Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Engkong Felix dan Kenthirisme Theory yang Bikin Betah Nulis

27 Desember 2021   23:34 Diperbarui: 28 Desember 2021   15:13 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru membuka konten pertama setelah pencapaian, sudah mulai lagi dengan Theoremanya yang kenthirisme itu. Membacanya opininya harus dicerdasi, tapi nggak perlu buat kening berkerut. Kompasiana butuh banyak orang yang seperti itu. Ia jenis Engkong cerewet, mengingatkan pada oma-oma yang ditakdirkan pada masanya ya untuk ngomong, tentang kebaikan pasti, tentang perbaikan juga iya.

Tulisan kedua malam ini pun masih dengan theori yang sama, menakjubkan. Apa iya tidak bosan menggoda Admin-K dengan analisa teori yang "menjurus", seperti nomor pencapaiannya tahun ini #69. Itu posisi luar biasa, butuh stamina, karena meski katanya gaek, tapi staminanya kuat terutama untuk terus menulis sambil mengusik.

Terus, dengan rasa gembira dan besar hati, merasa dapat ucapan selamat Natal, padahal banner itu sudah seminggu nangkring di halaman kiri  Kompasiana. Lantas menuduh Admin-K mendedikasikan banner ucapan selamat itu untuknya. Narsis rasanya, tapi begitulah Engkong Felix, tak gundah dengan apa yang diucapkannya, dan meminta siapa saja menerjemahkan sendiri maksudnya, selama tidak salah kaprah.

Jika salah, bisa-bisa Engkong Feli,  lantas diadukan ke Admin-K sebagai "tukang kompor",  gara-agra penobatannya sebagai yang terbaik ke #69 itu.

Saya pertama begitu respek, karena membaca teorinya ketika mengkritisi siapa yang kira-kira akan menjadi yang ter, diantara yang ter di Kompasianival 2020, bahkan bisa milih kompasianer andalan cukup dengan, cucuk mata kerbau saja, lengkap dengan pandangan kritisnya yang unik. Tonny Syiariel, misalnya, menurut prediksi Engkong, akan meraih penghargaan kategori Best in Fiction.

Alasannya, bagi Engkong Felix, semua cerita wisata Mas Tonny itu hanyalah cita-cita, dan cita-cita adalah fiksi. Ternyata prediksinya meleset, justru Mas Tonny nangkring di Best Specific Interest, karena cerita Tonny "dibaca"Admin K, bukan fiksi tapi realitas. Betapa sederhananya pemikirannya, bebas seperti burung, lepas tanpa beban, tapi sah-sah saja, selama berpikir belum dilarang.

Lantas saya berpikir, namanya saja beda sudut pandang, perbedaan adalah hikmah, sesuatu yang jamak sifatnya. Jika mengingat kata-kata ajaib para juri, maaf-kita tidak bisa memuaskan semua orang. Penilaian bisa dinilai sangat objektif atau subjektif tergantung siapa yang menilai dan dalam kepentingan atau kapasitas apa. Maka jelas tidak mungkin juri harus  " memuaskan" Om Felix terus memuaskan yang lain satu persatu, habis stamina nantinya. heyhey

Saya jadi mikir tentang gagasan Opini yang bisa menyuarakan tapi juga santai menuliskannya. Wajar dan biasa sajalah, kira-kira begitu pakem yang selalu lahir dari idenya Engkong Felix, ini menginspirasi dan menarik, dan bikin betah berlama-lama nulis.

Tapi saya pernah dibuat bingung (dan ini serius), ketika Engkong Felix dengan lantang menulis kritis yang bunyinya, kurang lebih; Maka seperti transformasi Acek Rudy, menjadi generalis "palugada", menurut Engkong Felix analisisnya didasarkan pada teori kenthirisme, adalah salah satu sebab dia kehilangan peluang mendapatkan K-Award.

Alasannya, kini sulit banget memasukkan artikel-artikel Acek Rudy dalam kategori Citizen Journalism, Opinion, Fiction, ataupun Specific Interest. Peluanganya hanya bisa terpenuhi, terkecuali  Admin K berani kenthir dengan merilis kategori award baru:  Best in General Interest, pastilah Acek Rudy juaranya.

Lantas saya mengambill kesimpulan sendiri sambil menerka-nerka dengan sedikit menggunakan teori kenthirisme Engkong Felix tentunya.

Kembali pada inti catatannya, Apakah premis atau asumsi Engkong Felix soal palugada tak bakal jadi nominee, permanen bagi pemikiran admin K? Apakah palugada sebuah kesalahan?. Apakah penilaian tidak bisa disandarkan saja pada tulisan itu sendiri, tak peduli siapa nulis, yang penting substansinya tepat, benar, menarik, menggugah dan semua nilai plus lain. Tanpa melihat tema?

Meskipun admin K, pasti bakal kesulitan, karena penilaiannya jadi seperti lomba menulis saja. Bisakah substansi sebuah tulisan, walaupun berasal dari penulis jenis palugada bisa jadi instrumen pengukur sebuah nominee?. Dan seabrek pertanyaan lainnya, bikin koprol kepala.

Saya jadi tergoda ikutan bertanya karena terus terang, saya merasa selama ini bertindak seperti palugada, meskipun minat tetap pada politik, ekonomi, namun film, musik, sosbud, bahkan fiksi juga sangat menggoda untuk ditulis.

Karena menulis diniatkan untuk melepas penat. Menulis sejatinya ya untuk melepas unek-unek. Bahkan dulu rumus menulis saya adalah "tulis apa yang kamu pikir, bukan pikir apa yang kamu tulis", karena dasarnya kita tidak mau di kungkung rumus, pakem atau tema tertentu yang super rigid, yang penting lepas bebas.

Terbaca,  substansinya, Palugada, ternyata tidak punya peluang sebagai yang terbaik. Tapi kemarin baru saya terima kabar dalam kolom komentar yang di tulis bro David Abdullah, karena mungkin berseberangan dengan saya, karena ketika menulis opininya, sedang oleng dan terkontaminasi pemikiran dan teori Engkong Felix.

Sehingga, David langsung mematahkan teori saya dengan bilang, soal Palugada itu tidak benar adanya jika tak bisa nangkring di puncak klasemen para penulis, buktinya ya David itu katanya. Jadi saya pikir-pikir lagi, saya cerdasi saja  Opini Engkong Felix dengan melakukan merger dengan pemikiran David, jadilah Palugada spesial.

Selama itu bisa membuatmu bahagia, tapi percayalah harus disertai tulisan bermutu, up date mengikut waktu termutakhir, dan bisa menyuarakan aspirasi. Maka untuk karya pertama hasil kolaborasi dua pikiran itu saya pikir mungkin opini ke-123 saya adalah buktinya.


Dengan bekal gagasan Engkong Felix menulis lebih santai, bersuara, ternyata membawa berkah luar biasa. Bravo Engkong Felix dengan teorinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun