Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Antara Timangan Ibu

22 Desember 2019   08:48 Diperbarui: 22 Desember 2019   08:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Harian Analisa

Kalau malam kian redup disusul angin yang tanpa ragu menyelimuti, dekap erat selendang dengan kumpulan jari jemari meniti.
Di sela-sela rebahan dan tangis yang meringik, mengisi ruang di tengah sunyi yang redup,

Bukan tanpa cahaya
Bukan pula tanpa keringat memanjat doa.

"Semestinya kita menimangnya, dan jangan berisik, wahai angin malam...!"

Desir itu mendesur, merendah di bawah pemecah angin, di bawah ruang aksentuasi, ruang bawah kenangan,

"Aku nyanyikan sebentang doa ya nak...? Agar kelak tiada sedih rupa dan rautmu."

Lelap,
Sepi,
Di antara mata yang lekat,
Menyepi,
Lalu, sebait doa menuju ke langit, dan menyapa seruang cakrawala.
Untuk menyiapkan segala pagi.
Agar tiada lagi sedih.

Di antara timangan ibu.


Rumah Jaga Kali, 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun