Malampun ngeras dipelukanÂ
sebentuk mawar seperti badai, bayang-bayang menari menggerayangi bulan sabit
mempertegas cemas-nafas lelaki yang beku terrantai waktu
sepasang mata terbata-bata mengeja duka, serta jemari yang menari kian gemetar memeras rindu, memahati ketujuh matahari lapuk
sekuntum mawar masih memelas, pulas
mendengkur.
tetes-tetes sepi tak kunjung netas oleh purnama.
Masih mendekam. Â selip diantara dua bibir yang diam. dan yang bungkam.
Malam lebaran. '04
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!