Mohon tunggu...
Xicca Priveria
Xicca Priveria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trobairitz

Halo, terima kasih sudah sempat berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ledakan di Ruang Tenang

13 Agustus 2021   10:17 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:22 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Aku sebenarnya hanya perlu mendengar satu kata dan kamar ini akan berubah berlumuran darah.


"Dengarkan aku baik-baik, rasa iri adalah sesuatu yang baik kalau kau bisa menggunakannya. Lihat, lihat apa yang ada di depan mu. Pasti terbersit di hatimu seandainya wajahmu lebih kecil, seandainya dahimu lebih sempit, seandainya segala tentang dirimu lebih baik." Ia menyeringai gila, ketika melihatnya, aku seperti ketumpahan minyak panas. Ingin berteriak, tapi rasanya aku tidak ingin memancing apa-apa.


"Tahu kan kalau sekarang ada sesuatu yang bisa mengubah ini semua jadi lebih baik? Ada banyak cara. Tetapi memang ke---"


Kepala gadis itu meledak.


Aku bahkan tidak terkejut, aku sudah memastikan ia akan mengatakan kata kunci itu sebentar lagi. Dan benar, bahkan tidak perlu menunggu lebih lama hingga telingaku berdarah, kepalanya benar-benar meledak.

Aku harap aku bisa melihat seonggok daging lunak atau apalah---otak, mungkin. Kalau dia punya satu. Dan ternyata memang tidak. Isi kepalanya penuh confetti dan bedak tabur. Tidak ada darah, hanya ada cairan kental yang aku pikir itu cat kuku atau pewarna bibir. Tidak ada rongga tulang, yang aku lihat hanya ukiran-ukiran uang koin yang disusun dan ditata seperti kerangka namun sudah tak berbentuk karena ledakan. Kamu terbujur kaku, hampir menjerit. Sekarang aku yang memutar bola mataku, "Ayolah, kita tahu itu bukan apa-apa." Kamu menunjukku, aku tahu kamu ingin menyumpah. Kita sudah melewati ini ribuan kali.


Serius.


Kamu mungkin lupa, tapi aku tentu sudah hafal di luar kepala soal premis ledakan di ruang tenang. Kamu menemukan kekuranganku, kamu membawa seseorang (yang tentu lebih kejam darimu, dan tidak lebih baik) lalu kalian berdua atau lebih dari itu, mulai mencercaku. 

Mengangsurkan kebutuhanku yang bahkan aku sendiri merasa tidak perlu.
Karena itu, kata kunci sangat efektif.
"Dengar, kamu bahkan tidak membiarkan diriku menyelesaikan kalimat pertama." Kata ku, dengan mata lelah dan sayu, aku memandangmu lurus. Kamu memeluk kusen jendela, mencengkeram dan menanamkan kuku di ujung-ujung lis kayu dan tembok.


"Setidaknya, aku punya mata yang sedalam lautan. Mataku jernih dan orang bisa merasakan keingintahuanku dalam sekali tatap.


Setidaknya, suaraku lantang saat diperlukan. Saat aku menyuarakan kebenaran dan pengajaran. Aku memakainya dengan baik. Setidaknya, tubuhku bukan untuk dinikmati. Aku mengenakan pakaian untuk menutupinya, tidak untuk ditelanjangi sembarang orang. Dan begitu juga dengan pikiranku. Yang kau bilang tadi tidak ada yang peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun