Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] No Other, The Story [47/55]

3 Mei 2020   11:55 Diperbarui: 3 Mei 2020   12:02 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

MEIFEN'S DIARY

CHAPTER 47

A MAN IN LOVE

Aku baru saja pulang apartemen setelah jadwal kuliah yang penuh hari ini. Aku tidak lupa kalau aku harus mengerjakan tugas kuliah yang bisnis juga. Nantilah, aku sudah lapar. Mudah-mudahan ada yang memasak, karena aku malas sekali memasak kalau perutku lapar begini.

"Aku khawatir sudah tidak bisa lagi, oppa. Lihat, rasanya tidak memungkinkan lagi bagi kalian untuk membuka kelas dengan jadwal sepenuh ini."

Aku mendengar suara Manshi dari dapur. Kalau ada Manshi di dapur, berarti ada makanan disana. Aku ke dapur dan melihatnya sedang makan bersama Shindong. Tapi selain makan, di meja juga ada beberapa lembar kertas. Mereka cukup berkonsentrasi pada kertas itu, membaca, menggumam atau mencoret-coret, tumben sekali mengabaikan bau masakan yang begitu enak.

"Hei, ada yang bisa kumakan?" tanyaku penuh harap.

"Oh, Meifen sudah pulang rupanya," sapa Shindong.

"Ng... yang dua ini bisa kau makan, Aqian. Aku sudah mengantisipasi kalau-kalau kau pulang tiba-tiba," ucap Manshi, berpaling sejenak padaku sebelum kembali sibuk dengan kertas-kertasnya.

Aku langsung beranjak untuk mengambil nasi dan duduk di meja untuk bergabung dengan mereka.

"Kalian lagi ngapain sih?" tanyaku heran.

"Ini... membantu Shindong oppa dan Eunhyuk oppa menyusun jadwal mengajar mereka. Sekarang murid mereka sudah nyaris 400 orang, jadi mereka kebingungan harus mengajar 59 kelas sekaligus, padahal Eunhyuk oppa punya jadwal siaran juga."

"Mana, sini kulihat."

Aku menerima kertas yang disodorkan Shindong. Tiap kelas berisi paling banyak 15 murid, les per kelas satu setengah jam, seminggu dua kali. Shindong punya waktu kosong, tapi Eunhyuk tidak. Hari Senin, Rabu dan Kamis, dia harus siaran dari jam 4-6, sedangkan hari Jumat jam 7-9 malam. Itu artinya harus ada yang mengajar double pada jam yang sama. Andaikan Eunhyuk bisa punya waktu kosong seperti Shindong, ahh tidak, ini benar-benar masalah. Aku sampai harus melotot karena takut mataku salah membedakan angka-angka.

"Kalian sinting. Mana bisa kalian berdua mengajar 59 kelas sekaligus? Kalian pikir badan kalian ini robot yang tidak butuh istirahat ya?"

"Iya sih... pantas dari tadi kita tidak bisa susun dengan tepat, Manshi," ujar Shindong.

Bodoh sekali mereka ini, menyusun jadwal yang tidak mungkin.

"Kurangi saja muridnya biar bisa kosong beberapa kelas."

"Tidak bisa. Sayang kan, Aqian," tolak Manshi.

"Kalau begitu, gabungkan beberapa murid. Ini kulihat ada kelas yang Cuma 5 orang."

"Itu kelas privat, mereka tidak mau digabung," tolak Shindong.

"Kurasa jalan terbaik untuk keluar dari masalah ini adalah oppa harus mencari guru yang lain. Sudah waktunya memang kursus menari kalian berkembang, apalagi setelah pindah ke gedung baru. Gedung kalian bisa muat empat ruangan besar malahan."

"Itu ide yang bagus, Meifen. Tapi masalahnya kami benar-benar butuh guru yang bagus supaya reputasi tempat kami tidak menurun. Kami butuh guru yang bisa mengajar aerobic, modern dance, traditional dance dan balet sekaligus."

"Bisa adakan semacam audisi kan, oppa?"

"Benar juga kata si Aqian, oppa. Lakukan audisi saja!" seru Manshi.

"Hmm... nanti aku akan diskusikan dengan Hyuk."

Ketika itu, ponselku berbunyi. Aku melihat sebuah pesan masuk, dari Siwon. Wajah dan posenya yang sempurna muncul di layar ponselku. Aku tersenyum. Dia memang selalu membuatku bangga, Siwon-ku.

Meifen, ada di apartemen? Aku mau mampir.

Baguslah, aku juga kepingin ketemu dia, sudah lima hari aku tidak melihatnya.

Ada, oppa. Ada Manshi dan Shindong oppa juga.

Lalu balasan berikutnya datang sangat cepat.

Aku sudah di jalan, akan sampai disana dalam sepuluh menit. Jangan kasih Shindong hyung pulang dulu.

Aku jadi tersenyum sendiri.

"Ya, Meifen, kenapa senyum-senyum begitu? Siwonnie-kah?"

"Iya, oppa. Dia sudah di jalan, katanya oppa disuruh menunggunya juga," jawabku.

"Aku memang belum mau pulang kok."

Dan kira-kira sepuluh menit kemudian Siwon benar-benar muncul di depan pintu apartemen kami. Dia masih memakai jas lengkap berwarna putih dengan kemeja juga putih, membuatnya bak pangeran. Meski wajahnya agak capek, dia terlihat tetap sempurna.

"Meifen..." sapanya sambil tersenyum.

"Oppa..." balasku.

Dia langsung menggandengku masuk ke dalam apartemen.

"Mana yang lainnya?"

"Mereka lagi makan. Ayo, oppa."

Ketika ke dapur, Shindong dan Manshi langsung menyapa Siwon. Siwon melihat makanan di atas meja dengan penuh harap.

"Aku akan ambilkan nasi untuk oppa."

Siwon duduk bergabung setelahnya, sambil makan.

"Minggu ini ulangtahun appa-ku di rumah. Kalian semua harus datang, sesibuk apapun kalian, harus punya jadwal kosong. Jam delapan malam mulainya."

"Wah, sudah lama tidak menghadiri pesta nih, oppa," ucap Manshi, "aku akan usahakan jadwal jam segitu kosong. Shindong oppa juga kan?"

"Iya, kurasa aku bisa kosongkan special untukmu, Siwonnie," ujar Shindong.

"Tolong sampaikan pada yang lain juga yang belum sempat kutemui secara langsung ya," pinta Siwon.

Selesai makan, Siwon beristirahat di kamarku. Kami sama-sama berbaring di ranjangku. Aku tidak merasa canggung lagi, soalnya kami sudah sering begini.

"Meifen... bisa siapkan kejutan untuk ulangtahun appa?"

"Itu dia, oppa. Aku harus belikan kado apa ya? Kurasa Choi ahjussi sudah punya segalanya?" aku balik bertanya.

"Memang sih. Karena itu kupikir... sesuatu yang akan membuatnya terkesan bukan merupakan barang."

"Bukan barang?"

Apa yang bisa membuat pria tua itu terkesan jadinya? Benar-benar membingungkan... tapi pada saat itu, Siwon mengangkat dan menggenggam tanganku.

"Tentu saja dengan jari-jari ini. Main piano, Meifen."

"Mwo??? Ah, oppa... tapi aku selalu gugup kalau main di depan orang banyak. Apalagi nanti tamu yang diundang pasti banyak kan? Dan mereka semua layaknya bangsawan?"

"Tunjukkan kalau kali ini kau bisa melakukannya, Meifen. Biarkan appa kaget karena kemampuanmu."

"Tapi bagaimana kalau aku gagal? Tidakkah aku membuat oppa malu?" tanyaku ragu.

Siwon memandang wajahku, dan aku membalas pandangannya. Sekarang wajah kami berhadapan.

"Aku tidak akan malu, setidaknya kau mau mencoba. Ketika kau gagal, tidak apa-apa, ada aku di sampingmu."

"Hmm... baiklah, aku akan coba. Masih ada enam hari untuk persiapan. Aku akan membuatnya terkesan. Aku kan... calon menantunya."

"Bagus. Aku suka sekali rasa percaya diri itu."

"Ketularan Manshi."

Siwon tertawa dan mencium tanganku. Jantungku mulai berdebar. Dia suka sekali berperilaku romantic seperti ini, tapi jujur saja aku tidak pernah merasa bosan. Lalu dia mulai menciumku lagi. Inilah hal yang selalu membuatku merasa nyaman, ketika dia menunjukkan perasaan cintanya. 

Bersama Siwon, tak ada yang kutakuti. Aha... di otakku tiba-tiba muncul ide kejutan yang bagus. Aku rahasiakan dulu dari Siwon... mudah-mudahan dia, atau salah satu dari mereka mau bekerjasama. Tapi sepertinya sih tidak susah menggaet salah satu dari mereka.

Dan hari ulangtahun tiba, aku, Kangin, Yifang dan Ryeowook menumpang di Honda Heechul untuk ke rumah Siwon. Aku dengan anggunnya turun dari mobil itu ketika mobil sudah diparkir di halaman parkir rumah Siwon yang luar biasa luas. Setelah itu Yifang menyusul turun.

"Aigo... gaun ini ribet sekali," protesnya.

Aku melihatnya turun dengan mengangkat gaun panjangnya yang berwarna hitam pekat tinggi-tinggi. Aku geleng-geleng kepala.

"Aduh, Yifang, kapan sih kau mau belajar anggun? Setidaknya jagalah image artismu itu. Sudah cantik tapi kelakuannya masih begitu," celaku.

Ryeowook tersenyum dan membantu Yifang berjalan, juga merapikan gaunnya. Beruntung sekali Yifang punya Ryeowook yang tidak akan membiarkannya terluka barang satu gorespun. Kami berjalan ramai-ramai seperti mau mengadakan demo, masuk ke rumah Siwon yang super besar. 

Ini belum sampai kunjunganku yang kelima ke rumahnya. Aku masih merasa kurang nyaman dengan orangtua Siwon meski mereka bilang sudah tidak mempermasalahkan hubungan kami lagi. 

Tapi tetap saja, aku merasa mereka masih kurang puas terhadapku. Rumah ini sudah dihias anggun dengan semua hiasan serba berwarna emas. Kami tidak perlu bersusah-susah mencari Siwon, karena dia, memakai pakaian apapun terlihat mencolok dibandingkan yang lain.

Siwon menghitung cepat rombongan kami, "whoa... terima kasih kalian semua mau datang begini lengkap."

"Untukmu, kami selalu usahakan yang terbaik, Siwonnie," kata Heechul.

"Ahjussi belum turun kan?" tanyaku cemas.

"Belum. Jadi kau bisa siap-siap, Meifen. Itu, disana," jawab Siwon sambil menunjuk panggung di ujung ruangan.

Jantungku berdebar keras dan aku merasa jari-jariku berkeringat. Piano... di panggung... tamu sebanyak ini... kalau salah, bagaimana? Sungmin menepuk bahuku.

"Meifen, jangan takut. Kau berhasil melakukannya di ujian, kau juga bisa melakukannya disini," dukung Sungmin, "anggap saja mereka semua ini mahasiswa dan dosenmu, anggap kau sedang berada di ruangan ujian."

Aku tersenyum kaku. Yesung menarik tanganku.

"Ayo, kan ada aku," ajaknya.

Aku yakin Siwon pasti bingung sekali karena Yesung membawaku naik panggung. Tidak apalah, itu sekalian kejutan untuknya. Lagipula, aku merasa tenang karena ada Yesung bersamaku. Dia ada bau sebagai seorang oppa... yah, oppa yang aneh.

Kangin melambai-lambai di tengah kerumunan manusia, "Meifen, siap-siap! Dia sudah datang!"

Aku langsung focus pada si grand piano di hadapanku, meletakkan jari-jariku di tutsnya. Aku mulai menekannya, perlahan, lalu menjadi semakin keras dan jelas. Yang aku mainkan bukan lagu ulang tahun biasa, karena aku sudah melatihnya bersama Yesung selama lima hari belakangan. 

Suara Yesung tentu saja tidak akan cocok untuk lagu ultah biasa, jadi kami mengubah sedikit nadanya. Aku tidak berani menoleh untuk melihat apakah si pria tua itu sudah muncul, atau memperhatikan ada berapa ratus pasang mata yang memandang ke panggung, aku tidak peduli.

"Happy birthday... happy birth... day... happy... birthday... to... you..."

Suara emas Yesung menggema di seluruh rumah, suaranya benar-benar indah, memang seorang nomor satu di KRYSD. Tiba-tiba aku mendapat suntikan keberanian dari getaran suaranya itu. Aku merasa jari-jariku bergerak bebas di tuts-tuts itu, dan akhirnya berhasil memainkan lagu sepanjang dua menit itu dengan mulus. 

Tepuk tangan meriah mengakhiri penampilanku dan Yesung malam itu. Yesung datang dan menggandengku, membawaku berdiri menghadap para penonton. Kali ini aku melihat semua orang bertepuk tangan, dan si pria tua bersama istrinya, juga Siwon, berdiri di dekat panggung. Siwon tampak kaget tapi ikut bertepuk tangan.

"Saengil chukkahamnida, Choi ahjussi," kataku dan Yesung kompak, sama-sama membungkukkan badan.

Tepuk tangan kembali terdengar meriah, terutama dari rombongan kami. Kangin dan Henry sudah bersiul-siul ribut disana.

"Kalian pasti terkejut dengan permainan piano gadis ini, kan? Dia bukan pacarku," kata Yesung, "Siwonnie, aku serahkan dia kepadamu."

Siwon yang tanggap langsung naik panggung, dan Yesung memberikan tanganku untuk dipegang Siwon, seperti piala bergilir saja. Tapi Siwon mengangkat tanganku tinggi-tinggi, sepertinya bangga akan diriku.

"Ini adalah Qian Meifen. Meskipun dia baru berstatus pacarku, tapi aku berani yakin kelak dia akan menjadi nyonya Choi. Aku mencintainya," ujar Siwon, "dan tidak ada yang bisa membuatku berpisah dengannya."

Tepuk tangan meriah kembali terdengar, dan wajah kedua orangtua Siwon terlihat tegang. Siapa peduli? Yang penting apa yang dikatakan Siwon benar. Aku akan berusaha untuk menjadi pantas bersamanya. Dan tanpa kusangka-sangka, Siwon menarikku mendekat pada pinggangku dan dia menciumku! Menciumku di hadapan orang banyak dan kedua orangtua itu! Tapi... ini artinya posisiku semakin kuat. Aku menghargainya. Terima kasih, Siwon ah~


The scent of your hair, the charm of your eyes

The sexy shape of your lips easily seduce people

I've already fallen into your love trap, I cannot resist you


Your every move is filled with seduction

Breaking the silence of night

Empat hari kemudian, aku sudah pulang kuliah dari jam satu siang dan tidak akan ada kegiatan lagi hari ini. Aku jadi berpikir mau melakukan apa sepulang ini. Begitu membuka pintu apartemen, aku terkejut melihat Yesung dan Yifang di depan pintu, keduanya sedang memakai sepatu.

"Eh, Meifen sudah pulang," celetuk Yesung.

"Aqian! Tumben kau cepat pulangnya," Yifang ikutan nyeletuk.

"Iya, jadwalku sedikit habis ini. Kalian mau kemana?" tanyaku.

"Kami mau menonton audisi guru menari di tempat Shindongie dan Hyuk. Dengar-dengar disana ramai sekali, audisi bakal dibuka sampai malam katanya," jawab Yesung.

"Whoa, seseru itukah? Okelah, aku mau ikut lihat."

Aku asal meletakkan tasku di meja belajarku, lalu pergi bersama Yesung dan Yifang ke tempat les menari dengan naik taksi. Kami kaget karena melihat antrian panjang di depan pintu tempat les.

"Ini kok seperti audisi mencari artis ya?"

"Ne, Meifen. Apa mereka Cuma berdua ya? Kasihan. Ayo kita bantu."

Kami bertiga perlu berjuang untuk masuk ke dalam. Setidaknya yang mengantri ada belasan orang. Rupanya ada Eunhyuk yang duduk di meja kecil di dalam, mencatat data, sendirian. Dia kelihatannya kerepotan.

"Eunhyuk oppa, kami datang."

Dia mendongak dari kertas-kertasnya dan berhenti ngobrol dengan salah satu peserta di depannya.

"Oh, Meifen, Yesung hyung dan Yifang. Maaf yah aku tidak ada waktu untuk ngobrol dengan kalian," ujar Eunhyuk dengan tampang bersalah.

Yifang geleng-geleng kepala, "kami kesini bukan untuk ngobrol dengan oppa, tapi kami mau membantu kok. Sana menyingkir, biar aku saja yang bantu mengurus pendaftaran."

"Mana Shindong oppa?" tanyaku.

"Itu, dia di ruangan paling dalam itu, sedang mengetes peserta. Benarkah kalian akan membantu? Wah, terima kasih kalian ada waktu luang dan datang kesini," jawab Eunhyuk.

"Kalian kenapa tidak coba Tanya kami. Untung Yifang dan Yesung oppa punya usul untuk kesini. Ya udah, kami berdua bisa disini."

"Aku kalau begitu akan ikut menjadi juri. Nah, Yesung hyung?"

"Aku bisa mengatur peserta di luar situ, juga menyuruh mereka melengkapi data dulu, supaya sesudah sampai di meja sini, mereka tidak perlu susah payah lagi," jawab Yesung.

"Apa tidak apa-apa oppa diluar?" Tanya Yifang cemas.

"Kau mengkhawatirkan fansku, Yifang? Gwaenchana... aku akan minta bantuan kalian kalau terjadi sesuatu denganku."

Sambil berkata begitu, Yesung menepuk kepala Yifang. Hubungan mereka memang sangat baik. Sayangnya aku dan Hangeng tidak seakrab itu, Xili dan Donghae juga tidak begitu. Hanya mereka yang berhasil mengatasi batas antara mantan pacar dan persahabatan. Dan beberapa menit sesudahnya, kami semua sibuk dengan masalah pendaftaran. Aku lihat kertas di salah satu tumpukan, menunjukkan sudah ada 40 peserta yang mengikuti tes, yang di dalam itu peserta nomor 41. Sepertinya audisi memang akan diadakan sampai malam.

"Gyaaaaaaaaaaah! Yesung!!!"

Aku dan Yifang terlonjak di tempat duduk kami ketika mendengar teriakan seorang cewek dari depan. Sejurus kemudian, Yesung berlarian ke dalam, bahkan menarik Yifang sebagai pelindungnya. Tidak banyak berpengaruh, tentu saja, soalnya kan Yifang lebih kecil dari dia. Dan kami melihat seorang cewek yang rambut lurusnya diikat kuncir kuda berlarian masuk. Wajahnya berbinar saat melihat wajah Yesung.

"Yesung, kenapa kau lari?" keluhnya.

"Ng..." gumam Yesung tidak jelas.

"Tentu saja karena ketakutan melihat keagresifanmu!" ujar Yifang ketus.

Si cewek melihat Yifang dari atas sampai bawah. Yifang tidak mau kalah, dia juga melakukan yang sama. Aku mendengus. Si cewek dan Yifang, terlihat sangat kontras. Tinggi badan mereka sangat berbeda (si cewek tinggi sekali, bahkan lebih tinggi dari Xili), tapi punya bentuk tubuh yang rata-rata sama (hanya si cewek sedikit lebih langsing, penari mungkin?), mereka saling melotot.

Si cewek menganggukkan kepalanya, "oooh... Mugung Hwa rupanya."

"Kalau iya memangnya kenapa?"

"Tidak mau menanggapimu. Yesung, aku sudah lama ingin bertemu denganmu, tapi Eunhyuk oppa sama sekali tidak mengizinkanku."

Wajah Yifang kelihatannya seperti sudah ingin memakan orang. Aku agak ngeri melihat wajahnya yang seperti ini. Dia meletakkan tangannya di atas tangan Yesung yang Yesung letakkan di kedua bahunya.

"Kau kenal Hyuk oppa?"

"Memang. Dia sunbae-ku kok."

"Aku baru tau kenapa dia tidak mempertemukanmu dengan Yesungie oppa, soalnya kau agresif begitu."

"Kau!!!"

Yifang berbisik-bisik dengan Yesung sekarang.

"Oppa... tadi apa yang dia lakukan?" Tanya Yifang.

"Err... dia... memelukku, lalu berusaha... err... menciumku," jawab Yesung ragu-ragu.

"YA! Kau keterlaluan sekali! Apa maumu kesini? Kami sedang sibuk, Yesungie oppa sedang sibuk, jangan ganggu dia! Menyingkir saja kalau tidak ada urusan!"

"Cih, tentu saja aku ada urusan. Aku kesini untuk ikut audisi. Yesung dan Eunhyuk oppa kan sahabat, kalau aku bisa jadi guru disini, alangkah baiknya," kata si cewek.

"Huh? Kau? Ikut audisi? Mimpi ya! Kulihat kau tidak bisa menari!"

"Oh ya? Setidaknya aku bisa menari lebih baik dari kau, Mugung! Aku pernah lihat di reality show, kau mundur dari section kuis karena kau tidak bisa menari, malah meminta Donghae oppa menggantikanmu."

"Tutup mulut!"

Aku menoleh ketika Shindong tergopoh-gopoh keluar dari dalam ruangan.

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanyanya heran.

"Cewek ini cari ribut, oppa! Dia membuat Yesungie oppa ketakutan!"

Shindong mengalihkan pandangannya dari Yifang ke cewek menyebalkan itu. Si cewek tersenyum bangga, tidak gentar dipandangi Shindong.

"Oppa ingat denganku?" Tanya si cewek.

"Hmm... apa aku pernah mengenalmu? Tunggu sebentar, biar aku ingat-ingat," jawab Shindong.

Shindong mengerutkan dahinya. Beberapa detik lewat begitu saja.

"Ah! Kau, Yingmin! Kau kesini untuk ikut audisi, betul?"

"Betul sekali, oppa."

"Ah, kalau begitu aku bisa mengharapkanmu, Yingmin. Tapi kau masih berkuliah kan?"

"Iya, semester akhir. Tapi itu artinya aku punya banyak waktu luang, oppa."

"Baguslah kalau begitu. Selamat berusaha. Kurasa kau perlu menunggu sekitar satu jam lagi sampai giliranmu tiba."

"Gwaenchana."

"Ndong oppa," panggil Yifang, membuat Shindong mengalihkan perhatiannya ke Yifang lagi.

Yifang melotot padanya. Shindong tiba-tiba langsung paham.

"Ah, Yingmin, kembali ke antrian saja sekarang. Aku masih harus kembali ke dalam," pinta Shindong.

Cewek menyebalkan yang bernama Yingmin itu kembali ke antrian di luar sana. Yesung menghela nafas lega, tapi sekarang Yifang ganti memandang galak ke Shindong.

"Aduh, jangan marah begitu, Yifang. Itu haknya untuk ikut audisi."

"Nuguya?"

"Dia Zheng Yingmin, dia juga Chinesse lho, tapi aku tidak tau dia dari kota mana. Yang pasti, dia itu adik tingkat kami, dia di bawah Hyuk satu tahun di kampus. Dia cukup terkenal di kampus kami karena prestasi menarinya yang di atas rata-rata."

"Dia benar-benar bisa menari?"

"Iya, dan hebat."

"Apa oppa akan menerimanya? Dia sudah menakut-nakuti Yesungie oppa. Apa jadinya kalau kelak dia lebih leluasa bersama kita dan lebih agresif lagi?"

"Ng... Yifang, soal itu... kita bisa membicarakannya baik-baik dengannya agar dia tidak agresif. Lagipula dia belum tentu diterima, meskipun kesempatannya besar. Hyuk lebih kenal dia, nanti kita suruh Hyuk yang bicara dengannya saja," jawab Shindong.

Yifang mendengus tidak senang, tapi Yesung memijat-mijat bahu Yifang.

"Aku mau ke dalam lagi, kasian nanti Hyuk bingung."

Shindong kembali ke dalam ruangannya.

"Pokoknya aku tidak mau dia diterima begitu saja! Aqian!"

"Mwo?" tanyaku yang sedari tadi hanya diam.

"Lawan dia! Ikut audisi saja!"

"Apa?" tanyaku dan Yesung, kali ini kompak.

"Kau kan juga kadang masih punya waktu luang. Kenapa kau tidak coba mengalahkan dia? Kau juga oke banget kok menarinya!"

Aku memikirkan perkataan Yifang. Menjadi guru menari? Kedengarannya profesi yang tidak buruk, dan kudengar juga sistem share gaji yang ditawarkan Shindong dan Eunhyuk untuk guru baru cukup menggiurkan untuk aku yang sekarang pengangguran.

"Apa itu... baik, Yifang?" Tanya Yesung, terdengar ragu.

"Apa yang tidak baik, oppa? Aku tidak mau oppa ditakuti olehnya lagi! Ada baiknya dia tidak dekat-dekat kita! Aku tidak suka melihat tingkah lakunya!"

"Baiklah. Aku akan ikut audisi. Nih, aku isi formulirnya dan aku akan berbaris di belakang. Yesung oppa, oppa disini saja membantu Yifang," putusku.

"Aqian... kau benar-benar akan membantuku balas dendam?"

"Tentu saja, Yifang."

"Aqian, kau keren!!! Baiklah, kami akan disini."

Yesung masih kebingungan ketika dia duduk di kursiku. Aku selesai mengisi formulir dan berbaris di antrian, tepatnya di belakang si Yingmin. Dia langsung menoleh seolah mau menyelidiku. Aku sedikit melotot padanya.

"Kenapa kau disini?" tanyanya sewot.

"Lha, memangnya aku tidak boleh ikut audisi?"

Dia memandangku dari atas sampai bawah seperti dia memandangi Yifang tadi.

"Memangnya kau bisa menari?"

Aku tersinggung. Sehebat apapun cewek ini, dia tidak boleh memandang remeh orang begitu dong!

"Maaf? Apa yang barusan kau bilang? Asal kau perlu tau, aku ini murid terbaik dari ShinHyuk Course ini."

"Oh ya? Kalau begitu aku akan melihat perjuanganmu."

Aku berusaha menahan amarahku ketika berbaris. Kira-kira satu jam kemudian, si Yingmin sudah masuk ke ruang audisi, sedangkan aku sekarang berdiri tepat di samping meja yang diduduki Yifang dan Yesung. Di belakangku masih ada tiga orang yang mengantri.

"Aqian, hwaiting!" seru Yifang memberi semangat.

Aku tersenyum penuh percaya diri. Kalau aku main piano, mungkin saja aku merasa gugup, tapi tidak untuk menari. Aku sangat yakin pada kemampuan menariku. Aku ingin mengalahkan cewek yang sudah meremehkanku itu!

"Kau sudah bisa masuk, Meifen," kata Yesung yang mengecek ruang audisi, "hwaiting."

Aku tersenyum ketika Yesung menepuk bahuku. Aku masuk ke ruang audisi yang merupakan ruang latihan yang paling ujung, lalu melihat Shindong dan Eunhyuk duduk di balik meja di ujung ruangan.

"Lho, Meifen? Kau benar-benar mau ikut audisi?" Tanya Shindong heran.

"Tapi tidak ada masalah kan, oppa?" aku balik bertanya.

"Tentu tidak masalah. Tapi apa karena Yingmin ..."

"Mungkin oppa tidak tau, tapi aku paling benci orang yang meremehkan aku. Aku ingin tunjukkan padanya bahwa aku juga bisa."

"Meifen, Shindong hyung sudah memberitaumu bahwa dia adalah mahasiswi jurusan menari nomor satu untuk angkatannya di kampus kami. Tapi aku juga yakin terhadapmu, karena tarianmu juga selalu bagus," ucap Eunhyuk, "selamat berjuang."

"Tadi dia bertanya pada kami perihal kamu, dan kami bilang kau memang murid kami yang terbaik disini. Nah, kami akan menilai dengan adil, jadi tunjukkan pada kami kemampuanmu yang sebenarnya," ujar Shindong.

"Peraturannya, kami akan memperdengarkan sebuah lagu sepanjang 3 menit, dan setelah itu kau diberi waktu 3 menit untuk memikirkan gerakan yang pas, lalu tarikan pada kami, diiringi lagu itu."

Aku menganggukkan kepalaku, "iya. putar saja lagunya."

Dan sebuah lagu diputar. Lagu ber-genre RnB. Senyum merekah di wajahku. Lagu seperti ini, harusnya tidak susah, kan? Di otakku terbayang sosok Hangeng, yang menurutku paling pintar dalam menari, menarikan gerakan yang pas untuk lagu ini. Aku pasti bisa. Aku tau apa yang harus kulakukan. Belum habis waktu 3 menit yang diberikan untuk berpikir saja, aku sudah tau gerakan apa yang harus kulakukan.

"Siap? Sekarang!"

Sesuai instruksi Eunhyuk, Shindong menekan remote control untuk memainkan lagu yang tadi. Secara otomatis, tubuhku bergerak leluasa, seolah ada pegas tidak terlihat dalam tubuhku, seolah otakku dengan cepat memerintahkan setiap otot tubuhku untuk bergerak lincah seperti maunya si otak. Energik sekaligus manis, aku berikan warna baru untuk tarian di lagu ini. Hanya begini saja? Waktu 3 menit itu terasa sangat singkat.

"Bagus, Meifen. Sekarang kau bisa menunggu hasil penilaian kami. Harusnya besok, tapi kalau kau menunggu disini sampai malam, kami bisa memberimu hasilnya sesudah kami makan malam," puji Shindong.

"Terima kasih, oppa," kataku.

Aku lalu keluar lewat pintu belakang yang membawaku keluar gedung. Lalu aku berputar untuk masuk lagi ke dalam. Untung aku tidak melihat sosok Yingmin. Tinggal ada dua orang yang mengantri, itu artinya setengah jam lagi audisi bisa ditutup.

"Bagaimana, Meifen?" Tanya Yesung.

"Beres, semuanya lancar, oppa. Kata Eunhyuk oppa dan Shindong oppa, malam ini setelah mereka makan malam, kita bisa mendengar pengumumannya, lebih cepat dari peserta lain yang baru tau besok."

"Aqian, kau hebat! Aku yakin kau pasti lolos seleksi babak pertama," kata Yifang sambil menepuk bahuku.

Akhirnya malam itu kami berlima makan bersama di salah satu ruangan latihan (kami memesan makanan dari resto terdekat). Eunhyuk dan Shindong berdiskusi soal sepuluh orang yang akan mengikuti audisi babak berikutnya tiga hari lagi, yang merupakan audisi terakhir sebelum mereka memilih satu orang yang benar-benar pantas.

"Nah, sudah selesai. Dengan begini kami sepakat," ujar Eunhyuk akhirnya.

Yifang mengambil kertas di tangan Eunhyuk. Disitu penuh tulisan tangan Eunhyuk, isinya 10 nama yang lolos ke babak berikutnya, dan namaku terletak paling bawah di daftar itu, dan tepat di atasku, ada nama Yingmin.

"Kenapa dia juga lolos?" Tanya Yifang sewot.

"Soalnya tariannya memang bagus."

"Sudahlah, Yifang, jangan marah-marah lagi. Kau kan bisa melindungiku," ucap Yesung sambil menyuapkan sepotong daging ayam ke mulut Yifang.

"Ya sudahlah. Lagipula aku percaya Aqian bisa lebih bagus dari dia kok," ujar Yifang sambil mengunyah.

"Tenang saja. Aku tidak akan membiarkan diriku kalah begitu saja," tegasku.

Kita lihat saja, Yingmin. Aku akan berusaha dan kau pasti akan kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun