Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah 5 Kompasianer Bertemu Dalam Dunia Nyata

13 Agustus 2016   18:10 Diperbarui: 14 Agustus 2016   14:17 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para kompasianer itu biasanya ketemu jika ada acara Nangkring saja.  Sayangnya, jika acara Nangkring itu jumlah kompasianer yang hadir itu cukup banyak. Biasanya pesertanya paling sedikit 30 – 50 orang.  Dengan jumlah yang banyak itu , satu sama lain tak begitu dekat karena selain jumlah ada faktor waktu yang sangat singkat untuk berdiskusi atau ngobrol. Katakan waktu datang , langsung registrasi , langsung ke acara. Selesai acara, semuanya sudah bubar pulang ke rumah masing-masing.

Tetapi ada kesempatan istimewa yang jarang ditemukan bagi kami berlima sebagai kompasianer. Terus terang kami  tidak saling mengenal satu sama lain dan kami merasa belum ada informasi  jumlah kompasianer yang ditugaskan untuk meliput acara konperensi persi  “Jazz Gunung Bromo” .   Kami hanya ditelpon oleh admin kompasiana pada hari Selasa sore untuk mengkonfirmasi apakah kami bersedia untuk meliput  acara itu pada hari Kamis, tanggal 11 Agustu.

Setelah mengkonfirmasi secara verbal  barulah konfirmasi dari Kompasiana secara email dikirimkan . Acara dan program apa saja yang harus kami liput dan tempatnya pun ditentukan.

Tanggal 11 Agustus sesuai jadwal l/2 jam sebelum registerasi  12.30 , kami  sudah tiba  di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia  West Mall Lantai 8.    Saya sendiri bingung kok kelihatannya sepi amat.  Hanya ada 1 orang Mbak dan 2 orang pemuda yang sedang nongkrong di suatu tempat untuk duduk depan Galleri Indonesia Kaya

Dengan rasa percaya diri, saya dekati mereka dan bertanya apakah mereka itu dari Kompasiana.  Dijawab “Ya”, rasanya “plong”, ada teman dech .    Kami ngga boleh masuk ke Galeri karena belum waktunya masuk. Hanya registrasi saja .

Nach sambil nunggu di luar itu kami berbincang-bincang banyak. Pengalaman kami menjadi penulis dari Kompasiana, apa yang disukai dengan Kompasiana.  Wah perbincangannya makin serus dan satu sama lain memberikan komentar yang kami ngga pernah sangka sama sekali.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 , kami diperbolehkan masuk ke dalam Galeri. Wow, galerinya itu memang serba mutakhir teknologinya.  Foto-foto dari penyambut tamu  yang mengenakan pakaian daerah itu menyambut kami dengan suara yang berasal dari rekaman, “Selamat Datang”.    Jadi ketika kami menginjak karpet, maka suara itu terdengar, hebat banget yach...Saya pun terkagum-kagum.

Ruangan Galeri memang tidak begitu besar, mungkin hanya muat sekitar 100 orang.   Dibuat seperti orang menonton bioskop dengan kursi panjang tanpa senderan.   Tapi suasananya sangat “cosy”  tiga layar lebar terbentang sangat besar dan tayangan dari  “Jazz Gunung Bromo” yang fantastik melalui video.

Tiba-tiba, ketika sedang menunggu  acara , muncul seorang pemuda mendekati kami.   Pemuda ini ternyata seorang Kompasianer dari Kupang, bernama   Arnold Adoe.    Duduk dipisah jadi dua, saya dan Arum.  The boys  duduk bertiga.  Mereka  adalah Tauhid Patria,Arnold  Adoe dan satu lagi (kenapa saya lupa bertanya namanya).     Kami menunggu lama sekali acara dimulai. Entah apa yang ditunggu.   Cukup lama mundurnya  yang semula dijadwalkan dari jam 13  menjadi jam 14.30 baru dimulai.  Ditengah kekesalan karena “molornya acara”,  admin dari pendaftaran datang kepada kami, “Nanti jangan pulang dulu yach, kita makan bersama!”.   Wah, rezeki nomplok, maklum di dalam galeri tidak boleh makan dan minum, dan jam makan siang sudah  lewat .

Disuguhi dengan video dari kekayaan alam Indonesia dan kekayaan budaya Indonesia.  Rasanya sangat bangga sekali .  Video yang menampilkan keindahan  itu membuat rasa nasionalisme pun bangkit.  Lalu diikuti dengan nyanyi Indonesia Raya, sambil berdiri.

Nach selama mendengarkan Konperensi Pers, kami sibuk mendengarkan para nara sumber berbicara dan sesekali kamera pun tak luput menjepret ke sana kemari.  Dari semua  nara sumber, kami sangat senang sekali karena mereka sangat aktif sekali menjawab pertanyaan dari MC.

Selesai konperensi pers, kami  ke luar dari Galeri,  voucher yang dibagikan ditukar dengan minuman,makanan kecil .

Kita kumpul di depan Galeri sambil nunggu  Arnold Adoe yang belum muncul juga.  Padahal Mbak Admin sudah mengajak kami untuk ke restoran.  Ditunggu-tunggu kok ngga muncul juga, akhirnya Mbak Arum terpaksa mencari di dalam.    Wah Arnold sedang sibuk dengan bertanya-tanya kepada  nara sumber.

Lalu kami bersama-sama ke Resto .   Resto yang tempatnya ngga terlalu jauh dari Galeri.  O, ternyata di sana juga sudah ada beberapa rekan dari BCA (yang traktir kami ) dan kami berlima  dipesankan makanan. Sambil menunggu makanan datang, Arnold dari Kupang itu bercerita banyak sekali tentang keindahan Kupang, Flores, Sumba, Lamara,Kelimutu, Desa Wae Rebo, Dea Bena, Taman Nasional Komodo.   Mendengar ocehan Arnold saya sudah membayangkan alam yang indah yang diceritakannya. Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain cukup jauh, tapi  pasti puas dech , katanya.   Arnold juga cerita bagaimana dia bertemu dengan Mas Isjet ketika bersama Bapak Presiden Jokowi datang ke Kupang. Arnold pun ikut meliput walaupun dia tak diundang.  Memang ini kehebatan Kompasianer yach, bisa datang sebagai insan pers.

Selesai makan kenyang, kami pun ber “wefie” untuk kenangan kami berlima.   Rasanya puas sekali kami bisa bertemu dengan Kompasianer bukan hanya di dunia maya tapi dunia nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun