Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kunang-kunang di Pelataran

27 September 2020   21:19 Diperbarui: 27 September 2020   21:24 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://travel.tribunnews.com/

Kunang-kunang di pelataran. Mereka tidak terbang
Tapi tertanam. Lihatlah, mereka keluar dari dalam tanah.
Bukan karena mereka ingin. Tapi karena mendengar jeritan
Merintih diatas tanah suburnya, pada kaki-kakinya yang kering

Kunang-kunang tersibak dalam impian. Di atas harapan
yang tak tahu kapan datang. Kunang-kunang berserakan
digerus buldozer yang membongkar. Hingga bermil-mil
dalamya. Lalu diangkut ke laut tanpa perasaan

Kunang-kunang di lautan. Dibawa kapal ke negeri orang
Ah, di negeri tujuan mereka disulap jadi logam mulia
Sedang kita hanya tersisa malam pekat dan jerit berkarat
Kunang-kunang di pelataran raib sedari malam

Kunang-kunang di pelataran. Siangnya menghilang
bukan karena terik. Tapi karena mereka yang tak lagi
tersimpan di setiap malam. Hadirnya di setiap malam
menghibur mata penuh rintihan, hati penuh jeritan

Kunang-kunang di pelataran. Hanya impian...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun