Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Takdir Politik Kaum Sarungan

18 November 2019   12:55 Diperbarui: 18 November 2019   13:12 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

NU itu ibarat kaum Ansor. Berjuang habis-habisan, darah dan nyawa dipertaruhkan. Ketika sudah  menang dan aman, selalu tidak mendapat bagian. Kaum Ansor jaman Rasulullah SAW telah berjuang habis-habisan, tetapi justru urusan harta dan jabatan, bahnyak diberikan kaum Muhajirin. Sementara urusan pembagian ghonimah diberikan kepada orang-orang yang baru memeluk islam. Kaum Anasor kecewa. Tetapi, Rasulullah SAW ingin menjaga pribadi kaum Ansor yang suka berjuang, membantu dan menolong.

Kalau sampai, kaum Ansor mendapat jatah jabatan, pembagian ghonimah, bisa jadi lupa kepada Allah. Begitu juga dengan NU. Sebagian dari mereka mendapat bagian jabatan. Kecewa, dan kecewa, itu sudah sering terjadi. Tetapi itulah takdir politik NU. NU didirikan untuk bangkit dan membangkitkan.

Dari situlah kemuliaan NU. Wajar, jika NU mendunia, karena darah suhadak yang mengalir di bumi Nusantara menjadikan arwah para suhadak tetap hidup dan memantau para pejuang di muka bumi ini. KH Hasyim, Kyai Wahid, Kyai Asaad, Kyai Sidiq, Kyai Kholil, Kyai Safaat, Kyai Hamid, Kyai Sahal, Gus Dur. Mereka telah wafat, tetapi mereka tetap memantau warga NU yang masih hidup.

Ada yang berkata "sebagian politisi ada yang kaualat NU". Ada juga yang kualat karena menyakiti NU, atau mengkhianati perjuangan ulama NU. Sehingga muncul asumsi, tokoh-tokoh NU yang kena KPK itu karena kualat Gus Dur, seperti saja Imam Nahrowi. Bisa jadi, sejumlah tokoh akan mengikuti takdir Imam Nahrowi. Boleh percaya, boleh juga tidak.

Sementara yang konsisten dengan nilai-nilai NU, seperti Khafifah, Mahfud MD, juga akan mendapatkan kebaikan, walaupun berkali-kali jatuh bagun dalam politik. Wal hasil, politisi, agamawan, tokoh, ilmuwan, tetap memuliakan NU, dan memuliakan ulama-ulama NU yang selama ini ihlas menjaga Aswaja dan NKRI.

Tokoh NU selalu bermunculan sesuai dengan tantangan jaman. Gus Dur bisa menjadi presiden, bukan karena banyak uang. Gus Dur pernah mengatakan " saya menjadi Presiden modal dengkul, itupun dengkul-nya Amin Rais". KH Ma'ruf Amin menjadi wakil Presiden juga muncul karena kondisi pertentangan antara kelompok ekstrim kiri dan kanan bertentangan, akhirnya Tuhan mengirimkan KH Ma'ruf Amin menjadi wakil Presiden RI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun