Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Takdir Politik Kaum Sarungan

18 November 2019   12:55 Diperbarui: 18 November 2019   13:12 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belanda, Jepang, PKI, DII, TII, NII, Permesta, merupakan kelompok yang ingin merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siapa-pun orangnya, apa-pun organisasinya, jika ingin merusak negara dan menganggu dasar negara, sama dengan merusak rumah teduh yang bernama Indonesia.

Sangat tepat, jika HT (Hizbu Tahrir) dibubarkan, karena mereka mengatakan "Pancasila itu berhala Thogut, Demokrasi itu kufur, dan hormat terhadap bendera merah putih itu syirik". Mereka telah merusak dan menciptakan kegaduhan di dalam negara Indonesia, karena ingin merubah negara Indonesia dengan sistem Khilafah Islamiyah versi Hizbu Tahrir yang gagal ditempat kelahirannya.

NU, Politik, Cendekiawan, Penjaga Aswaja dan Negara

Jaman penjajahan Jepang dan Belanda, NU terdepan melawan. Ketika era pemberontakan DII, TII, NII, Permesta dan PKI, NU terdepan melawan. Ribuan nyawa, harta benda dipertaruhkan demi menjaga NKRI. Ketika kaum Wahabi ingin mengusur makam Rasulullah SAW, secara khusus memprotes dan mengirimkan delegasi khusus kepada Raja Arab Saudi. NU, selalu hadir menjaga rumah teduh yang bernama NKRI.

Ketika sudah merdeka, Soekarno menyudutkan NU. Soerharto selama 32 tahun memusuhi Jamiyah Nahdhtul Ulama. Berkali-kali, Pemerintahan Soeharto membonsai Jamiyah yang didirikan ualam dan habaib dan kekasih Allah ini, namun eksistensi NU tetap kuat hingga sekarang.

KH Abdurahman Wahid salah satu tokoh yang hebat di dalam memegang prinsip. Jika Gus Dur mau berbaik dengan Soeharto. Cukup meng-iyakan, atau diam tidak mengkritik. Maka bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Tetapi, Gus Dur istikomah mengkritik habis-habisan Soeharto. Ketika Soeharto dalam kondisi terpojok, justru Gus Dur mendekati dan bersahabat dengan Presiden Soherato.

Ketika Hizbu Tahir ingin merubah Pancasila dengan Khilafah, NU mati-matian berjuang sendirian. Wal hasil, secara administrasi dibubarkan. Namun, NU tetap menilai bahwa orang-orang HT bisa berinteraksi dengan nyaman di bumi Nusantara.

Warga NU jumlahnya banyak, dan modelnya juga beragam. Yang suka politik, sebagian besar masuk di PPP, PKB, PDI, Nasdem, Demokrat. Mbah Maemun Zubair pernah mengatakan "janganlah kalian masuk pada satu pintu, tetapi masuklah dari berbagai pintu yang berbeda-beda". Sebagian dari mereka menjadi Gubernur, atau wakilnya seperti Khafifah, Emil Dardak, Gus Yasin, Ridwan Kamil, Abdullah Azwar Anas. Ada juga yang menjadi Dubes diberbagai negara. 

Sebagian lagi eksis dalam dunia pendidikan pesantren, maka lahirnya ulama-ulama hebat yang menguasai ilmu Alquran, Tafsis, hadis dan tawasuf, seperti; Gus Bahauddin, Gus Ghofur, Gus Idror, Gus Muwafiq. Juga lahir tokoh yang konsentrasi dalam dakwah dunia malam, seperti Gus Miftah. Mereka tetap eksis dan konsisten dengan kajian ilmu agama. Walaupun keilmuan mereka sangat tinggi, tetapi mereka tetap takdim kepada guru-guru dan Kyainya.

Banyak juga yang eksis dalam menjaga perdamaian, sebut saja Yenny Wahid bersama Wahid Institute. Sebagian besar dari mereka berkelompok dengan komunitas Gusdurian. Sebut saja, Prof Dr. Sumanto Al-Qurtubi, Prof. Dr. Nadirsah Husain, Dr. Ulil Absar Abdalla. Mereka tokoh-tokoh penting dari kalangan NU.

Menjadi apa-pun, gawawis (kelompok gus-gus), mereka tetap menjaga marwah NU, memuliakan Kyai dan Durriyah Rasulullah SAW (habaib), tetap cinta mati kepada NU. Dan menjadikan KH Hasyim Asaary sebagai teladan sejati dalam urusan ilmu agama, organisasi hingga urusan menjaga NKRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun