Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Feng Shui yang Bikin Hoki, Belajar dari Pengalaman Pribadi Merombak Rumah

3 Oktober 2020   02:52 Diperbarui: 6 April 2021   14:45 6504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekas rumah saya, terilhat sumur di bagian depan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Walaupun mungkin bukan faktor feng shui rumah saya itu, namun saya percaya tentang konsep dan nilai-nilai keseimbangan dalam feng shui. Rejeki dari Tuhan. 

Tetapi nilai-nilai feng shui, mengajarkan keseimbangan. Memberi dan menerima. Berusaha dan berdoa. Mengingat Ilahi dan menjalankan usaha duniawi. Keseluruhan praktek keseimbangan itu, memberikan sugesti yang kuat dalam kehidupan saya. 

Baiklah, saya akan menceritakan kisah berikutnya. Di tahun berikutnya, yakni di tahun 2011. Waktu itu saya pindahan kontrakan, karena kebutuhan setelah ada anak pertama saya dan juga membutuhkan seorang asisten rumah tangga. Praktek menata rumah kontrakan baru, masih mengikuti saran feng shui sahabat saya itu. 

Di tahun 2011 itu, kebetulan pengumuman di salah satu website sebuah universitas di luar negeri. Pengumuman itu berisi tentang bantuan dana hibah bersaing untuk para arkeolog pemula. Saya lalu mencoba membuat sebuah proposal penelitian arkeologi melalui mekanisme hibah bersaing itu. 

Dana hibah bersaing itu disediakan oleh sebuah lembaga di Asutralian National University (ANU) di Asutralia. Beberapa bulan setelah saya mengirimkan proposal itu, saya mendapat email dari lembaga itu bahwa proposal saya lolos seleksi dan berhak menerima dana hibah penelitian itu. Bagi saya ini adalah keberuntungan kedua kalinya setelah mengikuti saran feng shui itu. 

itu mungkin tidak hubungan langsung dengan feng shui rumah saya. Tetapi saya seperti percaya, bahwa rentetan keberuntungan itu waktunya berkesinambungan setelah saya mengikuti saran feng shui sahabat saya itu. Saya menempati rumah kontrakan itu selama tiga tahun sampai tahun 2014. 


Setelah sejak 2006 pindah-pindah rumah kontrakan. Menjelang akhir 2014 itu saya membeli lahan, yang tidak begitu besar di sebuah pemukiman yang jauh dari kota.

Dari sejak membeli lahan, sampai selesai membangun rumah itu, saya membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Membangun pelan-pelan, sesuai isi kantong. Sambil tetap menempati rumah kontrakan.

Di akhir tahun 2015, yakni di Bulan Desember, saya mulai menempati rumah pribadi. Saat mulai membangun rumah itu, seharusnya saya merencanakan membuat sumur untuk sumber air.

Namun, tidak segera saya lakukan. Disamping masih ada air PAM, juga isi kantong sudah terkuras untuk rumah. Pada saat menempati, saya masih menggunakan Air PAM, yang mengalir dua sampai tiga hari sekali. 

Bekas rumah saya, terilhat sumur di bagian depan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bekas rumah saya, terilhat sumur di bagian depan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bekas rumah saya di Ambon, terlihat sumur di bagian depan kamar utama. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bekas rumah saya di Ambon, terlihat sumur di bagian depan kamar utama. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kebutuhan akan sumber air utama, semakin mendesak, karena air PAM tidak lancar. Setelah beberapa bulan menempati rumah yang baru di bangun itu, akhirnya saya memutuskan untuk membuat sumur sendiri sebagai sumber air utama. Karena air PAM, tidak menjanjikan di daerah rumah saya yang baru itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun