Satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa hidup kita pemberian Allah melalui orangtua kita. Apalah arti kita tanpa kehadiran kedua orangtua kita. Tidak ada alasan apapun untuk meninggalkan orangtua kita demi memilih hal yang lain. Sejatinya ini adalah cerita singkat tentang perjalanan saya ketika pulang ke Tulungagung beberapa waktu yang lalu. Kurang lebih 16 jam perjalanan harus saya tempuh menuju rumah tercinta. Tentu saja 16 jam bukan waktu yang singkat untuk melakukan sebuah perjalanan.
Singkat cerita, ketika hendak transit untuk makan malam, saya mengantri untuk turun dari bis. Saya melihat ada nenek tua yang hendak menuruni bis. Jalannya begitu pelan, ringkih. Kebetulan saya berdiri di urutan ketiga dari posisi nenek itu berdiri. Jadi saya melihat langsung bagaimana proses nenek tersebut menuruni tangga. Di depan saya ada remaja mengeluhkan lamanya antrian untuk menuruni bis. Terdengar beberapa kata yang kurang sopan untuk didengar.Â
Saya diam, hanya bisa menghela nafas panjang dan istighfar. Lalu tiba-tiba saya membayangkan bagaimana jika kelak saya 'menjadi' tua, bagaimana jika saya nanti ringkih seperti itu, bagaimana jika tiba-tiba waktu terhenti di saat jiwa dan raga belum sepenuhnya mendapatkan ridho-Nya.
Sederhana, namun jika kita bisa merenunginya lebih dalam, kita akan sadar, bahwa menghormati 'orangtua' dalam hal sekecil apapun merupakan sebuah keharusan. Jangan menghina orangtua, kelak kita pasti akan menjadi tua, kecuali jika Tuhan lebih menyayangi kita untuk kembali pada-Nya dalam usia muda. Sungguh, tiada yang abadi di dunia ini. Wallahu a'lam bisshowab.
#Catatan Hati Haniffa Iffa
#Tangerang Selatan, 25 April 2018