Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja, Kopi dan Mendoan

3 April 2025   12:26 Diperbarui: 3 April 2025   12:59 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia teringat perbincangan terakhirnya dengan anak bungsunya, beberapa hari yang lalu melalui telepon. Anaknya mengajaknya pindah ke kota, tinggal bersama mereka agar tidak merasa kesepian. Namun, ia menolak dengan lembut. Bukan karena ia tidak ingin bersama keluarganya, tetapi karena ia merasa di sinilah tempatnya. Di rumah ini, di teras ini, di antara kenangan-kenangan yang telah menjadi bagian dari dirinya.

"Ayah nggak kesepian?" tanya anaknya waktu itu.

Ia tersenyum dan menjawab, "Tidak, Nak. Ayah punya kopi, mendoan, dan senja. Itu sudah cukup."

Anaknya tertawa mendengar jawabannya, mengira bahwa itu hanya lelucon. Tapi ia tahu, di balik kata-katanya ada kebenaran yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang telah melewati perjalanan panjang kehidupan.

Mungkin, suatu hari nanti, anak-anaknya juga akan mengerti. Bahwa hidup bukan hanya tentang seberapa jauh kita pergi, tetapi juga tentang bagaimana kita kembali. Bukan hanya tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita mensyukuri. Dan bahwa di balik setiap senja, ada cerita, ada kenangan, dan ada kehidupan yang harus dihargai.

Ia menyesap kopi terakhirnya. Hangatnya kini mulai hilang, tapi rasa pahitnya tetap terasa, mengingatkannya pada kenyataan hidup yang tak selalu manis, namun tetap berharga.

Matahari akhirnya tenggelam sepenuhnya. Langit berubah menjadi kelam, dan bintang-bintang mulai muncul satu per satu. Ia bangkit dari kursinya, membawa gelas kosong dan piring yang kini hanya tersisa remah-remah mendoan. Sore ini telah berlalu, tapi esok, jika Tuhan mengizinkan, ia akan kembali duduk di tempat yang sama. Dengan segelas kopi, sepiring mendoan, dan senja yang selalu setia menemaninya.

Karena baginya, senja bukan hanya akhir. Senja adalah pengingat, bahwa selama hidup masih ada, setiap momen harus dinikmati seutuhnya, selagi waktu masih mengizinkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun