Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Di Balik Debu

5 Desember 2020   23:18 Diperbarui: 5 Desember 2020   23:21 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Puisi Dibalik Debu. Sumber: dutatv.com

Berdebum ke tanah pohon tumbang di musim panas
Tak ada yang menebangnya, ia tumbang begitu saja
Menua dan kering dihantam deru memacu
Angin dan udara berhawa bara. Debu menggulung waktu

Dibalik debu, pohon-pohon menua beradu dahan
Gemeretak patah bersahutan jatuh ke tanah
Satu persatu ranting kering menyusut punah
Masuk kedalam tanah. Lalu abu menghilang pelan

Dibalik debu, tanah pekarangan menjadi gersang
Retak-retak, air menguap cepat dan menyusup
Hilang jejak tanah basah, berganti debu dan arang
Lintah dan cacing mati, yang lain pergi sayup-sayup

Orang-orang tak peduli, sebab tanah kini hanya tempat menumpang
Kaki berpijak hanya sementara, yang lain bahkan menjualnya
Di dalam tanah, mesin berputar-putar dan bising menderu
Membuat lubang menganga dan mengepulkan asap lalu terbang

Orang-orang entah kemana, padahal air kehilangan sumbernya
Sawah semakin hari berkurang, berganti perumahan tak dikenal
Pelataran tak lagi tempat menjemur padi, berganti tempat parkiran
Reremputan semakin kering dan mati, berganti aspal dan semen plesteran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun