[caption id="attachment_252718" align="aligncenter" width="307" caption="Permata dan manik-manik ditemukan dari Lereng awu"][/caption]
Setelah menempuh perjalanan lebih dari 200 kilometer, akhirnya sampai juga di Karang anyar. Itupun setelah menyempatkan sarapan pecel di Sarangan Magetan, dilanjutkan menembus kabut di kawasan Gunung Lawu dan menikmati pagi di kawasan Cemoro Lawang dan Puncak Pass Cemoro Kandang. Turun dari Puncak Pass, tiba di Tawangmangu terus meluncur tiba di Karanganyar.. Tujuan kali ini adalah Candi Sukuh.
Setelah bertanya, diberi petunjuk sesorang, untuk ke Candi Sukuh ikuti jalan, setelah Terminal Karang Pandan Karanganyar, belok kanan. Ada papan petunjuk, diikuti saja. Jalurnya ke Sukuh cuma satu. Sempat berputar-putar, karena warga kampung menarik portal untuk setiap kendaraan yang lewat dengan mencegat kendaraan dan melewatkan setiap kendaraan memutari kampungnya. Akhirnya lolos juga dan sampai di sebuah pertigaan (Kemuning). Jika lurus ke Candi Cetho. Ambil arah kanan, menyusuri jalan aspal menanjak, curam. Jalan ini menuju sebuah puncak bukit. Kemiringan lebih dari 70 derajat. Disarankan kalau ke Sukuh kendaraan harus sehat. Fit betul, biar gak ngambek di tengah jalan.
[caption id="attachment_252717" align="aligncenter" width="500" caption="Kompleks Candi Sukuh (dok pribadi)"]

Akhirnya tiba di puncak bukit. Nampak kompleks Candi Sukuh begitu mempesona. Pemandangan alam sekitar luar biasa elok. Udara sejuk. Terletak pada ketinggian kurang lebih 1,185 m dari permukaan laut. Di arah Barat terhampar kota-kota di Jawa Tengah. Di Timur hutan lebat Gunung Lawu nampak indah. Tak sabar melangkah, setelah membayar tiket kami pun mulai menyusuri satu per satu situs peninggalan masa akhir Majapahit ini. Secara administratif, kompleks ini terletak di Dusun Berjo, Kelurahan Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. 20 kilometer dari pusat kota Karanganyar dan sekitar 36 kilometer dari Surakarta.
[caption id="attachment_252720" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Induk di Sukuh di kejauhan (dok pribadi)"]

Candi Sukuh, pertama kali dilaporkan Johnson, Residen Surakarta, saat Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Nusantara, sekitar tahun 1815. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Van der Vlis, arkeolog Belanda sekitar tahun 1842. Dari struktur dan artefak yang ada , Candi Sukuh termasuk Candi Hindu. Banyak Lingga dan Yoni ditemukan di sekitar candi..
Teras Pertama
Bangunan pertama, yang merupakan gerbang masuk menuju kompleks Candi Sukuh saat ini cukup terawat. Terbuat dari batu andesit. Bentuknya mirip trapesium beratap. Pengunjung tidak diijinkan melewati bagian dalam gapura karena di dalamnya ada simbol kekunoaan yang harus dilindungi karena dikuatirkan rusak jika terus diinjak-injak.
Di gapura utama ini terdapat sengkala berbahasa Jawa. Bunyinya ”Gapura Buta Abara Wong”. Artinya ”Gapura Sang Raksasa Memangsa Manusia” Jika diterjemahkan menjadi angka tahun 1359 Saka atau 1437 Masehi.
[caption id="attachment_252721" align="aligncenter" width="300" caption="Ornamen di Gapura Pertama Sukuh (dok pribadi)"]


Selepas menelisik Gapura Pertama, kami menyusuri Gapura Kedua (Teras Kedua). Kondisinya agak rusak. Beberapa bagian runtuh. Tiba di pelataran, kami disambut sang juru pelihara. Setelah bertanya ini itu, kami dapat informasi penting dan mengejutkan. Beberapa waktu lalu ditemukan peripih berisi Permata di kawasan ini.
Surprised, karena jarang ada penemuan seperti itu di sebuah candi. Kami pun menggali informasi lebih dalam. Ternyata, penemuan itu sudah agak lama. Dan semua barang temuan dibawa oleh Dinas Purbakala Jawa Tengah (semacam BP3, sekarang BPCB) untuk diteliti lebih lanjut. Akhirnya kami pun asyik membicarakan tentang sisi lain dari Candi Sukuh yang sangat menarik.
[caption id="attachment_252723" align="aligncenter" width="500" caption="Di sekitar sinilah ditemukan peripih dengan isi Batu permata (dok pribadi)"]

Tapi dalam hati, saya akan mencari informasi lebih lanjut tentang kebenaran penemuan Batu Permata ini. Seperti apa kiranya permata peninggalan abad ke-15 yang ada di lereng Barat Gunung Lawu ini. Maka, sepulang dari Sukuh, saya pun googling dan ... wow.. keren. Memang benar telah ditemukan beberapa Batu Permata, Lingga Kaca dan beberapa barang kuno lainnya, di Pangruwat Utara Candi Sukuh. Lengkapnya ada disini: purbakalajawatengah
Sungguh menakjubkan dan wajib disyukuri, karena peninggalan berharga itu tidak sempat terbawa peneliti Belanda atau Eropa lainnya. Mungkin karena tempatnya yng tersembunyi. Karena sudah bukan rahasia lagi, banyak kekayaan purbakala kita yang sudah terbawa ke luar negeri dan menjadi milik kolektor. Entah yang berujud arca batu, guci antik, arca emas dan sebagainya. Arca Gayatri Rajaptmi saja yang paling jelita diantara sekian banyak arca, aslinya di Leiden Belanda, Indonesia pemilik asli hanya diberi replikanya. Nasib bangsa yang pernah terjajah!
Sementara Candi Sukuh sendiri masih menyisakan banyak misteri. Kekunoan lereng Gunung Lawu ini menyajikan peninggalan purbakala yang tidak seperti biasanya. Untuk itu akan dituntaskan dalam artikel: Tidak Usah ke Mexico, ada Chichen Itza nan erotis di Lereng Lawu
Artikel selanjutnya:
Tidak Usah ke Mexico, ada Chichen Itza nan erotis di Lereng Lawu
[caption id="attachment_252726" align="aligncenter" width="500" caption="View kompleks Candi Sukuh dari puncak candi induk (dok pribadi)"]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI