Mohon tunggu...
Asep Parantika
Asep Parantika Mohon Tunggu... Dosen - Berisi tentang berbagai informasi yang mungkin bermanfaat bagi orang banyak

Seorang Dosen di Politeknik Sahid (d.h Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid) Jakarta, Setelah menyelesaikan pendidikan Doctoral di Universite d'Angers -France, dengan tema desertasi mengenai Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Nasional tentang Bagaimana orang Indonesia berwisata ... membuatnya terus ingin belajar tentang bagaimana orang Indonesia berwisata dan manfaat pariwisata bagi orang Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Quovadis Penelitian Pariwisata Indonesia

31 Oktober 2018   16:29 Diperbarui: 1 November 2018   07:47 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jumlah Wisatawan  di Indonesia

Ketika membicarakan pariwisata Indonesia, kebanyakan dari kita hanya berfokus melihat Wisman sebagai ujung tombak kesuksesan untuk meraup devisa sebanyak-banyaknya. Namun, jarang terdapat pembahasan/penelitian mengenai pelancong-pelancong Indonesia atau kita sebut Wisatawan Nasional yang berpelesiran ke luar negeri. Padahal jika dihitung hasil akhir, devisa yang didapat dari kunjungan wisman menjadi 'percuma' jika tergerus oleh uang yang dihabiskan Wisnas di luar negeri.

Tidak salah memang mengukur keberhasilan dan keuntungan dari wisman yang datang ke dalam negeri. Bagaimanapun, mereka mencetak devisa yang tinggi bagi Indonesia. Sayangnya, di dalam target pengembangan pariwisata, tolok ukur yang paling sering didengungkan adalah pertumbuhan kunjungan wisman. Kemenpar mematok target wisman pada 2019 bisa mencapai 20 juta orang.

Data Laporan Neraca Keuangan yang dikeluarkan Bank Indonesia tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 12,02 juta wisman yang datang ke Indonesia, menghasilkan pendapatan sebesar US$12,2 miliar. Para wisman menjadi incaran pemerintah untuk pariwisata tak lain karena pengeluaran mereka yang cukup besar selama berlibur di Indonesia. Kemenpar mencatat, pada tahun 2016 saja, rata-rata wisman yang berwisata di nusantara menghabiskan dana US$1.103 per kunjungannya.

Meskipun demikian, potensi wisnas tak seharusnya diabaikan. Layaknya dalam perdagangan, perlu diketahui angka pasti dari nilai ekspor-impor untuk bisa mengetahui positif atau tidaknya neraca. Di neraca barang misalnya, ekspor yang didorong, namun disertai derasnya barang impor yang masuk, mengancam catatan positif perdagangan.

Tidak terkecuali di pariwisata yang merupakan sektor jasa, dibutuhkan juga angka-angka pasti untuk memastikan positif atau tidaknya neraca pariwisatanya. Dengan catatan yang pasti dan tak melupakan potensi uang yang terbang dibawa warga sendiri ke luar negeri, proses pengambilan kebijakan bisa lebih tepat dan efisien.


Seharusnya surplus di neraca pariwisata terus bertumbuh seiring dengan gencarnya pemerintah menaikkan alokasi anggaran untuk sektor kepariwisataan dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhannya jelas juga harus melebihi dari pertumbuhan biaya yang sudah digelontorkan negara jika memang ingin dikatakan positif. Artinya, jika anggarannya naik 10%, seharusnya surplusnya juga bisa tumbuh lebih dari 10%.

Untuk diketahui, pada tahun 2017 kemarin, alokasi anggaran Kemenpar untuk promosi bahkan mencapai kisaran 50% dari total anggaran Rp3,82 triliun. Itu berarti setidaknya digelontorkan sekitar Rp1,91 triliun guna memasarkan berbagai destinasi wisata nusantara.

Alokasi yang lebih besar bahkan sempat terjadi pada 2016. Dari dana Rp4,24 triliun yang dianggarkan ke kementerian tersebut di APBN Perubahan, sebanyak Rp2,95 triliun diserahkan untuk kegiatan promosi. Persentasenya mencapai 70%.

Alangkah lebih baiknya jika kita kita hanya "memasarkan" Indonesia ke wisman dan wisnus saja, tetapi juga ada anggaran yang dapat dialokasikan untuk membekali dan melatih para "Ambasador" Indonesia yang melancong ke luar negeri, menjadi wisatawan yang meberikan citra positif orang Indonesia.

Melihat Prilaku wisatawan Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun