Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selingkuh di Kantor? No Way, Terapkan Tujuh Sikap Budaya Kerja Ini!

15 September 2020   09:15 Diperbarui: 1 Oktober 2020   20:24 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selingkuh di kantor. Gambaran olahan pribadi via canva. Sumber Foto. https://www.metropolitan.id/

Di wikipedia, Jiwa korsa atau daya juang adalah suatu konsep militer mengenai kesadaran seorang individu dalam suatu korps, yang memiliki perasaan sebagai suatu kesatuan, kekitaan, kecintaan terhadap suatu perhimpunan atau lembaga. Dari pengertiannya, maka jiwa korsa adalah cara membangun sikap dan budaya kerja yang solid. 

Membangun soliditas untuk mencintai pekerjaannya, juga mencintai instansi ataupun perusahaannya. Dengan jiwa korsa, sikap dan rasa tanggungjawab diharapkan semakin besar, hadir dalam setiap sanubari staf dan karyawan. Menjaga nama baik dirinya sendiri, juga membawa dan menjaga nama baik korpsnya atau dalam hal ini instansi dan perusahaan tempatnya bekerja. 

Sikap mental dan budaya kerja demikian, tentu dimaksudkan untuk menutup peluang terjadinya sikap merusak atau menciderai nama baik dirinya dan nama baik kantornya atau perusahaannya. Sikap mental demikian, membangun budaya kerja yang sehat. Oleh karena itu, perselingkungan diartikan sesuatu yang patologis.  Dengan sikap jiwa korsa, perselingkuhan pasti akan dihindari. Semestinya! 

5. Hindari Menunda Pekerjaan dan Kerja Lembur, Unfaedah!

Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan adalah kebiasaan yang buruk. Sikap dan budaya kerja yang negatif, walaupun ini juga jamak terjadi, terutama di kalangan staf pemerintah. 

Namun tidak tertutup kemungkinan di perusahaan. Kebiasaan menunda pekerjaan itu bisa jadi sikap mental bawaan orok. Tapi ini harus dihindari. Menunda pekerjaan, membuat seringkali kita harus lembur. 

Kadangkala, ada juga unsur kesengajaan, karena mau mengejar uang lembur di beberapa instansi atau perusahaan yang menerapkannya. Lebih baik, usul saya kalau ada perusahaan dan instansi pemerintah masih menerapkan kebijakan menyediakan uang lembur. Hapuskan saja! Tidak produktif. Kalau masih ada instansi pemerintah dan perusahaan yang masih menerapkan uang lembur itu jadul. Jadul banget sih. 

Semua staf dan karyawan, tidak harus lembur. Oleh karena itu, perlu manajemen yang baik. Apa hubungannya menghapuskan kerja lembur dengan perselingkuhan? 

Begini, seringkali staf yang lembur hanya tersisa beberapa orang saja di kantor sampai larut malam. Tidak menutup kemungkinan ada pria dan ada wanita. Pekerjaan yang dikerjakan dengan lembur sampai larut malam, menyebabkan terbukanya peluang staf untuk berdua-duaan di kantor. 

Ada-ada saja momen itu bisa tercipta. Penatnya pekerjaan, apalagi dalam momen dan situasi yang memungkinkan, menjadi alasan untuk pelarian. 

Akhirnya terjadilah perselingkuhan. Sesederhana itu bukan? Makanya, hindari menunda pekerjaan dan hilangkan kebijakan kerja lembur. Apalagi kalau ada uang lembur. Hapuskan! Unfaedah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun