Manuskrip adalah hasil karya masyarakat yang kaya dengan berbagai cabang ilmu. Ia merupakan bahan rujukan utama dalam mengetahui peradaban dan sejarah suatu masyarakat. Salah satu faktor utama yang menjadikan manuskrip-manuskrip bermutu adalah pengaruh Islam. Kedatangan Islam telah merubah bahan dan fokus penulisan manuskrip sehingga isi penulisannya lebih bercorak keagamaan menerangkan keindahan agama Islam seperti kepercayaan kepada Allah.
Pada manuskrip-manuskrip Melayu pengaruh Islam dalam bidang pengobatan jelas terlihat, misalnya penggunaan tulisan Jawi, penerangan cara-cara pengobatan lebih menekankan unsur-unsur Islam yaitu menggunakan kalimah-kalimah Al-Qur'an sebagai salah satu medium pengobatan, dan terdapat banyak istilah untuk pengobatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam pengobatan disebut dalam bahasa Arab. Pengaruh Islam yang terdapat dalam pengobatan tradisional dapat dilihat dalam banyak aspek, salah satunya adalah penggunaan istilah Arab yang banyak, penggunaan banyak petikan ayat Al-Qur'an, dan lain-lain.[8]
Penentuan dosis bukanlah hal yang mudah, dalam ilmu farmasi terdapat sejumlah uji coba agar obat yang beredar dipastikan aman, beberapa tahap itu secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu pengujian pada hewan coba dan pengujian pada manusia (uji klinik).[9]
1). Â Pengujian pada Hewan Coba
Sebelum dapat diuji secara klinik, zat tersebut harus diteliti selama beberapa tahun mengenai sifat farmakodinamik, farmakokinetik, dan efek toksiknya pada hewan coba. Dalam studi farmakokinetik mencakup juga pengembangan teknik analisis untuk mengukur kadar senyawa tersebut dan metabolitnya dalam cairan biologi. Semua itu diperlukan untuk memperkirakan dosis efektif dan memperkecil risiko penelitian pada manusia.
Studi toksikologi pada umumnya dilakukan dalam tiga tahap yaitu penelitian mengenai toksisitas akut, penelitian toksisitas jangka panjang, dan penelitian toksisitas khusus yang meliputi pnelitian terhadap sistem reproduksi termasuk teratogenisitas, uji karsinogenisitas, dan mutagenisitas, serta uji ketergantungan.
2). Â Pengujian pada manusia (uji klinik)
Pada prinnsipnya, uji klinik dilakukan untuk memastikan efikasi, keamanan, dan gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat. Uji klinik terdiri dari uji fase I sampai IV.
Pada uji klinik fase I ini diteliti sifat farmakodinamik dan farmakokinetik pada manuia. Subjek yang dibutuhkan untuk penelitian ini bervariasi, sekitar 20-50 orang.
Pada uji klinik fase II membutuhkan subjek 100-200 orang, dan pada uji klinik fase III dibutuhkan subjek sekitar 500 orang. Uji Klinik fase IV merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan.
Secara ringkas, waktu yang diperlukan untuk pengembangan suatu obat baru, mulai dari sintesis bahan kimianya sampai dipasarkan membutuhkan waktu 10 tahun lebih.