarkan yang lain sebelum kita masuk ke bagian rotasi?"

"Tentu, tidak masalah," jawab Hae.

Jadilah Hae mengajarkan Wookie, sedangkan kami masih dipegang Yingmin. Sejam kemudian, Sungmin berhasil menguasai sepertiga tarian yang dimaksud, dan kami beristirahat dulu untuk makan malam. Latihan kembali dimulai tidak lama setelah makan malam, dan orang berikut yang menguasai setengah tarian adalah Kyu, sudah bisa ditebak.

"Kurasa selama satu jam ke depan kita akan coba rotasi dulu. Ryeowook dan Yesung, nanti khusus untuk kalian aku masih akan mengajar sampai kalian bisa, jadi Donghae, Kyuhyun dan Sungmin nanti boleh pulang."

Dan mempelajari rotasi sama sekali tidak membantuku, malah membuatku semakin bingung dengan segala perputaran dan gerakan-gerakannya. Yang banyak berputar sejujurnya adalah Hae dan Wookie (aku kasihan melihat Wookie yang juga agak bingung, tapi setidaknya dia cepat tanggap, jadi rotasinya dan Hae berjalan baik), tapi aku malah bingung melihat mereka berputar-putar begitu di depanku. Aku akan gila ini.

"Ah, tidak terasa sudah lima jam kita latihan. Jujur aku senang sekali bisa bekerjasama dengan kalian. Rasanya berbeda mengajar pada penyanyi terkenal dibanding dengan murid biasa," puji Yingmin.

"Aih, bisa saja kau, Yingmin. Oh ya, bisakah aku pulang dulu? aku mau mengerjakan hal yang lain," ucap Hae.

"Oh, boleh, boleh. Kau, Sungmin dan Kyuhyun boleh pulang dulu. besok aku akan di lokasi syuting MV kalian juga untuk mengecek tarian kalian."

"Baiklah, kami pulang dulu. wookie, Yesung hyung, selamat berjuang," pamit Sungmin.

Aih, sial sekali, sekarang hanya bersisa kami bertiga. Baru saja mereka pulang dan kami mulai latihan lagi, Wookie izin ke pojokan ruangan untuk menerima telepon.

"Yoboseyo, Yifang... aku mungkin akan terlambat, tapi aku usahakan jam Sembilan aku sudah bisa ada di tempatmu. Ne, aku masih latihan menari. Ng... Yifang sudah tau? Aku akan menceritakan detailnya nanti. Baiklah, Yifang... sampai ketemu," ucap Wookie pada ponselnya.

"Kau sudah ingin pulang, Wookie?" tanyaku.

"Ng... ne, hyung, tapi tunggu aku bisa menguasai tarian ini dulu. aku ada janji penting dengan Yifang."

Entah kenapa aku punya perasaan buruk bahwa aku akhirnya akan ditinggal berdua dengan Yingmin. Ternyata memang benar, tepat jam Sembilan, Wookie sudah menguasai tariannya.

"Ryeowook hebat. Meskipun kau termasuk lama mempelajarinya, tapi tarianmu sangat bagus. Tarianmu ber-power dan tubuhmu lentur. Keren," puji Yingmin.

"Hahaha... kau terlalu memuji. Aku bisa pulang sekarang?"

"Ne, kau juga boleh pulang. Sampai bertemu besok."

"Hyung, mianhae... aku pulang dulu ya."

Aku hanya melambai pada Wookie dengan wajah pasrah. Jangan... sampai... Yingmin memperlakukan aku bagaimana karena sekarang hanya tersisa kami berdua...

"Yesung mau istirahat dulu? kita sudah latihan Sembilan jam."

"Ng... tidak, aku ingin cepat menguasai tarian ini," kataku.

"Baiklah kalau begitu. Ayo, kita mulai."

Sejauh ini sih, ternyata aku melihat sisi lain dari Yingmin yang hobi menggodaku. Rupa-rupanya, dia cukup bisa membaca situasi, seperti sekarang, kami sedang belajar, dan ini urusan yang serius, dia tidak menggodaku. Aku sih berharap dia bisa tidak menggodaku juga meski di luar situasi serius begini. Kenapa sih aku bodoh sekali kalau urusan tarian? Hanya aku yang belajar lebih dari enam jam hanya untuk tarian selama satu setengah menit?

"Ng... Yingmin, kau lapar tidak? Ini sudah hampir jam sebelas malam. Aku akan pesankan makanan kalau kau lapar."

"Yesung lapar? Aku sih sebenarnya lumayan lapar juga. Mungkin karena banyak bergerak, jadi capek."

"Aku juga sih. Okelah kalau begitu, aku akan turun ke bawah sebentar untuk memesan memakai nama agensi. Tunggu sebentar ya."

Yingmin meraih lenganku. Aku sesaat bergidik.

"Gomawo," ujarnya.

Aku tersenyum tipis, lalu meninggalkannya menuju lantai satu. Ahh iya, kenapa aku tidak coba lihat rekaman tariannya Hae saja ya? Biasanya kan aku lebih cepat mempelajari tarian dari rekaman? Hmm... sambil naik-turun begini, aku nonton video rekaman di ponselku saja, siapa tau lebih bermanfaat. Oke, aku akan pesan makanan yang banyak dan enak, anggap juga ucapan terima kasih untuk Yingmin. Dia sudah sangat baik mau menemaniku sampai larut begini.

"Yingmin, apa kau tidak..."

Tapi kata-kataku terhenti. Aku melihat sosok Yingmin tertidur di pojokan ruangan, bersandar di kaca. Aku perlahan mendekatinya. Kasihan sekali dia, pasti kelelahan. Dan aku baru sadar ketika melihat kakinya, di balik stocking tipisnya, masih ada luka-luka bekas jatuh di tempat ice skating waktu itu, dan sekarang telapak dan jari-jari kakinya agak membiru. Tunggu... apa dia... menahan semua rasa sakit ini hanya demi mengajariku? Aku memandangi wajahnya, matanya tertutup. Dia... kalau tidak menakut-nakutiku pada pertemuan pertama kami, mungkin aku tidak akan waspada sampai begini. Tapi mungkin dia tidak sejahat yang kukira...

"Ng..." Yingmin mendesah.

Aku menolehkan kepalaku dan tersenyum padanya.

"Sudah bangun? Ayo makan, sesudah itu kita pulang."

"Ap... apa? Aku ketiduran? Jam berapa sekarang? Kenapa aku bisa ketiduran?"

"Alasannya gampang kan, karena kau kelelahan? Sekarang sudah jam 1 malam."

"Tapi aku tidak boleh meninggalkanmu, kau masih belum bisa tariannya!"

Aku meletakkan kotak makanan dari tanganku ke lantai, lalu menyerahkan kotak makanan yang belum terbuka untuk Yingmin.

"Jangan khawatir. Makan dan lihat aku baik-baik ya."

Yingmin malah bengong ketika melihatku berdiri di hadapannya. Aku mempraktekkan apa yang kupelajari selama dia tidur. Aku menonton video rekaman berkali-kali dan juga latihan sendiri. Kali ini, Yingmin harus melihat aku sudah bisa melakukannya.

"Bagaimana?" tanyaku begitu selesai menari.

"Whoa... Yesung, sejak kapan kau bisa melakukannya sebagus itu? Sebelum aku tidur tadi kau masih berantakan."

"Aku berusaha latihan sebaik mungkin, supaya tidak mengecewakanmu."

"Hmm... kamsahamnida."

"Kau itu, kalau lelah atau sakit, kenapa memaksakan dirimu?"

"Aku belum lelah kok, dan aku tidak sakit."

"Jangan bohong, itu kakimu masih luka-luka begitu, malahan muncul memar di telapak kakimu, itu luka memar baru, karena kau mati-matian mengajariku tadi. Lain kali jangan begitu lagi, oke? Kau sudah cukup berusaha, hanya aku saja yang terlalu bodoh tidak bisa menari."

"Kupikir Yesung tidak bodoh, hanya terkadang sulit mengingat gerakan. Tidak apa-apa, nanti Yesung juga pasti bisa."

Aku mencibir, "aku menunggu hari aku bisa menari dengan tidak sabar, huh... ya sudah, kau makan saja dulu, nanti aku antar pulang."

"Hah? Tidak perlu... aku bisa pulang sendiri."

"Kau pikir aku akan membiarkan seorang yeoja pulang sendirian pada dini hari seperti ini? Aniyo! Kami sudah cukup punya banyak pengalaman yang tidak enak soal ini, jadi jangan banyak protes lagi."

Untung dia sudah tidak memprotes apa-apa lagi dan makan dengan tenang. Mungkin karena dia sudah capek juga, jadi dia bersikap manis. Kami keluar gedung agensi hampir jam dua dini hari, dan Wookie sudah menelepon untuk menanyakan keadaanku. Aku memanggil taxi dan Yingmin menyebutkan alamat apartemennya.

"Ryeowook sangat dekat denganmu ya."

"Ne, bisa dibilang begitu, dia dongsaeng kesayanganku. Aku tidak bisa hidup sehari tanpa dia, kalaupun bisa, aku akan terus merindukannya."

"Hahaha... aneh sekali," ujar Yingmin sambil tertawa.

Kami sibuk dengan pikiran masing-masing selama perjalanan di dalam taxi, tapi aku mengantarnya turun saat menuju apartemen. Tiba-tiba dia limbung, dan aku menangkap lengannya.

"Apa juga kubilang, kakimu sakit. Ada peralatan kesehatan di apartemenmu? Biar aku rawat sebentar."

"Aigo, tidak mau merepotkanmu, Yesung..."

"Kau ini bilang apa, kau itu guru menariku. Ayolah, biarkan aku masuk."

Dia sudah pasrah. Kami memasuki gedung apartemennya yang agak tua, aku jadi bertanya-tanya dia tinggal bersama siapa disini.

"Ng... liftnya agak tua, aku takut Yesung keberatan."

"Tidak sama sekali. Ayo."

Agak ngeri sih mendengar liftnya berderit begitu ketika naik ke lantai tujuh, tapi tidak apa-apalah, aku kan harus bersikap baik. Ternyata keadaan di lantai tujuh masih lumayan ramai pada jam segini. Kulihat di apartemen 706, pintunya terbuka begitu saja, dan ada orang-orang yang bermain kartu remi, orang-orang itu umurnya setengah baya. Di kamar 707 juga, ada beberapa muda-mudi yang minum minuman keras. Apartemen macam apa ini?

"Apartemenku di 710," kata Yingmin.

"Hoi, Zheng Yingmin!"

Kami berdua menoleh ke pintu apartemen 707 yang terbuka. Anak-anak muda disana rupanya yang bicara.

"Kerja apa kau selarut ini? Mengorbankan segalanya untuk mendapatkan uang?" Tanya namja yang sedang merokok di dalam sana.

"Itu bukan urusanmu."

"Kulihat tampangmu itu tak bisa bekerja. Kalaupun kau bekerja, kau tidak bisa menolong kondisi keluargamu yang seperti itu, hahaha..."

Apa-apaan ini? Kenapa mereka menertawakan Yingmin? Siapa yang bilang Yingmin tidak bisa bekerja? Apa kalian tidak tau dia penari yang hebat?

"Ayo, Yesung, kita tidak usah pedulikan mereka."

Yingmin tidak membalas mereka? Andaikan aku bisa bela diri, mereka pasti sudah kuhajar. Akhirnya kami sampai ke apartemen 710, Yingmin membuka pintu apartemen dengan kuncinya. Kukira apartemennya sudah gelap, tapi ternyata lampunya masih terang benderang.

"Onnie, kau pulang juga akhirnya. Ngapain saja sampai semalam ini?" Tanya seorang yeoja yang duduk di sofa dengan santainya.

Apartemen Yingmin mungkin luasnya hanya setengah dari apartemen kami, barang-barangnya banyak dan tidak teratur. Bisa kulihat apartemen ini setidaknya punya dua sampai tiga kamar-kamar kecil. Aku memperhatikan yeoja yang duduk di sofa sederhana, yang pastilah yeodongsaengnya Yingmin, karena wajah mereka mirip.

"Onnie baru pulang kerja."

"Kau mau kemana?"

Aku kaget ketika mendengar ada yang berteriak, dan sejurus kemudian sepasang orang setengah baya keluar dari ruangan kecil yang paling depan. Berani bertaruh, itu orangtua Yingmin. Bentuk tubuh Yingmin mirip si ahjumma, sedangkan ada sesuatu di wajah Yingmin yang mirip si ahjussi. Si ahjussi sekarang berjalan menuju kami.

"Aku mau berkumpul dengan teman-temanku," jawab si ahjussi.

"Sudah semalam ini, tapi kau masih mau keluar?" Tanya ahjumma.

"Apa pedulimu? Aku tidak bisa tidur, ini hakku untuk keluar."

"Jangan buat tidak bisa tidur sebagai alasan. Kau Cuma kebiasaan minum soju dan berjudi!"

"Jangan banyak ikut campur urusanku!"

Dan appa Yingmin keluar dari apartemen. Yingmin memandangku dengan tampang pucat dan tidak enak.

"Onnie, minta uang," pinta dongsaengnya yang berdiri dari sofa dan membuka telapak tangannya di hadapan Yingmin.

"Apa? Bukannya baru beberapa hari yang lalu onnie memberimu uang?" Tanya Yingmin heran.

"Sudah habis."

"Memangnya kau kemanakan uang sebanyak itu?"

"Yingmin, sudahlah. Berikan saja uangnya," hardik ommanya.

"Ta... tapi..."

"Ya~ onnie, cepat!" pinta dongsaengnya.

Yingmin menghembuskan nafasnya dengan lelah dan mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, lalu memberikan selembar uang 20000 Won pada dongsaengnya.

"Yeah~~ omma, aku keluar sebentar."

"Jangan pulang malam-malam," omma Yingmin mengingatkan.

Malam-malam? Memangnya ini tidak cukup malam? Sudah jam satu malam, seorang yeoja keluar sendirian... ahh... ini kan bukan urusanku?

"Yingmin, siapa dia?"

"Annyonghashimnikka, saya Kim Jongwoon," ucapku memperkenalkan diri seraya membungkukkan badanku.

"Ah, teman Yingmin?"

"Omma, dia..." ujar Yingmin.

"Ne, teman Yingmin, ahjumma."

Omma Yingmin tersenyum padaku, "ah, baiklah, kalau begitu ahjumma tinggal."

Ommanya kembali masuk ke ruangan kecil yang sepertinya kamarnya.

"Yingmin, mana obat-obatan? Kakimu ini harus dirawat dengan benar supaya tidak meninggalkan bekas luka."

"Ng... di kamarku," jawab Yingmin.

"Ayo cepat."

Aku mendesaknya membawaku ke kamarnya. Ternyata kamar Yingmin hanya ruangan yang luasnya hanya setengah kamar kami di apartemen, padahal sepertinya dia tidur bersama dongsaengnya karena ada dua ranjang disana. Kamar mereka berantakan. Yingmin merapikan beberapa barang yang bisa digapainya selama mengajakku masuk.

"Yesung, mianhamnida... barang-barangku..."

"Gwaenchana. Kamarku juga akan berantakan kalau bukan Wookie yang selalu merapikannya."

"Ng... ini obat-obatannya."

"Duduk saja."

Yingmin duduk di ranjangnya (seprainya berwarna cokelat muda dengan corak cokelat batangan, lucu sekali) dan aku membuka peralatan obat-obatan untuk mengobati kakinya.

"Yesung, mianhamnida..." kata Yingmin.

"Apa? Untuk apa?"

"Kau... kau sudah melihatnya. Aku sebenarnya malu sekali, tapi inilah keadaan keluargaku. Aku hanya punya satu dongsaeng, dan yang tadi itu kedua orangtuaku. Mereka... tidak terlalu akrab dan dongsaengku itu... umurnya di bawahku tiga tahun, dia tidak berkuliah, tidak bekerja, pengangguran."

"Mworago? Sudah dewasa masih pengangguran? Kenapa kau tidak memarahinya dan menyuruhnya bekerja atau apalah?"

"Omma tidak ingin dia bekerja, omma takut dia kelelahan."

"Aigo... tapi appamu masih bekerja, kan?"

"Ne, tapi... dia... kaupun sudah mendengarnya tadi..."

"Apa dia menghabiskan uang untuk berjudi dan minum-minum?"

"Ne," jawab Yingmin malu-malu.

"Jadi kau bisa dibilang adalah tulang punggung keluarga?"

Yingmin mengangguk lagi. Tiba-tiba hatiku terenyuh. Kasihan Yingmin. Jujur saja tanpa perlu banyak hal yang Yingmin ceritakan padaku, aku bisa tau keadaan keluarganya. Mereka tidak terlalu kaya, dengan appa yang hobi berjudi dan minum-minum, tidak akur dengan ommanya, omma yang memanjakan anak bungsunya dan tidak memperhatikan Yingmin, dongsaeng yang hanya bisa boros... kenapa nasib Yingmin seperti ini?

"Jangan kasihani aku, Yesung."

"Aku tidak mengasihanimu."

"Jadi apa pandanganmu terhadapku?"

"Kau tetaplah Yingmin yang kukenal, tidak ada masalah kok."

Aku sebenarnya berbohong padanya. Sejak malam itu, aku beberapa kali memikirkan keadaan Yingmin. Dia masih begitu muda, tapi sudah menanggung beban keluarga yang tidak sedikit. Sekarang aku tau kenapa sikapnya di dunia luar bisa begitu ceria atau heboh, itu semua untuk menutupi dirinya yang punya banyak masalah di rumah. Andaikan aku tidak ke rumahnya malam itu, mungkin aku tidak akan pernah kenal Yingmin yang sesungguhnya. Aku juga sangat berterimakasih pada kesabarannya mengajariku menari, jadi aku berhasil menyelesaikan bagian-bagian tarianku pada MV baru kami. Hari ini aku sengaja menungguinya di bawah apartemennya untuk sama-sama ke kantor agensi. Aku tidak membuat janji dengannya, tapi aku yakin dia tidak akan keberatan pergi bersamaku.

"Hoi, Zheng Yingmin."

Aku terlonjak dari posisiku yang tengah bersandar di sebatang pohon di bawah apartemen Yingmin. Aku melihat sosok Yingmin yang turun dari apartemen, dan di hadapannya ada tiga namja dan dua yeoja, sepertinya menungguinya. Aku memastikan penyamaranku cukup aman untuk menungguinya disini.

"Katakan bahwa gossip tentang kau yang jadi koreografer KRYSD di MV lagu bahasa Inggris pertama mereka itu Cuma kabar burung," ujar yeoja yang paling tinggi.

"Memangnya kalau itu bukan gossip kenapa?" Tanya Yingmin.

"Mana mungkin. Kau punya kemampuan apa sampai bisa terpilih? Kau kan Cuma bisa tarian yang itu-itu saja, tarian Chinnese yang membosankan."

"Kau pakai jimat apa sampai bisa mendekati KRYSD, sekalipun hanya menjadi koreografer mereka?" Tanya namja yang berdiri paling dekat dengan Yingmin.

"Aku memang bisa menari kok," ujar Yingmin.

"Mana! Coba menari di hadapan kami!" perintah yeoja yang memakai kemeja biru, mendorong bahu Yingmin.

Nah, Yingmin, ini kesempatanmu. Tunjukkan bahwa kau memang koreografer kami, buat mereka bungkam. Aku disini akan menungguimu. Aku menunggu... menunggu... tapi kenapa? Kenapa Yingmin sama sekali tidak menari? Kenapa dia gemetaran...?

"Kenapa? Ayo menari!"

"Aku... aku... tidak bisa..."

"Hahaha... kan... aku sudah tau semua itu hanya omong kosong!"

Aku tidak mengerti ini, tapi aku tidak akan membiarkan Yingmin sendirian begitu. Aku melepas kacamata hitamku dan berdiri di samping Yingmin.

"Mianhamnida, aku tidak tau apa maksud kalian, tapi aku bisa menjawab kalau Yingmin memang adalah koreografer kami," ujarku tegas.

"Ka... kau?" tunjuk namja yang berbadan besar, tepat di depan wajahku.

"Aku Yesung, leader KRYSD, kalian tau kan? Jangan pojokkan Yingmin lagi."

"Ka... kalian... bagaimana bisa...?"

"Kenapa tidak bisa? Mulai sekarang aku adalah teman Yingmin, jadi kalau kalian ingin menanyakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan KRYSD, kalian bisa Tanya lewat Yingmin, toh jawabannya pasti benar."

Dan mereka berjalan pergi, tidak berani berkata-kata lagi.

"Huh, aneh sekali. Yingmin, bukannya mereka itu yang minum-minum dan berjudi di dekat apartemenmu malam itu?"

"Mereka memang tiap malam berkumpul," jawab Yingmin.

"Dasar anak-anak muda yang tidak berguna. Kau tidak apa-apa kan? Kenapa kau tidak menari saja di depan mereka tadi?"

"Aku... tidak bisa, Yesung. Sejujurnya aku mencoba keberuntunganku untuk kuliah di jurusan menari karena mereka meremehkanku. Dulu mereka sering melihatku menari, tapi mereka selalu bilang tarianku jelek. Aku... tidak cukup percaya diri di hadapan mereka."

"Sekarang kau harus hilangkan kebiasaan itu. kau harus tau bahwa kau hebat, Yingmin. Jangan takut pada mereka lagi. Mereka memojokkanmu begitu karena mereka tidak punya kemampuan."

"Yesung, kenapa... kau begitu yakin padaku?"

"Karena aku bicara apa adanya. Aku tau kau memang penari yang hebat, oke?"

"Aku... aku mau minta maaf karena pernah membuatmu takut... aku... aku boleh dibilang sejak dulu sudah menjadi fans-mu... jadi aku bersikap aneh waktu melihatmu..."

Aku tersenyum pada Yingmin, "hmm... gwaenchana. Sekarang kan kau tidak begitu lagi, Yingmin. Itu artinya kau menyukaiku, kan? Aku malah harus berterimakasih padamu..."

"Ne... Yesung... aku... apa menurutmu aku jelek?"

"Apa? Aniyo... waeyo?"

"Mereka bilang aku jelek... jadi sebenarnya aku selalu berusaha untuk bisa menjadi cantik dan pintar menari, mencari jalan untuk mendekati kalian... mereka tau aku nge-fans sama kalian, dan terus saja bilang bahwa aku tidak akan mungkin bisa mendekati kalian..."

"Sekarang jangan pikirkan itu lagi, sekarang biarkan mereka melihat kenyataannya. Kau dekat dengan kami, Yingmin, kau sudah menjadi bagian dari lingkungan kami."

"Benarkah, Yesung? Kalian... menerimaku? Kau... menerimaku?"

"Ne, aku menerimamu. Dan bisakah kau memanggilku dengan sebutan oppa? setauku kau masih lebih muda dari Xili dan Suxuan, kan?"

"Ng... ne, Yesung oppa," panggil Yingmin.

"Begitu lebih baik. Jangan takut Yingmin, sekarang kau tidak sendirian."

Yingmin tersenyum. Aku suka melihat senyumnya yang seperti ini, karena di balik senyum itu aku melihat ketulusan hati Yingmin. Sekarang aku juga makin mengerti dirinya yang sebenarnya... dan aku ingin menjadi sahabatnya. Dia butuh seseorang untuk membagi bebannya, dan aku ingin menjadi salah seorang itu. mudah-mudahan aku bisa membantunya, meski saat ini aku belum pikirkan cara yang tepat. Zheng Yingmin, kau yeoja yang hebat. Jangan berhenti terus berusaha menonjolkan dirimu yang sebenarnya, oke?

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun