Mohon tunggu...
Fransiskus Xaverius Magai
Fransiskus Xaverius Magai Mohon Tunggu... -

Aku Rindu Padamu Wahai Diriku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Darah Bisu Pak Guru Gila

19 April 2014   23:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397898641554358498

Setibanya di ujung airport enarotali yang terletak tak jauh dari bukit bobaigo, secara mengejutkan ia dikepung oleh sekelompok tentara berpakaian preman. Ternyata aksinya diatas bukit tadi telah diketahui oleh para tentara. Tanpa menunggu perintah, sambil mengeluarkan kalimat, “Bangsat kau OPM” para tentara langsung mengeroyok Yulianus.

Ia di tendang kerkali-kali di dada, jatuh terkapar di jalan aspal kasar. Wajahnya diinjak-injak. Diseret satu meter ke depan. Wajahnya di tendang lagi berkali-kali. Kepala dipukul dengan potongan besi beton hingga berdarah. Sambil diseret, beberapa tentara terus mengencarkan serangan kearah dada dan wajahnya. Ia terkapar lagi, kepalanya kembali di pukul dengan potongan besi. Ditendang lagi berkali-kali di bagian wajah. Dalam keadaan lemas, dadanya dinjak lagi ulang-ulang. Darah segar mengalir deras dari mulut, hidung dan kepala. Sesekali ia menjerit kasakitan minta tolong, tapi tak satupun yang berani menolong.

Ibarat kawanan serigala lapar tengah mencabik-cabik mangsa, si gila itu diseret, dipukul, diseret lagi, ditendang dan diinjak wajahnya terus-menerus. Dia diseret lagi sekitar 200 meter melalui jalan aspal kasar dari ujung airport sampai di depan PLN Enarotali dekat pasar. Disitu ia dibiarkan terkapar dalam keadaan sekarat, beberapa menit kemudian ia diangkut dengan mobil patroli ke Polsek Enarotali.

Kejadian serupa kerap terjadi di daerah ini. Pasukan militer yang bertugas di paniai memandang penduduk pribumi sebagai musuh yang harus diperlakukan bak binatang. Daerah Operasi Militer (DOM) sesunggunya belum berakhir di paniai selama riwayat TPN/OPM di paniai belum tamat. Celakanya bila aparat militer indonesia sengaja mengelolah situasi dengan melakukan proses pembiaran terhadap TPN/OPM atau menciptakan TPN/OPM gadungan, maka yang terjadi atas paniai saat ini adalah proses mengkomersialisasikan issue keamanan untuk mencari uang semata yang ujung-ujungnya hanya membuat penduduk pribumi jadi korban. “Berburu uang di paniai”, barangkali ini predikat yang tepat.

Apa yang bisa kita bangahkan dari tentara? Apakah slogan kosong yang berbunyi,“Prajurit adalah Pelindung Rakyat?”, atau propaganda kakuh yang dipajang di jalan-jalan umum yang berbunyi, “Damai Itu Indah?” Damai itu kata kerja aktif tanpa kekerasan bukan pasif seperti otak para tentara itu. Tentara yang baik adalah tentara yang bisa mendengar, melihat, berbicara dan mengerti banyak tentang bahasa rakyat, termasuk bahasa orang gila sekalipun.

Apa jadinya bila tentara yang katanya adalah “Harga Diri Bangsa” dengan sadis menganiaya rakyatnya sendiri, apalagi penganiayaan itu dilakukan terhadap orang gila ? ataukah benar-benar gila para tentara itu ? Entah !

Benarkah penting bendera itu? Tidak ! ia hanya sebuah simbol kosong tanpa nilai bila manusia termasuk  Yulianus sinting di dalamnya tak membuatnya bernilai. Hakikat bendera yang sejati ialah manusia itu sendiri.

Amerika mengerti hal ini hingga rakyatnya diberikan keleluasaan untuk memproduksi dan menjual, penutup payudara wanita (kutang/beha), celana dalam pria dan wanita dan handuk bermotif bendera amerika. Tidak ada masalah bagi amerika sejauh hal itu halal dan menguntungkan untuk kelangsungan hidup rakyat.

Yulianus gila tak punya niat menghina Negara dengan aksi merobek Bendera. Ia hanya ingin mengekspresikan kecintaannya terhadap Negara dan Bangsa Indonesia sebagaimana telah ditanamkan oleh mendiang bapa dulu tapi dengan caranya sendiri yang sangat lain dari biasanya. Patut kita beri apresiasi padanya karena itu merupakan perwujudan dari sikap patriotis dan nasionalime menurut perspektifnya meski terlihat kasar oleh para preman berbaju loreng tolol dan banci itu.

Tak terasa tiga tahun sudah peristiwa tragis yang menimpah si gila itu berlalu. Syukur Yulianus selamat dari maut yang diutus para tentara itu dan masih bisah hidup bersama istri dan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.

Awal tahun 2014, hari jumat minggu ke-2, di tengah malam Yulianus terjaga, ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumahnya sambil berbincang-bincang sendiri. Sesekali ia marah-marah dengan nada lantang, lalu menangis histeris. Tubuhnya gemetar dan berkeringat. Ia sangat gelisah. Tingkah aneh ini berlangsung hingga fajar terbit. Kemudian yulianus membangunkan istri dan anaknya yang masih tertidur pulas. Ia memeluk anak semata wayangnya lalu mencium keningnya dalam-dalam;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun