Mohon tunggu...
Wiwin
Wiwin Mohon Tunggu... Lainnya - simple

saya seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Waktu Memberi Toleransi

13 Maret 2020   19:55 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:51 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu Memberi Toleransi 

Putaran waktu selama 24 jam yang mengiringi kita kita bisa menghitung berapa kali diantaranya perpihakan pada kita. 

Apakah yang kita lakukan itu diterima oleh waktu atau ternyata malah mendapatkan penolakan 

apakah aku akan terpental jauh dan itu akan membawa kata kekecewaan, kegagalan 

aku membutuhkan remidial, 

seperti dalam ilustrasi cerita sebelah hati putih memberi nasehat perbaiki kembali. walau kau harus merangkak  meniti dari titik awal lagi untuk mendapatkan yang kau inginkan  ini sebuah proses 

keluh sisi hati yang hitam hanya menangis sungguh sebuah tekanan batin yang dalam harus aku perankan rintihan kata terucap "gagal lagi dan gagal lagi"

Sebait  syair kehidupan ketika ketika aku dengarkan dari lantunan puisi yang mencoba aku parafrasekan seorang yang jatuh ke dasar sungai yang paling dalam akan dipikaran tersebisit ketakukan apakah dia bisa menemukan permukaan untuk bisa bernafas lagi. Padahal ketika ia terpental  ke dasar pusaran aliran menyerapnya lebih dalam lagi, di pusaran itu dia pun terhempas hanyut tanpa batas, seketika saat itu dalam pikirannya mengatakan mungkin dengan ini dia akan terbebas dari kenyataan yang harus menghantui  untuk dihadapi saat mataku nanti  terbuka " Aku bisa harus menjalani" mampukah kata itu akan terucap ketika singgah dalam hidup kita kata kegagalan.

untuk melakukan yang terbaik apa yang tersirat dalam nasehat sebelah pikiran kita 

gambaran peristiwa satu peran yang aku tindaki seperti hari ini, 

ketika dalam pikiranku mulai memberanikan diri menyampaikan satu kalimat yang terbesit dalam pikiran  mencoba untuk mengembangkan dalam kalimat-kalimat penjelas merangkai dalam sebuah bait atau paragraf-paragraf menyiratkan sebuah peritiwa, mampukah akan memberikan sebuah makna  baru untuk pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun