Ketika iparku ingin ikut pasang wifi, ternyata ada biaya ini itu yang harus dibayar di awal. Tidak seperti kami atau pelanggan sebelum wabah yang bebas biaya pasang. Selain itu, kulihat sekarang wifi kami hampir tak pernah gangguan. Tarifnya juga lebih murah, entah paket apa yang dipilih suami. Soal kecepatan, sama seperti sebelumnya!
Melihat semua itu, tahulah aku mengapa sabar itu dikatakan berat tapi manis buahnya. Coba kalau dulu suami menunggu kuota kami habis, tentu nasib kami sama dengan abangku atau orang lain yang baru merasa sangat butuh lalu ikut pasang wifi.
Di rumahku, ada tiga orang yang butuh internet untuk kegiatan sehari-hari. Pekerjaan dan sekolah. Kalau dulu tak segera pasang, tentu sudah mengeluarkan biaya yang lebih banyak daripada tarif langganan wifi per bulan.
Biarpun remeh, tapi ini bagian dari hikmah kehidupan. Yang sederhana saja ada pelajarannya, apalagi masalah yang lebih besar. Pandemi ini misalnya, pasti ada hikmah besar yang sedang diajarkan Allah pada kita.