Tapi dia malah diam dan menundukkan kepalanya.
        "Dia memelukku memang... tapi aku menolaknya. Aku tak pantas untuknya, dan tak ada dia di dalam hatiku."
        "Kau... tidak pacaran dengannya?"
        "Aku sudah bilang tidak, jangan membuatku marah."
        Dia diam lagi.
        "Dan oppa mencariku untuk minta maaf, lalu untuk apa?"
        "Aku... tak ada kok. Hanya untuk minta maaf saja."
        "Apa yang kudengar tadi benar? Yang oppa teriakkan? Dengan nama lengkapku?"
Wajahnya terlihat bingung ketika menatapku, tapi sinar paham muncul di matanya dan wajahnya kini semakin merah. Aku merasa wajahku juga merah.
        "Apa itu benar, oppa?" tanyaku sekali lagi.
        "Mian, mengganggu."