Mohon tunggu...
Fransiskus Xaverius Magai
Fransiskus Xaverius Magai Mohon Tunggu... -

Aku Rindu Padamu Wahai Diriku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Darah Bisu Pak Guru Gila

19 April 2014   23:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397898641554358498

Esok hari, pagi-pagi buta sekitar pukul 06.00, Hand Phone si istri berdering. Istri yulianus bangkit dari pembaringan dan berjalan menuju HP yang ditaruh di atas meja di kamar. Oh, ternyata Otto adiknya yang telpon.

“Allo Otto?” katanya begitu HP menempel di telinga.

“Allo?” suara Otto membalas dengan nada ragu dan takut.

“Ada apa pagi-pagi telpon ? “ tanya kakanya curiga.

“Ada berita duka” balas Otto gugup.

Spontan jantung kakanya seakan berhenti berdetak. Ia mulai panik....Tubuhnya mendadak dingin.... Darahnya seakan terserap keluar dari tubuhnya.


"Siapa yang meninggal?”

“Kaka Yulianus telah meninggal dunia.” Jawab Otto menanggis.

HP itu terlepas dari tangan istri Yulianus dan jatuh dengan suara keras ke lantai. Ia mendadak lemas dan tidak bisa menopang tubuhnya. Ia jatuh terkapar di lantai. Ia tidak punya tenaga untuk berbicara ataupun bergerak. Napasnya terputus-putus. Kedua tangannya memegang dada, berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerbu dirinya. Ia merasa dingin. Dingin sekali. Begitu dinginnya sampai tubuhnya gemetar hebat. Pandangannya buram, pendengarannya tidak jelas, seakan telinganya disumbat, namun samar-samar ia bisa mendengar tangisan anaknya yang kagit melihat keadaanya.

Kepalanya berputar-putar. Ia mendongak dan melihat perabotan disekelilingnya seakan nyaris jatuh dan menimpahnya. Ia menarik napas sekali lagi. Hal terakhir yang didengarnya sebelum kesadarannya menghilang seluruhnya adalah suara para tetangganya. Lalu segalanya menjadi gelap.

Yang pertama dilihatnya ketika ia sadarkan diri adalah langit-langit putih. Bukan langit-langit kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun