Oh Buku,Kau Hadiah Terbaikku
Oleh Wydiesti   Â
     Yanti duduk termenung sambil memandangi buku-buku yang menumpuk di hadapannya.Buku itu adalah karyanya. Sudah beberapa hari,bukunya tidak ada yang order.Ia bingung mau di kemanakan buku sebanyak itu.Di sisi lain, dia harus mengembalikan uang yang digunakan  untuk mencetak buku-buku tersebut kepada temannya.Ia benar-benar bingung.
   Sebenarnya bukunya itu isinya bagus karena isinya sangat bermanfaat yakni berisi tentang pengalaman dia sebagai seorang penderita kanker.Dalam buku itu banyak mengandung motivasi diri.Buku itu ia kerjakan selama satu  bulan.Sayang,suaminya tidak mendukung ketika ia membuat buku tersebut. Beberapa kali ia ditegur ketika mulai mengerjakan buku tersebut.
     "Kamu itu sudah tua Bu... mengapa susah-susah menulis buku... buat apa?"ujar
     suaminya ketika  ia mulai menulis
    ."Lebih baik kamu perbaiki diri untuk mengisi masa tua bukan menulis buku... buang
     buang waktu saja,"kata suaminya yang membuat dia agak kendor semangatnya
     dalam membuat buku.
     "O.. iya aku sudah tua mengapa tidak menggunakan masa tuaku dengan
     beribadah,"bisik hatinya setelah ditegur suaminya.
     "Tapi... aku membuat buku ini kan juga bentuk ibadahku,"bantah bisikan hatinya
      yang lain.
     "Tapi kamu harus nurut pada suamimu yang tidak setuju kalau kamu menulis
      buku,"kata bisikan itu muncul kembali.
Pertentangan batin itu muncul di tengah-tengah ia menulis buku.Mau rasanya ia berhenti menulis, tapi ia ingat bahwa ia menulis demi kebaikan hingga akhirnya ia memutuskan untuk terus menulis.
    Kemauan Yanti menulis buku bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Dia membuat buku karena ingin memberi hadiah pada dirinya sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.Buku yang dituliskan merupakan rekaman dirinya ketika kanker menyerangnya.Dia ingin orang yang menderita kanker bisa membacanya dan menjadikannya sebagai semangat dalam menjalani penyakitnya.Niat itulah yang membawa Yanti bersikeras untuk menyelesaikan buku itu hingga akhirnya bukunya bisa terbit.Yanti merasakan kepuasan tersendiri karena menyelesaikan bukunya dan bisa diterbitkan.
    Tapi kini,dia menghadapi masalah bagaimana ia harus menjual buku tersebut.Dia belum berpengalaman dalam menjual buku.Ia berusaha menawarkan kepada teman-temannya tetapi tidak ada yang berminat.Hingga akhirnya,dia mendapat pesanan bukunya dari saudaranya yang berada di Jakarta.Saudaranya itu juga penderita kanker.Ia tertarik membeli buku Yanti karena isinya tentang kanker.
    "Alhamdulillah ada juga yang membeli bukuku walau hanya satu,"ucap Yanti  ketika
    membaca SMS dari saudaranya yang isinya mau membeli bukunya.
Di sisi lain, dia masih bingung karena bukunya masih banyak yang belum terjual sedang ia punya tanggungan utang kepada temannya.Dia kadang merasa bersalah mengapa tidak menuruti kemauan suaminya yang melarangnya untuk menulis.
    "Mengapa aku dulu tidak mengikuti anjuran untuk berhenti menulis... coba kalau aku
     tidak menulis buku, kan tidak terjadi seperti ini,"kata hatinya yang seakan-akan ia
    menyalahkan dirinya.
    "Jangan seperti itu Yanti... dirimu sudah punya niat yang baik ... insyaallah akhirnya
     juga baik kok,"kata hatinya yang lain.
    "Tapi kenyataannya kamu malah dapat masalah seperti ini,"bantah kata hatinya.
Yanti mengalami pertentangan batin yang sangat kuat.Akhirnya ia memutuskan untuk berusaha dan berdoa agar bukunya laris terjual.Dia berusaha menghubungi semua rekan-rekanya yang ia kenal baik lewat warshap maupun facebook .Setiap kali bertemu dengan  orang yang kira-kira mau membeli bukunya,ia menawarkannya.Banyak sekali tanggapan dari orang yan ia temui ketika memasarkan bukunya.
    "Buku itu isinya apa?"Pertanyaan yang selalu muncul ketika ia menawarkan buku
    tersebut.
    Ada juga yang berkomentar,"Wah... sebenarnya aku pengin juga membelitapi... aku
    tidak punya uang."
 Puluhan orang menolak untuk membeli buku Yanti.Hingga akhirnya,Yanti merasa bukunya tidak akan laku sehingga ia berniat untuk memberikan bukunya dengan cuma-cuma kepada orang yang membutuhkan.
    "Mengapa aku tidak berpikir kalau buku tidak terjual maka aku bisa memberikan
    dengan cuma-cuma,"bisik hatinya.
    "Tapi Yanti... utangmu bagaimana? Siapa yang membayarnya... kamu sendiri tidak
    punya banyak uang... dari mana kamu mendapatkan uang kalau tidak menjual buku
    itu,"bisik hati yang lain.
Ketika dia sedang terjadi pertentangan pada dirinya tentang bukunya,hpnya berdering.
Kemudian ia angkat hpnya yang ternyata saudaranya yang dulu membeli bukunya.
    "Yan,aku sudah membaca bukumu... tenyata bagus dan memotivasi sekali,"kata
    saudaranya itu.Yanti pun menjawab,"Alhamdulillah."
    Saudaranya meneruskan perkataan ,"Begini Yan... tadi aku bertemu dengan seorang
     pengusaha kaya yang istrinya sedang menderita kanker...katanya dia mau pesan
     bukumu dan aku berikan nomor hpmu."
     Yanti pun menjawab dengan gembira,"Alhamdulillah... terima kasih banyak ya Mbak
     telah membantu memasarkan."
     "Ya sudah kalau begitu... lain kali kalau ada infomasi tentang pemesanan bukumu
     akan aku hubungi kembali... assalamualaikum,"saudaranya mengakhiri percakapan
     lewat hpnya itu.
     "Waalaikumsalam,"jawab Yanti.
Yanti merasa sedikit lega mendengar informasi dari saudaranya itu. Kini dia bersemangat kembali untuk menjual bukunya.Keyakinannya muncul kalau bukunya bisa terjual banyak.
Namun,harapan tetap harapan yang hanya dalam impian karena beberapa hari berlalu bukunya tidak ada yang memesan.Ketika Yanti dalam keadaan bingung,hpnya berdering dari nomor yang tidak ada namanya. Dia berharap ada yang pesan dari orang yang menelpon dirinya itu.Sangkaannya ternyata benar, orang yang menelponya adalah orang yang dikatakan saudaranya yang akan memesan bukunya.
     "Assalamualaikum... apakah ini nomor mbak Yanti yang menulis buku tentang
     kanker?"tanya penelpon itu.
     "Benar... ada apa ya?"jawab Yanti penasaran.
     "Begini mbak perkenalkan nama saya Pak Anto.Saya mau pesan satu buku yang
      mbak buat,"ujar penelpon tersebut yang bernama Anto.
Mendengar jawaban pak Anto,Yanti merasa gembira karena bukunya ada yang memesan.
     "Iya Bapak ... dengan senang hati nanti saya kirim,"jawab Yanti dengan gembira.Beberapa hari kemudian buku sudah sampai ke tangan pak Anto.Buku itu ia berikan kepada istrinya yang sedang menderita kanker yang saat itu sudah tidak semangat lagi dalam hidupnya.Ketika menerima buku yang diberikan oleh suaminya,ia hanya memandanginya kemudian membolakbalikkan halaman demi halaman.Ia baca secara sekilas tapi lama kelamaan ia tertarik untuk membaca secara teliti dan seluruhnya.Setelah membaca seluruh isi buku,istri Anto mulai merasa ada kekuatan yang luar biasa yang ada pada dirinya sehingga dia mendapatkan semangat hidup yang baru.Perubahan istri Anto terlihat dari raut mukanya yang kembali segar dan penuh optimisme.Anto melihat perubahan pada istrinya hanya bisa mengucap syukur.
     "Alhamdulillah... istriku sudah pulih semangat hidupnya...."Anto pun mendekati
     Istrinya.
     "Istriku kau tampak gembira... apa yang bisa membuatmu seperti ini,"tanya Anto
     penuh ingin tahu.
     "Buku ini Mas yang membuat semangat hidupku jadi kembali... Isi buku ini sangat
     bagus menyadarkan kembali diriku yang selama ini terkungkung dalam
      keputusasaan terhadap penyakit yang kuderita... buku ini benar-benar membawaku
      ke dalam kesadaran hidupku,"ungkap istri Anto dengan sungguh-sungguh.
Tak terasa,air matanya menetes karena merasa menemukan sesuatu yang hilang pada dirinya selama ini.
    "Kalau begitu... sebagai tanda syukur, kita berkunjung ke mbak Yanti,penulis buku ini
    ya Bu,"sahut Anto dengan rasa gembira.
    "Iya mas...,jawab istri Anto.
    Yanti masih dalam keadaan bingung karena bukunya hanya terjual dua buah sedang ia harus mengembalikan utang pada temannya.Suaminya terus menyalahkan dirinya karena tidak mengikuti saran yang diberikan kepadanya untuk tidak menulis buku.
    "Assalamualaikum,"terdengar suara di luar pintu rumah.Yanti bergegas melangkah
    keluar dari kamar.
    "Waalaikumsalam,"Pintu ruang rumah dibukanya dan tampak dua orang yakni laki-laki
    dan perempuan yang sudah berada di hadapan Yanti
   ."Maaf...  apa ini benar rumah mbak Yanti yang menulis buku tentang kanker?"tanya
    Anto sebelum masuk dipersilakan masuk oleh Yanti.
    "Iya benar... saya sendiri... ada apa ya?"O iya silakan masuk dan duduk dulu... :Yanti mempersilakan Anto beserta istrinya.
Anto pun mulai bercerita tentang buku yang dipesannya dari Yanti dan kemudian dibaca istrinya yang menderita kanker.
    "Setelah membaca buku ini, istriku kembali pada semangat hidupnya... untuk itu
    sebagai ucapan terima kasih kami akan memborong semua buku yang mbak cetak
    dan akan kami bagikan kepada orang-orang yang bernasib sama dengan istri
    saya...."
Mendengar perkataan Anto,Yanti tidak percaya kalau hari itu bukunya akan diborong.
    "Ini benar Pak... saya tidak percaya dengan semua ini...."Yanti mengucap dengan
     terbata-bata dan kelihatan air matanya menetes tanpa bisa dikenadalikan.
     "Iya Mbak ini benar... dan sebagai hadiah semua ini kami memberikan sesuatu pada
      mbak Yanti dan suami mbak yakni umroh ke Tanah Suci".
Yanti benar-benar tidak percaya tentang apa yang didengarnya.Dia seperti sedang bermimpi.Setelah menyadari bahwa yang didengarnya adalah kenyataan,dengan gerak reflek dia bersujud dan mengucap syukur.
    "Alhamdulillah... Kau Maha mendengar Ya Allah Semua ini adalah kehendak-Mu..
   . apapun bisa terjadi... "ungkap Yanti dengan menadahkan kedua tangannya dan
    terharu.
Yanti  buru-buru meninggalkan Anto untuk menemui suaminya dan kemudian ia ceritakan semua yang dengarnya dari Anto.Suaminya kaget mendengar cerita dan tidak percaya atas cerita Yanti.
    "Ini benar ,Bu?"tanya suami Yanti tidak percaya.
    "Benar Mas,"jawab Yanti dengan mantap.
   "Kalau semuanya benar bu...Alhamdulillah ini rezeki kita Bu yang tidak kita
    sangka....."ujar suami Yanti
   "Aku minta maaf ya Bu karena dulu pernah menghalangimu untuk menulis buku
    ini,"ungkap Suami Yanti sambil memeluk.
   "Iya mas,semua sudah saya maafkan dan saya juga minta maaf kalau selama saya
    menulis buku,pelayanan saya pada mas berkurang..."sambung Yanti sambal
    mengusap air matanya.
   Yanti dan suaminya kemudian masuk ke ruang tamu kemudian mereka mengucapkan terima kasih kepada Anto yang telah memberikan hadiah umroh kepada keduanya.Setelah dirasa cukup,Anto pun pamit untuk pulang ke Jakarta dengan membawa semua buku Yanti.
Yanti mengantarkan Anto dan istrinya sampai di depan mobil yang ditumpangi Anto.
Ia merasakan bukunya benar-benar hadiah terbaik selama hidupnya.