"Tapi... aku membuat buku ini kan juga bentuk ibadahku,"bantah bisikan hatinya
      yang lain.
     "Tapi kamu harus nurut pada suamimu yang tidak setuju kalau kamu menulis
      buku,"kata bisikan itu muncul kembali.
Pertentangan batin itu muncul di tengah-tengah ia menulis buku.Mau rasanya ia berhenti menulis, tapi ia ingat bahwa ia menulis demi kebaikan hingga akhirnya ia memutuskan untuk terus menulis.
    Kemauan Yanti menulis buku bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Dia membuat buku karena ingin memberi hadiah pada dirinya sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.Buku yang dituliskan merupakan rekaman dirinya ketika kanker menyerangnya.Dia ingin orang yang menderita kanker bisa membacanya dan menjadikannya sebagai semangat dalam menjalani penyakitnya.Niat itulah yang membawa Yanti bersikeras untuk menyelesaikan buku itu hingga akhirnya bukunya bisa terbit.Yanti merasakan kepuasan tersendiri karena menyelesaikan bukunya dan bisa diterbitkan.
    Tapi kini,dia menghadapi masalah bagaimana ia harus menjual buku tersebut.Dia belum berpengalaman dalam menjual buku.Ia berusaha menawarkan kepada teman-temannya tetapi tidak ada yang berminat.Hingga akhirnya,dia mendapat pesanan bukunya dari saudaranya yang berada di Jakarta.Saudaranya itu juga penderita kanker.Ia tertarik membeli buku Yanti karena isinya tentang kanker.
    "Alhamdulillah ada juga yang membeli bukuku walau hanya satu,"ucap Yanti  ketika
    membaca SMS dari saudaranya yang isinya mau membeli bukunya.
Di sisi lain, dia masih bingung karena bukunya masih banyak yang belum terjual sedang ia punya tanggungan utang kepada temannya.Dia kadang merasa bersalah mengapa tidak menuruti kemauan suaminya yang melarangnya untuk menulis.
    "Mengapa aku dulu tidak mengikuti anjuran untuk berhenti menulis... coba kalau aku