Aku tidak pernah mampu memelukmu erat Sehingga kau mudah terjerat Tiada rasa yang mampu disesali Selain tingkahku sendiri
Ada hujan, kembali menghadirkan harapan-harapan
Lembaran putih tergores tinta waktu Hingga putih sehitam malam tanpa rembulan
Di terik siang itu, sebatang pohon besar, masih betah memayungi petani yang kesepian.
Seorang anak menyusuri jalan berkerikil. Membawa kering air mata. Tumpah di hatinya. Membuntuti galau tanda tanya yang tak lelah berkelana.
Seekor gagak menjelma merpati. Siang terbang. Malam pun terbang. Melesak dan menukik di sarang-sarang kegalauan.
Malam ini bumi menelan angan, terpendam sudah kebanggaan. Ada riuh dalam keruh. Setan-setan gentayangan, bertepuk tangan. Penuh cemooh, sombong memand
contoh puisi, puisi, puisi ibu, puisi guru, puisi adalah, puisi guru
puisi ini, arti puisi, makna puisi, puisi 2021, pertanyaan tentang cinta, puisi Di Sarang Belalang
Di tanah itu. Mereka meletakkan duka. Luka masih menganga. Pelan dan pelan ditutupnya. Sembari menaburkan do’a.Dalam pelan jalanmu. Kematian. Merenggu
Kutitipkan kata lewat senda guraumu. Menemui sepi di luar jendela. Gelap adanya. Seperti yang kau tanya.Saat tengadah, harapan tidaklah gundah. Masih&
Negeri Insulinde. Kursi begitu berkuasa. Saling incar visi dan rebut misi sudah biasa. Nyinyir bersembunyi di balik sepoi pohon nyiur berbusa.Negeri I
Di ruang ini. Ada banyak kata bertamu. Membawa harapan dan juga tangisan.Hanya kata dari negeri kemenangan. Mampu membuatku membuka pintu. Dan mempers
[Sekuntum Rindu]Gugup pelita tampak mengejaMenyibak lentera dalam kegelapan cahayaBianglala melukis cerita kitaDalam satu album yang tersimpan dalam d
Ke arah tujuan, membawa bintang-bintang titipan kehidupan. Menemui pagi dan saling memberi senyuman, adalah sahabat perjalanan. Wajah-wajah ketulusan&
Seekor merpati putih nan gagah, bertengger di dahan menjulang. Meneteskan keringat pasukan malaikat Izrail. Bebercak embrio tangis manusia, di lembar-
Di ujung rasa, dua manusia menggenggam asa. Kelana waktu, lelah menunggu. Meringkuk di gerbang hayat semu.Tangan-tangan, telah lelah menggenggam
Hari ini, engkau menampar. Keras dan kasar!... Amarah menggelegak. Ubun-ubun tumpat. Hela napas menyelimpat umpat. Di detik itu.Hanya rasa,&
Biarlah tanganku yang mengerang! (Sumber: Unsplash)Ingin kuremuk betul hadirmuHingga hancur batu bertubi-tubitak menyisakakan sekerikil punsampai tiba
Kau belah dadaTiada duaLucut tanpa sisa, untuk diaDi dadamu tak lagi temaramdia bersemayamDiri kau peramdia-mu meminta istanaKau beri nirwanaDiga