Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] No Other, The Story [51/55]

26 Mei 2020   12:39 Diperbarui: 26 Mei 2020   12:47 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Baiklah kalau begitu. Ayo, kita mulai."

Sejauh ini sih, ternyata aku melihat sisi lain dari Yingmin yang hobi menggodaku. Rupa-rupanya, dia cukup bisa membaca situasi, seperti sekarang, kami sedang belajar, dan ini urusan yang serius, dia tidak menggodaku. Aku sih berharap dia bisa tidak menggodaku juga meski di luar situasi serius begini. Kenapa sih aku bodoh sekali kalau urusan tarian? Hanya aku yang belajar lebih dari enam jam hanya untuk tarian selama satu setengah menit?

"Ng... Yingmin, kau lapar tidak? Ini sudah hampir jam sebelas malam. Aku akan pesankan makanan kalau kau lapar."

"Yesung lapar? Aku sih sebenarnya lumayan lapar juga. Mungkin karena banyak bergerak, jadi capek."

"Aku juga sih. Okelah kalau begitu, aku akan turun ke bawah sebentar untuk memesan memakai nama agensi. Tunggu sebentar ya."

Yingmin meraih lenganku. Aku sesaat bergidik.

"Gomawo," ujarnya.

Aku tersenyum tipis, lalu meninggalkannya menuju lantai satu. Ahh iya, kenapa aku tidak coba lihat rekaman tariannya Hae saja ya? Biasanya kan aku lebih cepat mempelajari tarian dari rekaman? Hmm... sambil naik-turun begini, aku nonton video rekaman di ponselku saja, siapa tau lebih bermanfaat. Oke, aku akan pesan makanan yang banyak dan enak, anggap juga ucapan terima kasih untuk Yingmin. Dia sudah sangat baik mau menemaniku sampai larut begini.

"Yingmin, apa kau tidak..."

Tapi kata-kataku terhenti. Aku melihat sosok Yingmin tertidur di pojokan ruangan, bersandar di kaca. Aku perlahan mendekatinya. Kasihan sekali dia, pasti kelelahan. Dan aku baru sadar ketika melihat kakinya, di balik stocking tipisnya, masih ada luka-luka bekas jatuh di tempat ice skating waktu itu, dan sekarang telapak dan jari-jari kakinya agak membiru. Tunggu... apa dia... menahan semua rasa sakit ini hanya demi mengajariku? Aku memandangi wajahnya, matanya tertutup. Dia... kalau tidak menakut-nakutiku pada pertemuan pertama kami, mungkin aku tidak akan waspada sampai begini. Tapi mungkin dia tidak sejahat yang kukira...

"Ng..." Yingmin mendesah.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun