Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terminal yang Mulai Tak Dikenal

16 Agustus 2025   12:48 Diperbarui: 16 Agustus 2025   12:48 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal Bus | doc pribadi

Catatan  Hari ke-8 oleh Pak Dhe

Terminal tua itu tak layak lagi disebut terminal.
Lebih cocok disebut halte-atau bahkan sekadar kenangan yang masih berdiri.

Dulu, terminal itu sangat ramai.
Ada bus AKAP, AKDP, bahkan pedagang asongan yang hafal nama supir.
Ada suara peluit, teriakan kenek, dan tumpukan tas bawaan penumpang.

Tapi sekarang?

Bus besar sudah tidak ada yang masuk terminal.
Bukan karena rutenya tak ada,
tapi karena tujuannya mulai tak jelas.
Yang tersisa hanya satu dua bus malam dengan segelintir penumpang, mampir sebentar seperti orang yang datang hanya demi basa-basi.

Terminal itu kini sunyi.
Bukan sunyi yang damai, tapi sunyi yang kikuk.
Bangku tunggunya dipenuhi debu.
Papan jadwal sudah tidak ada.
Dan kantor terminal... malah jadi tempat istirahat petugas berwenang.

Dulu, terminal ini adalah urat nadi Kota Tenggara.
Sejak subuh, anak-anak sekolah luar kota sudah berjajar menunggu bus yang akan mengantarnya menuju sekolah.
Setelah matahari terbit, para pekerja luar kota memenuhi terminal kecil Kota Tenggara. Mereka rela menunggu bus-bus yang akan membawa mereka ke tempat kerja.

Sore hingga petang hari, Terminal Tenggara menjadi nadi para penumpang yang hendak pergi menuju Ibukota.
Bus-bus malam sudah berdatangan semenjak pukul 4 sore hingga selepas petang-membawa serta masyarakat Tenggara yang menggadaikan nasib di Ibukota.

Mereka berkejaran dengan Sang Waktu demi rutinitas hari itu.
Terminal Tenggara adalah denyut kehidupan:
dimulai semenjak subuh, berakhir saat malam kembali menyelimuti.

Di pojok terminal dulu ada warung kopi kecil.
Tempat para sopir bus mengisi waktu sebelum keberangkatan,
tempat kenek menyulut rokok dan bercanda tentang penumpang.
Aroma kopi tubruk dan gorengan hangat bercampur dengan asap kendaraan, menciptakan wangi khas terminal yang tak tergantikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun