Mohon tunggu...
Asep Parantika
Asep Parantika Mohon Tunggu... Dosen - Berisi tentang berbagai informasi yang mungkin bermanfaat bagi orang banyak

Seorang Dosen di Politeknik Sahid (d.h Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid) Jakarta, Setelah menyelesaikan pendidikan Doctoral di Universite d'Angers -France, dengan tema desertasi mengenai Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Nasional tentang Bagaimana orang Indonesia berwisata ... membuatnya terus ingin belajar tentang bagaimana orang Indonesia berwisata dan manfaat pariwisata bagi orang Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Quovadis Penelitian Pariwisata Indonesia

31 Oktober 2018   16:29 Diperbarui: 1 November 2018   07:47 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam riset pariwisata ada berbagai metode dapat digunakan dalam mencari kebenaran ilmiah seperti (1) metode eksploratif dari jenis penelitian eksploratori (exploratory research) dan metode membangun teori (theory-building research) (2) kuantitatif (3) kualitatif (4) studi komparatif (5) eksploratif (6) deskriptif dan metode lainnya sesuai dengan permasalah dan tujuan penelitiannya. Namun yang paling umum digunakan adalah Kuantitatif, Kualitatif dan kombinasi keduanya.

Sayangnya kebanyakan dari para mahasiswa  lebih tertarik memilih metode kuantitatif dengan berbagai alasan.. Lebih mudah, tidak perlu banyak tulisan,tidak perlu banyak referensi...dll

Ilmu Pariwisata sebagai ilmu yang berhubungan dengan manusia sebagai mahluk sosial,  penelitian dengan metode kualitatif  lebih menarik, karena riset kualitatif bersifat naturalistik, dimana penelitian dilakukan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Maksudnya, peneliti bersikap terbuka terhadap apapun fenomena yang muncul di lapangan selama riset. Riset kualitatif juga bisa bersifat emergent, yaitu peneliti beradaptasi dengan lingkungan sosial yang ditelitinya. Riset kualitatif juga bertujuan pada subjek, artinya, orang-orang, kelompok, komunitas, atau masyarakat yang menjadi subjek penelitiannya menjadi suber informasi. Sampling dilakukan berdasarkan pengetahuan subjek terhadap fenomena, alih-alih melakukan generalisasi yang diambil dari sampel untuk diaplikasikan pada populasi

 

Ilmu dasar yang mendasari ilmu pariwisata

Ilmu pariwisata sebagai ilmu, ditetapkan 10 tahun lalu sehinggga ilmu ini masih tergolong baru, bahkan sebenarnya ilmu ini pun gabungan dari berbagai ilmu disiplin lain (Multidiciplin), banyak teorinya pun yang diambil dari ilmu lain untuk melengkapi ilmu pariwisata ini. Jadi ilmu pariwisata itu bukan ilmu disiplin yang berdiri sendiri.


Dari Aspek epistemologi pariwisata menunjuk pada cara-cara memperoleh kebenaran ilmiah atas objek ilmu pariwisata yang didasarkan pada suatu logika berpikir yang rasional, objektif dan dapat diuji secara empirik. Dalam memperoleh kebenaran ilmiah, yang telah dilakukan adalah (1) pendekatan sistem yang menekankan bahwa baik pergerakan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasnya maupun implikasi dari kedua-duanya terhadap kehidupan masyarakat secara luas, merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan atau pengaruh-mempengaruhi. Setiap pergerakan wisatawan selalu diikuti dengan penyediaan fasilitas wisata dan interaksi keduanya akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi logis di bidang ekonomi, sosial, budaya, ekologi bahkan politik sekalipun

Ilmu pariwisata tergolong dalam rumpun ilmu sosial. Pernyataan di atas, secara tidak langsung menegaskan adanya hubungan atau keterkaitan antara ilmu pariwisata dengan ilmu-ilmu lain yang menjadi cabang dari ilmu sosial yang memiliki karakteristik menitikberatkan segala hal yang berkaitan dengan manusia sebagai bahan kajian utamanya

Umumnya ada tujuh cabang Ilmu sosial yang dianggap cukup mewakili gambaran ilmu Pariwisata, yakni: Sosiologi, Antropologi, Sejarah, Ekonomi, Psilokogi, Politik, Geografi. Pada kenyataannya tentu saja tidak terbatas pada tujuh cabang ilmu yang tercantum diatas.

Ilmu Pariwisata ternyata punya kaitan erat  dengan Ilmu Sosiologi, karena Ilmu Sosiologi mempunyai perhatian lebih dalam mengkaji gejala-gejala yang terjadi di masyarakat. Fenomena semacam hubungan manusia dengan manusia lainnya, yang biasa menjadi bagian dari kajian Ilmu Sosiologi, mudah sekali dilihat dalam aktivitas pariwisata.

Sebagai contoh, hal-hal semacam prilaku wisatawan di kawasan wisata, baik Wisatawan Mancanegara (Wisman), Wisatawan Nusantara (Wisnus) maupun Wisatawan Nasional (Wisnas). Sepertinya belum mendapat perhatian besar dari para peneliti pariwisata Indonesia. Selama ini lebih banyak menekankan pada prilaku penduduk setempat (Host) yang menjadi subjek dari pariwisata dengan berbagai program Sapta Pesona, Pokdarwis, Genpi, dll. Pertanyaannya adalah bagaimana kita mengedukasi wisatawan kita? Adakah program pemerintah untuk itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun