Mohon tunggu...
Fransiskus Xaverius Magai
Fransiskus Xaverius Magai Mohon Tunggu... -

Aku Rindu Padamu Wahai Diriku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Darah Bisu Pak Guru Gila

19 April 2014   23:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397898641554358498

“Bapa sayang kamu nak, jadilah anak baik yang suka dengar perintah mamamu, sekolah yang rajin biarkelak kamu jadi orang besar”, tuturnya sambil menangis.

Yulianus memeluk istrinya, ia tak dapat menyembunyikan kesedihan yang terpancar di wajah,

“Mama, tolong jaga anak kita baik-baik, kedepan akan banyak tantangan yang datang, namun Tuhan selaluada disisi kalian. Sayang, semua pasti akan baik-baik saja” pintanya sambil dengan linangan air mata.

Kenapa tingkah bapa hari ini begitu aneh? Kenapa? Jangan-jangan...Tidak, tidak. Saya tidak boleh berpikir yang tidak-tidak. Berpikir positif. Narik nafas...Jangan panik. Banyak sekali pertanyaan yang timbul dalam benak sang istri, tapi lidahnya terasa berat untuk bertanya pada suaminya dan memilih untuk tenang menghadapi situasi itu.

Bapa pergi dulu ya?Pamit yulianus. "Sampai jumpa!”

Seperti hendak berpisah untuk selamanya, yulianuspun pergi meninggalkan istri dan anaknya. Ia mengayunkan langkah menuju airport enarotali yang jaranya sekitar 100 meter dari rumahnya di Komplek Kogekotu.


Di airport ia melihat banyak aparat militer sedang bertugas menjaga keamanan. Ada pasukan Paskhas AU, Satgas Tribuana (KOPASSUS), BAIS, pasukan KOTIS AD, pasukan Batalyon 1705 nabire, Brimob dan Polisi KPPP Udara.

Seperti hendak membalas dendam atas kejadian yang menimpahnya 3 tahun silam, spontan ia marah dengan teguran keras;

“Pergi dari sini, kami tidak butuh kalian, justru kehadiran kalian disini yang buat paniai kacau,   pergi...pergi...”, teriaknya ulang-ulang.

Teriakannya yang lancang itu tak ditanggapi oleh aparat dan semua dibiarkan berlalu tanpa reaksi balasan.

Setelah kejadian itu, terhitung beberapa jam kedepan tak ada lagi yang tahu kemana perginya yulianus. Bak ditelan bumi, istri dan sanak-saudara mencari Yulianus kemana-mana di sepanjang Kota Enarotali sampai ke seantero Paniai namun ia tak ditemukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun