Mohon tunggu...
Ika Apriell Liya
Ika Apriell Liya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebuah perjalanan melepaskan penat..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jalan-jalan di Negeri Raja Jayabaya (Kediri)

10 April 2011   15:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:56 3112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_101287" align="aligncenter" width="680" caption="AkhirNy nyampe jg di kawasan Wisata Besuki"][/caption] Kota Kediri salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang menjadi tujuan wisata kami kali ini. Mengapa Kediri?? Karena berdasarkan cerita dari beberapa teman yang berasal dari kota tersebut mengatakan Kediri pantas dan wajib dikunjungi karena di tempat ini menyimpan begitu banyak tempat- tempat wisata yang tidak kalah menariknya dengan daerah wisata lainnya di Pulau Jawa. Selain menyimpan wisata alamnya yang masih alami, disini kami juga bisa belajar tentang sejarah kota Kediri yang merupakan bekas dari Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Raja Jayabaya yang terkenal dengan ramalan- ramalannya. Namun, perlahan kerajaannya runtuh karena dijajah oleh Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Ken Arok. Konon para abdi dalem membakar Istana Kerajaan dan ikut masuk bunuh diri ke dalam api karena mereka lebih memilih mati daripada dijajah oleh kerajaan lain. [caption id="attachment_100933" align="aligncenter" width="240" caption="Kediri,, Kediri,, Kediri..."][/caption] Jumat 1 April 2011, Perjalanan kami tempuh selama 6jam dari stasiun lempuyangan yogyakarta menuju stasiun kediri  menggunakan kereta api kahuripan (ekonomi) dengan harga tiket sebesar Rp 24.000,-/org. Kami harus menunggu satu jam lebih sebelum kereta berangkat karena kereta mengalami keterlambatan, kereta yang seharusnya berangkat pukul 06.10 wib jadi pukul 07.15 wib baru berangkat. Sungguh perjalanan yang diluar dugaan, walaupun sebelumnya saya sudah diberitahu bagaimana kondisi didalam  kereta kelas ekonomi namun sampai Stasiun Brambangan baru saya bisa benar- benar menikmati perjalanan dengan dikelilingi para penjaja barang dan makanan. Di Stasiun Solo Jebres kami bertemu dengan Reza dan Krisna yang akan menemani perjalanan kali ini. [caption id="attachment_100903" align="aligncenter" width="216" caption="jalan dhoho,kediri"][/caption] Pukul 13.00 wib kami sudah sampai di Stasiun Kediri, disini kami bertemu dengan Mb Rani, Mas Ferry dan Mas Maruto kawan Bayu selaku tuan rumah yang akan menemani dan mengajak kami berkeliling kota selama kami disana. Dari stasiun Kediri kami menuju Daerah Wisata Besuki yang terletak di Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kediri. Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, kurang lebih 25 kilometer menggunakan mobil pick up yang kami carter dari Terminal Kediri karena tidak ada angkutan umum untuk menuju daerah tersebut. Kawasan Wisata Besuki ini merupakan daerah wisata yang berada di pegunungan wilis di antara hutan pinus sehingga selama perjalanan kami disuguhi pemandangan yang sangat indah dan masih alami. Di kawasan ini juga terdapat dua air terjun yaitu air terjun ironggolo dan air terjun dholo. Kami sampai di pintu gerbang "Kawasan Wisata Besuki" setelah menempuh perjalanan selama 1.5 jam dari pusat kota kediri, jarak tempuh yang lebih lama dari biasanya karena kondisi jalan yang rawan longsor dan hujan yang turun. Di sekitar kawasan ini terdapat tower- tower pemancar stasiun televisi yang menjulang tinggi menghiasi daerah tersebut  baik stasiun televisi lokal hingga berskala nasional. Dari pintu gerbang wisata besuki kami harus menempuh perjalanan lagi dengan berjalan kaki sekitar 2km untuk sampai di Air terjun Ironggolo. Sesampainya ditempat ini kami memutuskan untuk beristirahat dan bermalam disini saja karena hari sudah  menjelang malam dan hujan turun semakin lebat. [caption id="attachment_100907" align="aligncenter" width="270" caption="iniLah menu utama "]

13024483051469197508
13024483051469197508
[/caption] [caption id="attachment_100931" align="aligncenter" width="240" caption="Gapura Ironggolo "]
13024500591370106983
13024500591370106983
[/caption] Sabtu 02 April 2011, Pagi yang dingin karena embun yang masih membasahi setelah hujan yang turun semalaman apalagi sang empunya kehangangan "matahari" tak kunjung jua menampakkan cahayanya. Suasana pagi di pinggir hutan pinus yang sangat indah disertai dengan suara burung yang terus bernyanyi dan berkicau seperti ingin membangunkan kami yang masih terlelap dibalik "sleepingbed" sehingga membuat kami bergegas untuk segera bangun dan menikmati udara yang sejuk dan pemandangan yang indah ini. Setelah menyantap sarapan pagi dengan Menu ala kadarnya yaitu Nasi Sarden, Omelet, dan Mie daun pakis hutan. (Daun pakis hutan ini kami dapat dari seorang Bapak pencari getah pinus yang menemani kami menghabiskan malam di pinggir hutan ini, soal rasa jangan ditanya lagi.... hufh..mantapppp..) [caption id="attachment_100911" align="aligncenter" width="270" caption="jalanNy mantap bukan...???!!!!!"][/caption] Kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Air Terjun Dholo yang jaraknya sekitar 5Km dari air terjun ironggolo ini selama 2.5 jam dengan berjalan kaki karena memang tidak ada angkutan umum yang berani naik hingga pintu masuk kawasan Air Terjun Dholo, kalaupun ada kami harus menyewa mobil penduduk setempat atau naik ojek dengan harga yang cukup terjangkau sekitar Rp 100.000,- untuk mobil dan Rp 20.000 -30.000/org untuk ojek. Namun kami memutuskan untuk berjalan kaki saja untuk menghemat ongkos dan bisa menikmati pemandangan yang sangat indah meskipun capek menyerang sehingga kami harus berkali- kali berhenti untuk beristirahat karena kondisi jalan yang naik turun begitu curam dan berliku ditambah lagi kami harus tetap waspada dengan adanya tebing -tebing yang rawan longsor. Semua rasa capek itu hilang ketika kami sudah sampai di Air Terjun Dholo yang begitu indah, debit air yang turun dari atas juga tidak terlalu besar menggoda kami untuk segera menceburkan diri apalagi setelah berjalan melewati anak tangga sekitar 750m kebawah untuk menuju air terjun tersebut. [caption id="attachment_100914" align="aligncenter" width="240" caption="Segarnya air pegunungan.."][/caption] [caption id="attachment_100915" align="aligncenter" width="240" caption="Air terjun Dholo "]
1302449167369808272
1302449167369808272
[/caption] [caption id="attachment_100930" align="aligncenter" width="240" caption="Basah- basah ria...."][/caption] Setelah puas menikmati keindahan air terjun dholo yang begitu eksotik kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Gua Maria Lourdes Puh Sarang yang terletak di Desa Puh Sarang, Kecamatan Semen dengan menyewa minibus seorang warga yang kami temui perjalanan dengan ongkos Rp 25.000/org karena kami saat turun sudah kesiangan dan dapat dipastikan tidak akan ada angkutan yang dapat mengantarkan kami menuju Puh Sarang  jika kami masih memaksakan diri untuk berjalan kaki. [caption id="attachment_100916" align="aligncenter" width="240" caption="Tungguin aq donk,,,!!!!"]
1302449261738157746
1302449261738157746
[/caption] [caption id="attachment_100917" align="aligncenter" width="240" caption="Tebingnya mantapp.. !!!"][/caption] Gereja Puh Sarang ini merupakan Gereja khatolik yang sudah cukup tua yang didirikan sekitar tahun 1936 dan memiliki bentuk bangunan yang unik dengan arsitektur perpaduan kebudayaan jawa- hindu. Di kawasan Gereja ini  terdapat sebuah Gua Maria Lourdes beserta sendang yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan juga terdapat makam dan Krematorium untuk para Rama Keuskupan setempat yang sudah meninggal dunia. Area Gereja ini cukup luas sekitar 2Hektar meter persegi dengan suasana dan pemandangan yang masih asri karena terletak di lereng Gunung Wilis. Di tempat ini pula biasa diselenggarakan misa khusus hanya pada hari Jumat Legi saja, di hari tersebut biasanya Gereja ini ramai sekali dikunjungi para peziarah yang datang hingga dari luar kota. Setelah berziarah, jalan salib dan menikmati pemandangan dikawasan ini kami segera pulang karena sudah dijemput oleh kawan kami. Sebelumnya kami sempat berniat untuk bermalam di tempat ini karena lagi- lagi sudah tidak ada angkutan umum untuk mengantarkan kami menuju pusat kota Kediri. [caption id="attachment_100918" align="aligncenter" width="240" caption="Gereja Puh Sarang tampak depan,,,"]
13024494351490671377
13024494351490671377
[/caption] [caption id="attachment_100920" align="aligncenter" width="240" caption="Numpang narsis ya,, guk,,guk.."]
13024495151653528643
13024495151653528643
[/caption] [caption id="attachment_100921" align="aligncenter" width="240" caption="Gua Maria Lourdes"]
13024495791364867933
13024495791364867933
[/caption] [caption id="attachment_100922" align="aligncenter" width="240" caption="Stasi Jalan Salib part I"][/caption] Tempat tujuan wisata kami selanjutnya adalah di Simpang Lima Gumul yang berada di pusat kota kediri. Sebuah monumen yang mirip seperti salah satu monumen yang berada di Perancis. (Jadi, berasa foto di Perancis gitoh..hehe) Namun karena kami datang sudah lewat malam sehingga kami tidak dapat masuk kedalam monumen tersebut hanya bisa menikmati pemandangan di sekitar monumen dan bernarsis ria ala anak layangan. tidak jauh dari monumen ini terdapat pasar malam jadi kami memutuskan berkeliling untuk mencari Nasi Pecel sambal tumpang salah satu kuliner khas kediri. (sambal tumpangnya maknyusss.. pedese rekk...hehehe) [caption id="attachment_100924" align="aligncenter" width="240" caption="Simpang Lima Gumul "]
13024497181836945201
13024497181836945201
[/caption] Minggu 03 April 2011, pagi yang indah dan cukup cerah kali ini tidak seperti hari kemarin yang selalu mendung dan diiringi gerimis. Gunung Klotok yang berada di Kecamatan Mojoroto menjadi tempat tujuan wisata kami yang terakhir. Gunung Klotok ini merupakan sebuah tempat wisata yang cukup terkenal di Kediri ini karena selain wisata alam kami juga bisa belajar sejarah dengan adanya sebuah Museum Airlangga yang berada tidak jauh dari pintu masuk tempat wisata ini. Di tempat ini pula terdapat sebuah Gua yang bernama Gua Selomanggleng. Gua yang cukup menarik untuk dikunjungi karena dari bentuknya yang unik dengan 2 mulut gua yang berdampingan. Menurut kepercayaan warga sekitar dua mulut gua ini merupakan sebuah jalan menuju Laut selatan untuk jalan yang di sebelah kiri dan menuju Mekkah untuk jalan yang di sebelah kanan. [caption id="attachment_100925" align="aligncenter" width="240" caption="Koleksi Museum Airlangga"]
1302449852386712489
1302449852386712489
[/caption] [caption id="attachment_100927" align="aligncenter" width="240" caption="Goa Selomanggleng"]
1302449905469618697
1302449905469618697
[/caption] Selain itu tidak jauh dari Gua Selomanggleng terdapat sebuah bukit yang bernama bukit maskumambang dengan anak tangga yang cukup panjang. Di puncak bukit ini terdapat makam atau petilasan  Mbah Boncolono yang merupakan sosok yang cukup berpengaruh di kota Kediri pada masa lampau dan dari tempat ini pula kami dapat melihat panorama kota Kediri yang cukup indah dengan hamparan sawah yang terbentang luas. [caption id="attachment_100935" align="aligncenter" width="240" caption="Petilasan Mbah Boncolono"][/caption]

[caption id="attachment_100937" align="aligncenter" width="240" caption="Ini dia Stick Tahu Poo khas Kediri"][/caption] Setelah cukup puas berkeliling kota Kediri kami melanjutkan untuk mencari buah tangan alias oleh- oleh khas Kediri berupa Tahu Takwa/Poo dan Kerupuk Pasir (kerupuk yang digoreng dengan pasir) dan kembali pulang menuju kota tercinta Ngayogyakarta. Matur Nuwun,.. Terimakasih buat semua yang telah berperan penting atas perjalanan ini..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun