Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menjadi Orangtua Bijak bagi Remaja

22 Maret 2024   11:54 Diperbarui: 22 Maret 2024   12:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

MENJADI  ORANGTUA  BIJAK  BAGI  REMAJA

Banyaknya kasus-kasus yang menimpa kalangan remaja menunjukkan bahwa permasalan remaja dewasa ini makin runyam. Pelajaran ini menjadi bukti bahwa  peran orangtua bagi remaja masa kini dirasakan lebih sulit daripada beberapa puluh tahun lalu. Perubahan-perubahan sosiologis, teknologi, dan tekanan ekonomi  membawa dampak perubahan besar pula dalam hubungan anak remaja dengan orang tua. 

Perubahan itu membuat orang tua sulit menentukan cara mengasuh yang cocok untuk  remaja sekarang. Cara mengasuh yang bijak 10 tahun lalu belum tentu bijak bagi masa kini. Walau telah banyak perubahan, masih ada juga orangtua yang tidak menyadari dan tidak ada kemampuan untuk mengatasi. Mereka masih menggunakan cara-cara lama ketika berhadapan dengan remaja. Jikapun menyadari, caranya sudah tidak cocok lagi. Mereka tidak tahu cara mana yang paling baik. 

Sesungguhnya ada tiga pola pengasuhan dari orang tua terhadap remaja yaitu tipe otoriter, demokratis, dan permisif. Model permisif menyadarkan pada orangtua bahwa remaja adalah "pemberontak", sehingga jalan terbaik mengatasi adalah dengan cara bertahan untuk mengalah, sampai anak meninggalkan masa remaja. Model ini sebagian gagal mengantar remaja ke masa depan yang cerah, karena meninggalkan respek, baik dari orangtua maupun dirinya. Sikap permisif yang ditunjukkan oleh orangtua awalnya memang sangat menyenangkan bagi remaja. Namun, lama-kelamaan remaja berfikiran bahwa orangtua tidak memperdulikan mereka, tidak mengormati mereka sehingga remaja bisa kehilangan terhadap respek dirinya sendiri. 

Pada model otokratik, orangtua merasa dirinya lebih tahu dari anak remajanya. Asumsi orangtua, anak remaja jarang dapat berperilaku benar dan tidak memenuhi harapan orangtua. Dalam kondisi seperti ini respon yang ditunjukkan oleh remaja terhadap orangtuanya marah dan melawan atau sebaliknya patuh yang berlebihan (takut). Pada pilihan pertama, akan terjadi adu kekuatan namun tidak ada yang benar-benar menang, sehingga tidak ada lagi respek, dan hubungan orangtua dengan anak akan saling mencurigai.

Remaja  menjadi patuh kepada orangtuanya dengan harapan mereka terhindar dari ancaman kekerasan. Keadaan ini mendorong remaja  kehilangan kemapanan jati diri, sehingga mereka sangat sulit mengambil keputusan bila dihadapkan pada suatu permasalahan. Sebaliknya, orangtua yang membangun kehidupan keluarga berlandaskan pada nilai-nilai demokratis mendasarkan pikiran bahwa semua anggota keluarga termasuk remaja harus belajar hidup saling menghargai. Suasana kehidupan sebagai manusia yang dihargai dan bermartabat menjadi dasar hubungan yang harmonis antara orangtua dengan anak remajanya. Dari ketiga pola pengasuhan yang dilakukan orangtua pada anak di atas akan sangat mempengaruhi munculnya dorongan pada anak remaja untuk mengembangkan kepercayaan dan harga dirinya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mengaktualisasikan potensi anak remaja :

Pertama. Menumbuhkan kepercayaan diri. Orangtua yang bijaksana selalu memberikan kepercayaan penilaian kepada anak remaja mereka. Mempercayai kemampuan anak dalam menjalankan tanggungjawab dan memberikan mereka kebebasan untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan. Memberikan kepercayaan kepada anak remaja bukan berarti tidak memberikan bimbingan kepada mereka. Orangtua patut membangun kesadaran pada anak remaja bahwa mereka tetap berada pada aturan atau batasan dalam keluarga.

Kedua. Membangun respek diri. Orangtua yang bijaksana sudah sepantasnya tidak membanding-bandingkan anak remaja mereka dengan saudara-saudaranya maupun dengan teman-teman sebayanya, karena hal ini dapat mengganggu tumbuh kembangnya kedewasaan dan hilangnya semangat untuk mengeksploitasi potensi diri. Biarkan anak remaja menemukan dirinya sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Ketiga. Menghargai usaha dan perbaikan. Setiap usaha yang dilakukan oleh anak remaja hendaknya diberikan penilaian yang objektif dari keberhasilan maupun kegagalan yang dilakukan. Keberhasilan maupun kegagalan sesungguhnya merupakan bukti bahwa remaja memiliki keterbatasan potensi yang ada pada dirinya, dan hal ini perlu disampaikan secara bijak kepada anak remaja untuk melihat sesuatu secara realistis, dan menyadarkan kepada mereka bahwa keberhasilan harus dilakukan melalui perencanaan dan proses yang matang.

Keempat. Fokus pada potensi anak remaja. Orangtua yang bijak tidak akan menggugat atau mencari-cari kesalahan atas kegagalan yang dilakukan oleh anak remajanya. Sebaliknya  mendorong tumbuhnya semangat berprestasi dengan memberikan komentar yang menyejukkan terhadap potensi tersembunyi pada diri anak remaja.

Kelima. Ciptakan suasana humoris. Keluarga merupakan tempat persemaian mutiara-mutiara. Vibrasi kesejukan akan mengalir dalam lingkungan keluarga apabila keluarga yang hidup di dalamnya mampu memancarkan suasana keterbukaan dan keceriaan. Ketika kebuntuan komunikasi anak remaja timbul, maka orangtua harus memecah kebuntuan tersebut dengan menciptakan senyum dan tawa melalui sesuatu yang humoris. Semua yang ada di lingkungan rumah bisa berbicara, dan bermakna, maka galilah ruang dan waktu untuk menyuarakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun